We'll Be Two Steps Behind You

Oleh Fanny Hartanti pada Kamis, 17 Juli 2014
Seputar Our Stories

Sekitar tujuh tahun lalu, saat baru pindah ke rumah yang kami tempati sekarang, hal pertama yang saya dan suami lakukan adalah memasang stair gate atau pengaman tangga agar Alyssa tidak naik turun tangga sendirian. Masih jelas di ingatan saya ketika suatu hari menuntun Alyssa menggunakan tangga dengan perasaan was-was. Saat itu saya berpikir, kapan ya saya akan mampu melepasnya naik-turun tangga sendirian. Rasanya tidak mungkin, atau kalaupun suatu saat itu terjadi, pasti baru akan lama sekali. Saya lupa kapan tepatnya Alyssa mulai diperbolehkan naik-turun tangga sendiri. Yang jelas prosesnya bertahap. Mulai dari melepaskan tuntunan dan menjaga tepat di belakangnya, lalu berangsur dengan menjaga dari bawah tangga, sampai lama-lama ia boleh naik turun tanpa pengawasan langsung. Paling-paling sesekali masih terdengar teriakan mama papa yang mengingatkan "Jangan lari-larian di tangga!!!"


Mungkin terdengar klise tetapi memang, waktu berjalan cepat sekali. Alyssa yang dulu bayi mungil tak berdaya sekarang menjelma menjadi gadis (nyaris) ABG. Ia sudah tidak mau menggunakan barang-barang bergambar princess (terlalu kekanakan), menolak semua yang bernuansa pink (terlalu girly), dan sekarang hafal lagu-lagu hits top 40. Kemampuannya juga bertambah pesat, tidak hanya bisa naik tangga sendiri tapi juga mahir naik sepeda, roller skating, surfing, ice skating bahkan berkuda. Wajar, jika Alyssa makin menuntut kemandiriannya. Sampai-sampai terkadang ia memilih untuk tinggal di rumah, tidak mau ikut mama papanya. Di lain waktu, ia minta dibolehkan untuk pergi sendirian. Sebagai orangtua, tentunya tidak mudah bagi kami untuk memberikan izin begitu saja. Hati kami sering was-was. Apalagi dengan banyaknya cerita menakutkan di media rasa-rasanya kami ingin selalu ada di samping Alyssa, literally. Menjaganya agar jauh dari mara bahaya.

[caption id="attachment_98808" align="aligncenter" width="400" caption="gambar: www.freedigitalphotos.net"][/caption]

Tetapi tentunya kami sadar tidak bisa begitu. Tidak bisa dan tidak boleh, tepatnya. Bukankah kami ingin anak kami nanti tumbuh menjadi anak yang tangguh? Anak yang cerdas dan mandiri, yang bisa menjaga dirinya sendiri dan suatu hari nanti menjaga orang-orang yang disayanginya? Jadi lagi-lagi, secara bertahap kami harus belajar ‘melepas’nya. Sama seperti saat dulu ia belajar naik tangga atau sepeda. Pertama dituntun, lalu dibuntuti tepat dibelakangnya. Lama-lama kami memberi sedikit jarak dan hanya mengawasi dari jauh. Butuh waktu lama dan diskusi panjang dengan suami untuk sampai pada keputusan ini. Setelah mempertimbangkan berbagai hal (faktor keamanan lingkungan, kemampuan Al, dan lainnya), akhirnya kami membolehkan Al sesekali untuk tidak mengikuti acara kami dan tinggal sendirian di rumah. Awalnya hanya 10 menit. Lama-lama setengah jam dan sekarang menjadi 1 sampai 1,5 jam. Kami juga mulai mengijzinkan Al keluar rumah sendiri. Main di taman bermain dekat rumah, pergi ke supermarket yang jaraknya tak jauh, sampai pergi ke sekolah sendiri. Al selalu terlihat bangga setiap kali kami mengizinkannya untuk melakukan aktivitas sendiri. Saya ingat, pertama kali ia diperbolehkan pergi ke supermarket seorang diri, ia sangat bersemangat dan nyaris tidak percaya, “Betul mama? Aku boleh pergi sendiri? Mama percaya sama aku? Hore!” lalu ia tersenyum lebar sekali.


