Warisan Alergi dan Potensi Bingung Puting

Oleh sarah audia pada Senin, 26 Januari 2015
Seputar Our Stories

Satu bulan pertama merupakan masa terberat saya saat menjadi ibu baru. Ghazi sering rewel tengah malam, selalu menangis setiap mengejan saat akan BAB. Wajahnya sampai merah padam, mengulet berlebihan. Bunyi napas “grok-grok” sampai “ngik-ngik” yang selalu membuat saya paranoid. Saya dan suami pengidap atopic family (keturunan alergi: rhinitis alergika, dermatitis atopi, asma, food allergic). Saya penderita rhinitis alergi dan dermatitis atopik, suami penderita dermatitis atopi. Konon anak yang lahir dari ayah atau ibu pengidap penyakit ini akan mendapatkan “warisan” dari keluarganya bisa dalam bentuk yang sama atau berbeda. Contohnya, dari ibu dermatitis atopi saja bisa muncul sebagai asma pada anak di kemudian hari. Sejak awal saya perhatikan Ghazi, saya mulai curiga warisan itu sampai padanya.

Saya membawa Ghazi ke DSA dan ternyata dugaan saya benar. Saya harus melakukan pantang atau diet eliminasi beberapa makanan kesukaan saya yaitu semua produk susu (susu uht, keju, mentega), tomat dan turunannya, cokelat, seafood dan turunannya, telur dan turunannya (semua roti), dan kacang-kacangan. Dikhawatirkan protein asing dari beberapa makanan alergen itu akan masuk ke ASI dan bereaksi ke bayi. Saat saya mencoba makan sepotong piza, Ghazi tidak bisa tidur sampai reflux, gassy stomach, rewel, dan wajahnya beruntusan. Pernah juga saat saya minum susu soya impor yang ternyata ada bahan alergennya, reaksinya cukup hebat di Ghazi. Yang dialami Ghazi adalah alergic proctocolitis, yaitu bayi asi eksklusif bereaksi terhadap protein asing yang ditransfer melalui ASI dari makanan dan minuman Ibunya. Gejalanya berupa BAB dengan bercak darah. Saat itu saya langsung down melihat ada bercak darah dalam feses anak saya. Teori yang selama  ini saya selalu bagikan ternyata kejadian di anak saya. Demi anak, saya pantang semua makanan-makanan itu. Dokter meminta saya diet selama masih menyusui Ghazi, tapi boleh mencoba-coba ketika Ghazi mulai MPASI atau amannya menunggu sampai ia berumur di atas satu tahun.

Potensi bingung puting

Semua masalah yang muncul pada kegiatan menyusui Ghazi membuat saya memutuskan untuk mengajari Ghazi minum ASIP dengan metode cup-feeding atau spoon-feeding. Memang banyak ibu yang memberikan ASIP dengan menggunakan dot dan tidak mengalami bingung puting. Namun dengan Ghazi yang memiliki upper lip-tie kelas 4, dan saya yang mengalami oversupply, aliran ASI yang terlalu deras, dan langganan milk blister, saya memutuskan tidak memperkenalkan Ghazi pada dot. Pertimbangan saya adalah Ghazi akan lebih senang dengan aliran konstan dari dot karena tidak perlu tersedak saat aliran ASI terlalu deras dan tidak perlu menjaga posisi mulutnya agar tetap terbuka lebar sehingga bisa melekat dengan baik. Saya sendiri juga sangat menikmati proses menyusui Ghazi selama ini.

Saya lalu mengajari ART untuk memberikan ASIP kepada Ghazi. Percobaan pertama berhasil dan Ghazi bisa minum 30 cc ASIP tanpa tumpah dengan softcup feeder. Abahnya juga berlatih memberikan ASIP kepada Ghazi.

Setelah tiga bulan menyusui dan sadar bahwa perjalanan kami masih panjang, saya berusaha “berdamai” dengan keadaan. Satu hal yang perlu ditanamkan, sugesti positif kepada diri sendiri itu sangatlah penting, ditambah dengan dukungan suami dan ayah saya yang luar biasa.


  • Saya sudah kebal dengan rasa sore nipple, malah kadang saya seperti mati rasa.

  • Saya selalu berdoa Ghazi mau minum ASIP lewat sendok dan alhamdulillah Ghazi tidak pernah menunjukkan penolakan ketika minum ASIP. Ia bisa minum dengan lahap walaupun minumnya belum banyak dan 1 botol ASIP (isi 100 cc) bisa habis dalam 1 jam dan 2 kali minum disela tidur. Namun saya percaya bayi itu pintar, lama-lama ia akan beradaptasi.

  • Trik pompa dulu untuk mengeluarkan sebagian foremilk sangat membantu pada kasus saya. Hasilnya saya sudah tidak mengalami lagi kasus milk blister yang menyakitkan.

