Saat Anak Takut Berpisah di Sekolah

Oleh Novianthi Dian pada Rabu, 26 Februari 2020
Seputar Tips
Saat Anak Takut Berpisah di Sekolah

Tahun ajaran baru sekolah baru saja dimulai. Pasti beberapa Mama dan Papa sudah mempersiapkan putra-putrinya masuk ke sekolah baru. Ada yang PG, TK, SD, SMP, dst. Khusus yang masuk PG dan TK, atau SD juga? Bagaimana hari pertama si kecil? Mungkin beberapa ada yang lancar tanpa drama rewel dan tangis, dan ada juga masih mengalami kesulitan.

Nadhifa (4 tahun), bulan Juli 2015 ini perdana masuk TK. Bersyukur sekali tidak melewati drama yang berkepanjangan. Mungkin karena awalnya sudah dilatih di PG. Tapi jadi ingat awal-awal Nadhifa masuk PG saat umur 2,5 tahun. Bulan pertama saya dan Nadhifa harus melewati masa drama tadi. Menangis saat berada di lingkungannya yang baru. Bukan menangis kalem ya, tapi meraung-raung. Apalagi kalau ditinggal saya yang harus bekerja, ditambah saya tidak ada pengasuh yang bisa saya titipkan saat itu.

Mulailah saya kebingungan. Saya tanya sana-sini, diskusi dengan teman yang psikolog dan gurunya, dan browsing-browsing demi mencari solusi untuk mengatasi drama Nadhifa tadi supaya tidak berlangsung berkepanjangan. Hasil pencarian informasi didapatkan bahwa Nadhifa sedang mengalami masa yang namanya “separation-anxiety”.

Apa itu sebenarnya? Pengertian mudahnya adalah kondisi saat anak takut, cemas, dan tidak tenang saat berpisah dengan orang terdekatnya. Biasanya dialami oleh anak usia 6 bulan – 3 tahun. Nah, Nadhifa sepertinya mengalami hal ini di awal-awal masanya masuk PG tadi. Nadhifa menangis meraung-raung saat saya tinggal, menyebabkan saya harus mengeluarkan ekstra energi untuk membujuknya. Kadang saya juga bolak balik kantor-PG karena gurunya sering menghubungiku dan mengabarkan bahwa tangisan Nadhifa tidak dapat mereka atasi. Tapi untungnya meskipun menangis, adakalanya ia tetap mau berkegiatan. Seperti mewarnai tapi sambil sesenggukan.

Kondisi ini tidak hanya terjadi di Nadhifa, saya mengamati beberapa temannya juga demikian. Kondisi ini wajar lho terjadi. Namun meski demikian, tetap membutuhkan penanganan agar tidak berlarut-larut. Nah, sewaktu menghadapi Nadhifa yang seperti tadi, saya menggunakan cara-cara berikut. Cara-cara ini saya dapat dari hasil googling dari berbagai artikel psikologi dan diskusi.

 

    1. Selalu dampingi anak saat berada di lingkungan baru. Lingkungan PG saat itu adalah lingkungan baru bagi Nadhifa, dan saya wajib menjadi pendamping Nadhifa sejak masa trial hingga beberapa waktu ke depan (lamanya tergantung situasi dan kondisi).

 

    1. Tidak memaksa anak untuk langsung berinteraksi dengan orang lain. Saat itu saya tidak langsung meminta Nadhifa untuk dekat dengan teman atau gurunya. Karena jika dipaksa, khawatir Nadhifa akan trauma.

 

    1. Komunikasikan dengan jujur. Komunikasi di sini maksudnya saat itu saya berusaha bilang jujur alasan saya harus meninggalkannya di sekolah, yaitu “bunda harus bekerja di kantor dan ini waktunya Nadhifa untuk bermain sama ibu guru dan teman-teman, bunda akan jemput sore nanti“. Hindari berbohong, karena hanya akan membuat anak tidak percaya dan menyakiti anak.

 

    1. Konsisten dan tepati janji. Bila janji akan menjemput anak, usahakan untuk menepatinya. Ini dilakukan untuk membangun kepercayaan anak kepada orangtuanya.

