Menjelang hari ibu, saya ingin berbagi sedikit kisah lima Breastfeeding Mama di tengah berbagai kesulitan dan kondisi luar biasa yang mereka hadapi tetap berjuang memberikan ASI untuk sang buah hati. Saya yakin bila para bayi dari para Mama hebat ini bisa bicara, mereka akan ucapkan, "Terima kasih Mama sudah berjuang beri aku ASI”.
Kisah inspiratif pertama: Mama Ni Luh Junial & alm. Audrea Mazel
[caption id="attachment_113086" align="alignnone" width="373" caption="Sumber: Dokumentasi Mama Ni Luh Junial"][/caption]
Apa yang akan Mama rasakan ketika dokter kandungan memberikan informasi bahwa bayi yang sedang Mama kandung menderita kelainan organ/penyakit berat? Ketika Mama memutuskan untuk tetap mempertahankan kehamilan Mama, maka perasaan Mama campur aduk terutama sedih. Saya sangat bersyukur sempat mendampingi Mama Ni Luh, sejak sebelum kelahiran putrinya, Mazel. Mama Ni Luh ketika mengetahui bahwa bayi Mazel di dalam kandungan terdeteksi menderita kelainan organ pencernaan, tidak hanya bersedih tetapi mencari berbagai informasi mengenai penanganan terbaik saat Mazel lahir. Tidak cukup mengenai penanganan kesehatan tetapi juga mengenai memerah ASI. Karena begitu Mazel lahir akan segera dimasukkan ke ruang perawatan khusus. Tentunya saat itu perasaan Mama Ni Luh campur aduk, dan walau badannya masih lemah pasca melahirkan, Mama Ni Luh tetap mendampingi dan menunggui Mazel di RS. Alat pompa manual dan alat pompa elektrik digunakan Mama Ni Luh segera untuk memerah ASI. Walau lelah, sedih, nyeri pasca melahirkan, Mama Ni Luh terus membangun stok ASI perahnya dan mengirimnya ke RS. Pada suatu hari mungkin setelah sekitar 2 bulan Mazel dirawat di RS saya mendapat kabar bahwa Allah telah memanggil Mazel. Betapa beruntungnya Mazel di usianya yang sangat pendek tersebut dapat menerima cairan emas dari sang Mama tercinta. Dan saya juga sangat bersyukur telah mengenal dan berkesempatan mendampingi salah satu Mama hebat, Mama Ni Luh Junial.
Kisah inspiratif kedua: 3 Bayi 2 Payudara?
[caption id="attachment_113087" align="alignnone" width="348" caption="Sumber: Majalah Close To The Heart La Leche League FAAME"][/caption]
Mama hebat lainnya adalah Davina, rekan saya sesama Leader La Leche League International yang berdomisili di Hongkong. Ketika Mama Davina mengetahui bahwa kehamilannya kembar 3 (triplet) tentu muncul rasa khawatir apakah dapat memberikan ASI kepada ketiga calon bayinya kelak. Sebuah perusahaan susu formula (sufor) menawarkan Mama Davina susu formula gratis untuk calon bayi kembar tiganya selama setahun dan tentu ditolak oleh Mama Davina. Tenaga kesehatan yang mendampingi Mama Davina selama dan setelah persalinan melalui SC (Sectio Caesarea) pun meragukan apakah ketiga bayi kembar tersebut bisa mendapatkan ASI eksklusif. Bahkan 12 jam pasca melahirkan Mama Davina meminta perawat mengajari cara memerah dan meminjamkan alat pompa elektrik kualitas baik (hospital grade pump). Walau hasil perah ASI pertama kali hanya 1 ml , Mama Davina tidak menyerah. Mama Davina terus menambah frekuensi perahnya sehingga mendapatkan 9 ml, 15 ml dan pada hari-hari berikutnya mendapatkan 1 liter ASI perah dan pada minggu kedua mendapatkan 2 liter ASI perah per hari! Ketiga bayi kembar Mama Davina baru dapat menyusu langsung saat usia mereka 2 minggu. Dukungan terbesar yang membuat Mama Davina tidak menyerah walau lelah luar biasa adalah dukungan suaminya, seorang Papa ASI, yang terus memberi semangat dan bertugas memberi ASI perah saat ketiga bayi meminta menyusu bersamaan.
Jadi, tidak ada alasan untuk mengeluh: “ASI saya sedikit”, apalagi bila tidak dikaruniai bayi kembar 3 seperti Mama Davina.
Kisah inspiratif ketiga: Mama Amanda, penderita ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis)
[caption id="attachment_113088" align="alignnone" width="375" caption="Sumber: FP Amanda’s Angels"][/caption]
Mama Amanda Bernier adalah seorang penderita ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) kadang juga disebut Lou Gehrig's disease. Penderita ALS lain yang terkenal adalah Stephen Hawking, seorang ilmuwan jenius yang hasil karya/penemuannya bisa ditemui dalam bentuk buku hingga difilmkan. Penyakit ALS mungkin asing didengar. Penyakit ini adalah penyakit degenerasi syaraf motorik yang makin lama makin buruk. Sel-sel saraf motorik atau saraf yang bekerja memerintah otot menjadi tua sebelum waktunya hingga keadaan otot makin memburuk, yang disebut motor neuron disease.
Di usia kehamilan Mama Amanda yang ke-24 minggu, Mama Amanda masuk ICU selama 4 bulan hingga bayinya lahir dengan selamat melalui persalinan SC di usia kehamilan 39 minggu. Saat itu Mama Amanda sudah tidak mampu menggerakkan tubuhnya dan perlu menggunakan alat bantu napas (ventilator). Tim Nakes yang menangani persalinan Mama Amanda sangat mendukung pemberian ASI. Para perawat membantu bayi mendapatkan posisi yang nyaman (Laid back breastfeeding position/posisi IMD) dan juga pelekatan yang baik karena Mama Amanda hanya bisa berbaring. Anggota keluarga lain juga diajarkan bagaimana nanti membantu bayi mendapatkan posisi dan pelekatan yang baik.
