Peran Ayah dalam Proses Belajar Anak

Oleh musdalifa anas pada Kamis, 29 September 2016
Seputar Our Stories
Peran Ayah dalam Proses Belajar Anak

Sejak punya anak, saya dan suami sepakat untuk terlibat bersama dalam mengurus dan membesarkan anak, meskipun secara kuantitas saya lebih banyak waktu bersama dan dekat dengan anak dibandingkan suami, karena ia setiap hari harus berangkat ke Jakarta untuk bekerja. Tidak pernah terbayang jika tidak ada Iyay ketika kami melewati bulan-bulan pertama setelah saya melahirkan. Iyay lebih dulu mahir menggendong bayi dibandingkan saya. Iyay yang selalu membantu saya membenarkan posisi saya ketika menyusui. Iyay yang selalu menyemangati saya dalam menyiapkan ASIP ketika saya harus bekerja. Iyay yang selalu sigap mengganti popok anak-anak dan memandikan mereka.

Bahkan hingga saat ini, suami selalu menyempatkan mengantar anak-anak sekolah di pagi hari, sebelum berangkat ke stasiun untuk menuju Jakarta. Menurut Iyay, ia ingin menghabiskan waktu di pagi hari, sarapan bersama anak, mengantarkannya ke sekolah, memberikan senyum dan memeluknya sebelum berpisah dan berangkat kerja, karena malam hari ketika dia pulang ke rumah, kerap kali anak-anak sudah tertidur lelap. Suami selalu memperlihatkan komitmennya bahwa peran kami berdua sangat penting untuk proses tumbuh kembang anak-anak, Lana dan Yoona.

Satu momen yang tidak pernah terlupakan oleh saya pribadi, ketika saya harus ke Singapura beberapa hari di tahun 2013 lalu. Saat itu, putri kedua saya Yoona masih berusia 8 bulan. Awalnya saya ragu dan khawatir meninggalkan Yoona yang masih menyusui saat itu, apalagi kami tidak memiliki ART yang menginap, hanya ada suami dan kedua anak saya di rumah.

Namun Iyay memberikan pengertian dan menenangkan saya bahwa selama saya pergi, semuanya akan baik-baik saja: You trust me, katanya saat itu. Selama berada di Singapura, saya menelepon suami, bertanya kondisi anak-anak. Dan ketika saya bertanya kondisi Yoona malam pertama saat saya tinggalkan, Iyay menjawab: Yoona anteng bun, nyenyak. Lega rasanya. Namun ternyata Iyay tidak berkata jujur saat itu, saya mengetahui dari anak sulung saya ketika sudah berada di rumah, bahwa malam pertama ketika saya di Singapura, ayah membawa Lana dan Yoona berkeliling naik mobil karena Yoona saat itu rewel dan gelisah, dan mereka kembali ke rumah ketika Yoona sudah tertidur lelap. Sedih dan terharu rasanya.

Saat ini, anak-anak sudah memasuki usia sekolah. Lana kelas 2 SD dan adiknya Yoona PlayGroup. Saya dan suami membagi tugas untuk mendampingi Lana belajar di usia SD saat ini: saya bertugas menemani dan mendampingi Lana dalam pendidikan agama, suami saya mendampingi Lana dalam bidang akademis, mengerjakan tugas sekolah di akhir pekan, seperti mengerjakan Home Challenge. Entah kenapa, Iyay bisa lebih sabar, tenang dan kreatif ketika mendampingi Lana belajar di rumah, mengerjakan soal bersama. Lana pun lebih terlihat bersemangat dan bahagia belajar bersama ayahnya.

Saya pernah membaca sebuah hasil penelitian mengatakan bahwa terdapat dampak positif pada anak yang mendapatkan bimbingan langsung dari ayahnya dalam proses belajar, yang mencakup perkembangan fisik, emosi, kognitif dan kebiasaan atau sikap anak. Ada keterkaitan antara keberhasilan akademis anak di sekolah dengan kedekatan anak terhadap ayahnya. Bahkan di penelitian lain menunjukkan bahwa IQ yang dimiliki anak yang berinteraksi dengan ayahnya lebih tinggi dibanding anak yang kurang berinteraksi dengan ayah.

Lana pun selalu semangat jika mengerjakan home challenge  ditemani ayahnya, mungkin karena setiap mengerjakan tugas sekolah selalu ada camilan yang menemani. Salah satu cemilan favorit anak-anak adalah sosis. Anak-anak suka sekali dengan sosis Kanzler yang Assorted Bratwurst dan Bockwurst, mereka sering menggoreng sosis bersama, kadang pula mie atau spaghetti dimasukkan ke dalam sosis kemudian dimasak. Saya pun sebagai ibu tidak khawatir dengan produk Kanzler ini karena tidak mengandung zat pewarna, warnanya murni dari proses pengasapan, tanpa tambahan MSG, kandungan daging dalam sosis tinggi, mengandung lebih dari 85% daging. Jika disimpan di freezer dapat bertahan hingga 12 bulan.

Nah urban mama memiliki cerita mengenai kegiatan favorit urban papa bersama anak di rumah? Misalnya cerita bermain bersama, memasak bersama, belajar bersama, liburan bersama ayah, dan sebagainya, yuk ikuti kompetisi Dad's Do It Different bersama Kanzler, klik di sini untuk informasi lengkapnya ya mama dan menangkan hadiah liburan bersama keluarga ke Jepang dan Disneyland Tokyo.

5 Komentar
hanana fajar
hanana fajar October 3, 2016 8:16 am

ipehhh..seneng deh bacanya...emang penting banget ya peran ayah buat anak-anak..dan hei sosisnyaa menggoda sekali:)

Cindy Vania
Cindy Vania October 1, 2016 8:30 am

Bener banget nih kak ipeh, anak-anak juga lebih santai kalo belajar sama ayahnya. Kalo mamanya kayaknya keburu keluar taringnya deh :D

Biasanya aku juga sediain camilan sebelum bikin tugas sekolah, soalnya kalo di barengin gitu yang ada malah sibuk kunyah-kunyah..

Toss juga ah, anak-anak juga sukaa banget sama sosis :)

ninit yunita
ninit yunita September 30, 2016 3:17 pm

seneng banget dehhh liat foto lana & iyay :) ayah memang harus banget deh menemani anak belajar... dan bener, kalau sama ayahnya biasanya lebih tenang yaa hahaha kalo sama mama biasanya tegangan tinggi.

eh! asik banget liburan ke tokyo!!! soalnya di rumah anak-anak juga suka banget sosis Kanzler. jadi pengin ikutan. thanks infonya yaaa peh :*

musdalifa anas
musdalifa anas September 30, 2016 10:45 am

benar kayanya ella, kalau sama mama kan bertemu tiap hari, jadi sumbu sabarnya lebih pendek. Malah kalau habis belajar sama Iyay lanjut main apa gitu sama Iyay, main kuda-kudaan lah, main tebak-tebakan lah.

Gabriella F
Gabriella F September 30, 2016 9:01 am

Wah, ternyata para papa bisa lebih sabar ngajarin anaknya ya. Si Al juga belajar baca sama papanya. Mungkin karena sehari-hari sama Mama jadi sumbu sabar cepat pendeknya, kalau belajar sama papa jadi bawaannya lebih santai dan asyik ya.