  • ASI akan makin banyak sesuai dengan seberapa banyak bayi menyusu dengan posisi dan perlekatan yang baik.Ghazi mengalami masalah perlekatan karena kondisi anatomis dan saya memilih opsi tidak frenotomi. Tugas saya adalah mengusahakan agar ASI saya terjaga dan tetap cukup untuk Ghazi. Pastinya saya mengutamakan menyusui langsung, bahkan jika memungkinkan saya akan membawa Ghazi ke mana pun saya pergi (kecuali ke tempat kerja). Ghazi mengantar jemput saya ke tempat kerja dan selalu menyusu sampai menit-menit terakhir saya akan praktik. Saya mencoba banyak ASI booster yang aman dan tidak berpotensi memicu reaksi alergi yaitu daun katuk, daging kambing, daging sapi, tapai ketan, daun katuk, bubur kacang hijau, teh yang mengandung fenugreek, madu, dan habatussauda.

  • Saya menjaga pasokan ASI dengan rutin pumping, walaupun hasilnya kadang banyak kadang sedikit tapi saya selalu berusaha yakin bahwa ASI saya cukup untuk Ghazi.

  • Saya tidak pernah ambil pusing dengan istilah “bau tangan”, saya bukan tipe ibu yang menghindari gendongan untuk bayi. Ghazi mengalami masalah reflux berulang kali karena kasus oversupply saya dan reaksi alergi. Ia perlu sendawa berkali-kali dan butuh ketenangan. Dengan gendongan ia bisa merasa tenang, dan apabila digendong vertikal ia bisa sendawa berkali-kali dan itu membantu menenangkan perutnya yang gassy.

  • Saya selalu mencari sekelompok ibu-ibu menyusui yang sangat membantu saya dalam menghadapi perjalanan menyusui. Kelompok pendukung ASI merupakah salah satu kunci keberhasilan ASI eksklusif. Alhamdulillah saya temukan itu semua di lingkungan kerja saya dan mama-mama luar biasa di TUM Birth Club September 2014, yang selalu aktif saling mendukung di whatsapp.


Tantangan terbaru saya saat ini menjadi working mama dan tetap konsisten memberikan yang terbaik untuk buah hati saya yaitu ASI. Semoga bermanfaat bagi urban mama. Mari berjuang memberikan ASI untuk bayi kita dan menyusuilah dengan tekad sekeras baja.

12 Komentar
amyra dewi March 24, 2015 9:14 am

wah ini dokter aku dulu nih pas di klinik laktasi nya Eka Hospital :) Masih di Eka Dok? Selamat ya Dok atas kelahiran putranya *telat* hehe..
Semoga bisa menyusui dng lancar seterusnya ^^

sarah audia
sarah audia February 4, 2015 6:44 pm

@mama sunny: toss sama persis yaah mam hihi. aku belum sampe mastitis tapi milk blister sempet langganan aduhaay pas mecahin sendiri huhuhu. saling nyemangatin yaa mam :D

@mama gabriella: amiiiin terimakasih ya mbak :)

@mbak eka: yeiiiiiyyy ebaaat tunggu kami nyusul ya mbak hehe

@mama hanana: makasiiiii mam hugs

@mama cindy: amiiiin thx yaaaa ma :)

Cindy Vania
Cindy Vania January 31, 2015 5:31 pm

Salut sama perjuangan menyusui dr Sarah dan Ghazy..
Tetap semangat untuk semua mama yang memiliki tantangan dalam menyusui.

hanana fajar
hanana fajar January 30, 2015 3:32 pm

perjuangannya dr Sarah luar biasa..dan salut sama semua ibu-ibu yang kuat dan extra sabar dalam memberikan ASI dimana banyak pantangan ini itu dsb..
Sehat selalu ya Ghazy:)

Eka Gobel
Eka Gobel January 30, 2015 12:43 am

semangat ya, sarah & ghazi! sama niih.. enzo & dante juga dapat "warisan" alergi dari orangtuanya :) tapi, berhasil ASI kok, bahkan sampai lebih dari 2 tahun!

 

Artikel Terbaru
Senin, 09 November 2020 (By Expert)

Mengenal Lebih Dekat Rahasia Manfaat BPJS Sebagai Asuransi Proteksi Kita

Jumat, 25 Desember 2020

6 Keuntungan Tidak Punya Pohon Natal di Rumah

Kamis, 24 Desember 2020

Rahasia kecantikan Alami dari THE FACE SHOP YEHWADAM REVITALIZING

Rabu, 23 Desember 2020

Lentera Lyshus

Selasa, 22 Desember 2020

Different Story in Every Parenting Style

Senin, 21 Desember 2020

Menurut Kamu, Bagaimana?

Jumat, 18 Desember 2020

Santa's Belt Macarons

Selasa, 15 Desember 2020

Christmas Tree Brownies