Pastinya kami tidak begitu saja memberi ijzin neng Al tanpa membekalinya dengan segudang nasihat. Bahkan terkadang, kami memberi semacam tes kecil atau role play. Apa yang harus dilakukan saat terjadi sesuatu yang di luar dugaan. Pernah suatu hari, saat di rumah sendirian, ada yang datang mengantarkan paket. Sebenernya Al sudah diwanti-wanti untuk tidak membuka pintu jika mama-papa tidak di rumah (ia hanya boleh membuka pintu untuk segelintir orang yang kami percaya, misalnya oma atau tantenya). Namun entah kenapa, saat itu Al lupa dan malah membuka pintu. Pak Pos bertanya, di mana Mama? Al spontan menjawab kalau Mama tidak di rumah. Lalu Pak Pos bertanya lagi, di mana papa? Kali ini Al berbohong dan menjawab pPapa ada di kamar mandi. Pak Pos pun menyerahkan paket dan berlalu. Saya senang karena saat itu Al berimprovisasi dan mengatakan ke orang asing kalau ia tidak sendirian di rumah. Papa ada, hanya saja ia lagi sibuk. Di lain waktu, suatu hari saya dan suami berjalan kaki mengikuti Al naik sepeda ke tempatnya beraktivitas. Al ngebut dan kami tertinggal jauh di belakang. Saat kami sampai, kami melihat sepeda Al sudah terparkir dan terkunci baik, kami pun meninggalkan tempat dan meneruskan acara jalan sore kami. Kami pikir, Al sudah bergabung dengan teman-temannya. Tidak lama kemudian, telepon suami berdering dari nomor yang tidak dikenal. Saat diangkat, ternyata dari Alyssa yang mencari mama papanya. Al merasa bersalah karena mengebut dan meninggalkan kami, ia justru balik lagi tapi kami selisipan jalan. Akhirnya Al pinjam telpon dari seseorang di toko buku dan menelepon papanya.


Dari beberapa kejadian tersebut, kami jadi makin yakin kalau Al sudah semakin mandiri. Ia mampu berimprovisasi dan berpikir kreatif mencari jalan keluar dan mencegah bahaya. Jauh di dasar hati, kami tahu Al mampu menjaga dirinya. Walau begitu tetap saja sebagai orang tua, kami tidak akan pernah bisa terbebas dari rasa takut dan kekwatiran. Pada akhirnya saya selalu berusaha mengalahkan rasa itu dan percaya bahwa Allah SWT akan selalu membantu kami dalam menjaga Alyssa. Amin.

13 Komentar
Andini Gelar
Andini Gelar July 24, 2014 2:00 pm

Wow...hebat Mom sudah bisa belajar melepaskan anak. Setuju bahwa kadang yang bikin anak tidak mandiri adalah orang tuanya sendiri ya.kita yang kadang belum mau melepas si anak...hihihihi

Retno Aini
Retno Aini July 22, 2014 12:26 am

Pas ketemu neng Al, yang keinget sama gue malah gambar kamarnya dulu yang serba pink lucu2 & princessy :)) Sekarang udah gedee n tambah cantik!
sekarang si Alma kalo mandi aja gak mau ditungguin, guenya malah nungguin dari balik pintu sambil galau. gak kebayan galaunya gimana ntar kalo ngelepas dia pergi jalan2 ama temen2nyaa hihi.

Gabriella F
Gabriella F July 22, 2014 12:03 am

Wah, Neng Al udah besar ya... Baca ini jadi mulai siap-siapin hati, mulai siap-siap untuk melepas Albert...

Siska Knoch
Siska Knoch July 21, 2014 1:27 am

faaan… gue masih inget banget dari postingan elo soal kamar neng al bayi, dengan warna nuansa pink, princess dll skr baca ini ternyata uda jadi gadis cilik yaaa :')

Persis migu dibagian kemana2 ikut mommy (lebih sering ikut gue kan secara bapaknya cuma ada pas weekend)
skr nanya dulu perginya kemana, ke mall juga kalo gue bilang meeting dan ga jalan2 uda ga mau ikut malah lebih milih di rumah main lego ato robotan.. :)

*ikut mengamini doa shinta*

Fanny Hartanti
Fanny Hartanti July 20, 2014 7:16 pm

auww makasih mama semua.. :)

shinta iyaa.. yang lebay justru mama papanya ahaha.
kadang gue rasanya pengen merem aja deh daripada jantungan :)

aminnn... semoga anak-anak kita semua tumbuh jadi anak mandiri, smart, perkasa dan selalu dalam lindunganNYA ya..