Perasaan Mama Amanda bagai roller coaster. Mama Amanda bercerita bahwa di bulan pertama kehidupan bayinya Mama Amanda merasa seperti sapi perah yang hanya memberikan susu (ASI) karena tidak bisa melakukan berbagai tugas seorang Mama seperti menenangkan bayinya yang menangis, mengganti popok, baju hingga menggendongnya, menyanyi untuk bayinya, dll. Mama Amanda pun mengalami berbagai masalah menyusui seperti sulit mendapatkan posisi dan pelekatan yang baik, juga bayinya menggigit sehingga puting Mama Amanda nyeri hingga pecah dan berdarah bahkan menderita milk blister. Tapi Mama Amanda tetap ingin memberikan kado terbaik untuk anaknya sesuai kemampuannya, yaitu ASI.
Jadi, masihkah Mama yang sehat mengeluh dan menyerah saat menghadapi berbagai masalah menyusui?
Kisah inspiratif keempat: Mama Yoga, Mama dari bayi prematur
[caption id="attachment_113089" align="alignnone" width="333" caption="Sumber: Dokumentasi Mama Yoga"][/caption]
Berdasarkan data dari buku Breastfeeding Sick Babies (IDAI 2015), sejak tahun 1990-an, angka kematian bayi prematur di negara maju menurun tetapi insiden kelahiran prematur terus menetap. Banyak Mama Papa yang tidak siap ketika sang buah hati hadir lebih cepat dari waktunya. Bahkan walaupun Mama Papa sudah belajar ilmu laktasi, mengikuti kelas edukasi saat hamil bahkan sebelum hamil, kelahiran preterm/prematur tetap membuat panik hingga menyebabkan Mama Papa stress. Kelahiran preterm juga biasanya diikuti dengan berbagai masalah kesehatan pada bayi sehingga Mama dan bayi harus terpisah karena bayi memerlukan perawatan khusus.
Adalah hal yang wajar bila angka kegagalan menyusui/pemberian ASI pada bayi preterm pun cukup tinggi. Tetapi Mama Yoga, Mama dari putranya bernama Tangguh yang melahirkan bayi preterm tidak menyerah untuk memberikan ASI. Mama Yoga segera memerah walau hanya mendapatkan setetes hingga 5 tetes. Mama Yoga yang sudah mempelajari prinsip produksi dan pengeluaran ASI paham bahwa bila Mama stress maka pengeluaran ASI dapat terhambat. Dedek Tangguh sangat beruntung karena Ayahnya adalah Ayah ASI yang tidak putus mendukung Mama Yoga untuk terus memerah ASI dan menyusui Tangguh saat sudah diperbolehkan tim dokter untuk menyusu langsung.
ASI adalah anugerah terindah dan “obat” yang sangat diperlukan bayi-bayi preterm/prematur untuk segera pulih, terhindar dari berbagai penyakit berat dan tumbuh sehat.
Kisah inspiratif kelima: Mama penderita kanker payudara, menyusui hanya dengan 1 payudara
[caption id="attachment_113090" align="alignnone" width="423" caption="Sumber: Dokumentasi dari Time Magazine"][/caption]
Beberapa saat lalu foto Mama ini beredar luas walau hingga kini namanya belum diketahui. Dikutip dari Time magazine, kisah Mama ini bermula saat di awal kehamilannya ditemukan gumpalan pada payudaranya. Tenaga kesehatan masih berharap bahwa gumpalan tersebut bukan kanker yang ganas. Tetapi ternyata setelah dilakukan biopsi (pengambilan sampel jaringan dari gumpalan tersebut untuk diteliti) dokter memberikan diagnosis bahwa Mama tersebut menderita kanker payudara Stadium 3 di usia kehamilannya yang ke-20 minggu.
Payudara kirinya terpaksa segera diangkat (mastektomi) dan menjalani kemoterapi walaupun bayi masih di dalam kandungan. Dengan kuasa Allah, bayi laki-lakinya lahir preterm di usia kehamilan 36 minggu dengan kondisi sehat. Setelah bayi laki-laki Mama hebat ini dilahirkan, dia segera menyusu pada payudara kanan Mama dan semua yang berada di ruangan sangat terharu. Kejadian mengharukan ini diabadikan dan kita dapat melihat cinta dan kekuatan yang luar biasa melalui menyusui.
Masih banyak Mama hebat lain di seluruh dunia dengan kisah unik, mengharukan yang tentu tidak dapat saya tuliskan semuanya.
Terimakasih Mama, sudah berjuang beri aku ASI – Happy breastfeeding!
KIsah yang terakhir membuat saya terharu dan hampir meneteskan air mata, betapa besar kuasa Allah SWT yang memberkahi kasih sayang didalam hati seorang ibu dan rejeki berupa ASI untuk setiap bayi yang baru terlahir walaupun hanya keluar dari 1 "tempat"
Siapa yg berhasil relaktasi? Tolong dong beri tau caranya pliiisss
tfs mba monik. berkaca-kaca bacanya :'(
betapa sabarnya para ibu ya, semoga jadi inspirasi dan motivasi bagi ibu yang lain.
Duh sekedar nipple berdarah mah belum seberapa Yaaa kalau lihat yang lebih sulit kondisinya, go buibu tetap pilih Ngasi!
Salut sama mama2 yang berjuang untuk ASI...sampe meneteskan airmata membacanya..terlebih mama yang sakit kanker payudara. Tetap semangat memberikan ASI, karena ASI adalah yang terbaik!