Saya terpaksa harus tinggal terpisah dari Hamizan dan hanya bertemu dengannya saat akhir pekan. Ternyata hal ini mengakibatkan Hamizan mengalami bingung puting dan akhirnya saya menjadi mama perah total demi memenuhi kebutuhannya.
Salah satu impian saya sejak dulu adalah menjadi seorang ibu. Namun dari semua persiapan yang saya lakukan, ternyata saya kurang mempersiapkan urusan menyusui sebelum anak pertama lahir. Saya sering melihat ibu-ibu yang menyusui, jadi seharusnya ini bukan hal yang sulit ya.
Saya bersyukur sampai saat ini masih ditakdirkan untuk menyusui Kafi dan Janna secara langsung. Menurut saya, kegigihan untuk dapat terus menyusui Kafi dan Janna secara langsung adalah kunci kelekatan kami selama ini.
Aiko yang lahir dengan BBLR membuat saya harus lebih giat memberikan ASI agari ia bisa mengejar berat badan bayi seusianya. Namun 2 minggu setelah Aiko lahir, saya merasa ada yang salah dengan proses menyusui Aiko. Puting payudara saya lecet dan terasa sakit saat menyusui, sementara Aiko terlihat tidak nyaman saat menyusu.
Setelah gagal memberikan ASI pada Affan, saya bertekad untuk belajar lebih banyak lagi saat hamil Kianna karena tidak mau gagal untuk kedua kalinya. Kondisi saya yang inverted nipple menjadikan tantangan tersendiri saat Kianna belajar latch on.
Pengalaman memberikan ASI kepada buah hati saya dimulai di atas meja operasi, sekitar empat tahun yang lalu. Menyusui memang proses naluriah, namun diperlukan pengetahuan, persiapan, dan support system untuk dapat berhasil menyusui si kecil.
Rasa senang bercampur khawatir saat dokter spesialis kandungan menyatakan bahwa bayi kami kembar. Selama hamil, banyak orang berkata, "Siap-siap pilih sufor karena ASImu tidak akan cukup." Saya hanya menjawab dengan senyum. Berbekal pengalaman mendampingi kakak saya di minggu-minggu awal setelah melahirkan, yang saya tahu hanya prinsip produksi ASI supply by demand sehingga akan selalu cukup. Ternyata kenyataan berkata lain.
Setelah tiga bulan menyusui dan sadar bahwa perjalanan kami masih panjang, saya berusaha “berdamai” dengan keadaan. Satu hal yang perlu ditanamkan, sugesti positif kepada diri sendiri itu sangatlah penting, ditambah dengan dukungan suami dan ayah saya yang luar biasa.
Walaupun sempat harus bedrest, namun kehamilan saya menyenangkan dan saya masih bisa menikmatinya. Tantangan justru dimulai saat mulai menyusui dan Ghazi ternyata memiliki kondisi upper lip-tie.