 

    1. Lakukan ritual perpisahan yang menyenangkan. Seperti mencium, memeluk, dan mengatakan “I love you”. Selain itu, mintalah izin kepada anak saat waktunya harus pergi. Mungkin ini tahap yang berat karena biasanya anak akan kembali menangis meraung-raung dan biasanya orangtua ‘tergoda’ untuk berbohong dan meninggalkannya diam-diam. Percaya deh, berbohong dan meninggalkan diam-diam hanya akan membuat anak sakit dan trauma. Pernah kejadian soalnya saat kepepet saya harus dinas luar kota. Lebih baik jujur meski anak akan menangis. Sebetulnya anak itu mengerti, tapi ia butuh waktu untuk melampiaskan emosi sedihnya karena ditinggalkan.

 

    1. Dekatkan anak pada salah satu figur, seperti teman atau gurunya. Seperti Nadhifa yang saya dekatkan pada salah satu temannya. Dengan begitu saat akan ditinggal, Nadhifa akan lebih mudah karena sudah merasa memiliki teman untuk diajak main. Begitu juga dengan gurunya, saat akan ditinggal, ada guru yang sibuk mengajak Nadhifa main dan berkeliling area PG. Drama tangisan pagi-pagi pun segera berhenti.

 

    1. Terbuka untuk berkomunikasi dengan pihak sekolah. Dua minggu pertama saya selalu rajin bertanya kepada guru-guru tentang bagaimana Nadhifa. Saya juga menceritakan dengan jujur tentang alasan saya harus meninggalkan Nadhifa cepat-cepat. Dengan demikian pihak sekolah akan mengerti dan membantu Nadhifa mengatasi separation-anxiety-nya. Komunikasi ini juga dibutuhkan manakala ada anak yang tergolong lama mengalami masa separation-anxiety, karena biasanya tiap sekolah punya kebijakan sendiri mengenai batasan waktu orangtua mendampingi anaknya.

 

    1. Paling penting. Berdoa dan berikan sugesti positif untuk diri dan anak. Saya selalu berdoa pada Allah agar Nadhifa dapat mengatasi perasaan cemasnya dan semangat mengikuti kegiatan. Tak lupa selalu bilang kepada Nadhifa tiap pagi, “Nadhifa anak hebat, pasti bisa mandiri!

 


Alhamdulillah, dengan cara-cara di atas dan mungkin juga karena kondisi ‘terpaksa’ akibat harus ditinggal kerja dan tidak ada pengasuh, masa-masa separation-anxiety Nadhifa hanya berlangsung sebentar. Menurut guru Nadhifa, Nadhifa termasuk anak yang cepat beradaptasi dibandingkan anak-anak lainnya.

Akhirnya, saat masuk TK, Nadhifa tidak lagi mengalami masalah tadi. Hanya hari pertama saja masih sering menempel sama saya, selanjutnya ia mandiri dan happy.

Semoga tipsnya berguna, urban mama!

image credit: freedigitalphotos.net

Kategori Terkait


Tag Terkait

13 Komentar
Melyani Filtania
Melyani Filtania October 28, 2015 1:37 pm

ini yg sering dilakukan ke Kay (15mo) tiap ditinggal di Daycare :')

Iva Nia
Iva Nia September 28, 2015 12:03 am

Tfs mom, belum ngalamin sih, krn azka masih 20mo. Banyak baca biar ga kaget hehe

Novianthi Dian
Novianthi Dian August 3, 2015 9:57 am

@ Mba Hafsa : sama-sama :)

@ Bunda Dayana : Wah bener itu, tambahan tips untuk para urbanmama :)

@ Mba Dundi : Semoga Chery kembali mandiri dan senang di sekolahnya :)

Mulyani Rendhasari
Mulyani Rendhasari August 3, 2015 9:34 am

Chery 4 tahun agak sedikit latahan minta ditungguin bundanya di dalam kelas krn ada temennya yg ditungguin bunda di dalam kelas. Padahal seminggu pertama masuk sekolah semuanya fine2 aja dan mau ditinggal serta bisa mandiri. akhirnya gara2 kasus ini sya obrak-abrik lagi tips2 n googling2 lagi. TFS bun.

bunda dayana August 1, 2015 5:53 am

nice tips! pengalaman saya, saya selalu menginformasikan jauh2 hari bahwa ananda akan sekolah, kegiatan sekolah, kondisi sekolah (guru dan temen2). informasi ini dilakukan berulang2 dengan cara yang menyenangkan...so,ananda tidak terlalu kaget di hari pertamanya :)