Salah satunya perubahan besar yang saya lakukan adalah menjadi seorang stay-at-home parent setelah hampir 10 tahun malang melintang di dunia bekerja. Dari pengalaman yang saya jalani, berikut beberapa tips untuk membuat masa transisi ke kondisi stay-at-home parent menjadi lebih menyenangkan.
Sejak empat tahun lalu sakit pinggang saya datang dan pergi. Lebih sering datangnya daripada perginya. Akhirnya saya mulai berkonsultasi lagi ke dokter, menjalani serangkaian fisioterapi dan berhenti lari tetapi menggantinya dengan yoga. Iyengar yoga lebih tepatnya.
Kita yang berprofesi ibu rumah tangga mungkin secara fisik ada #dirumahaja. Tapi, ada kalanya kita menjadi tidak sepenuh diri menjalankan peran karena memikirkan terlalu banyak hal yang kurang bermanfaat, merasa kurang produktif, atau jenuh. Apalagi, kita yang hidup bersama anak-anak musti kian waspada di masa kenormalan baru ini karena tidak bisa sembarang ke mal atau liburan ke luar kota.
Tak terasa, sudah tiga bulan kita menjalankan karantina #dirumahaja ya, Ma. Hal ini pun sudah menjadi kondisi new normal alias kehidupan baru di tengah pandemi virus corona. Jika kesulitan mengelola diri dengan baik, siapa saja menjadi rentan mengalami gangguan psikologis.
Beberapa waktu lalu, saya memantau linimasa Twitter untuk membaca berita terkini terkait wabah Covid-19 yang melanda negeri kita. Namun rasanya sulit mendapatkan informasi yang tepat dan yang memberi semangat dan harapan belakangan ini.
Seperti biasa selepas makan malam, saya dan suami menemani anak-anak membaca buku. Saat itu, suami mengeluhkan perut kembung. Awalnya dipikir masuk angin saja, karena memang suami baru pulang dari dinas luar kota. Satu jam kemudian, ia berkata “Mah, tolong antar aku ke UGD, sekarang”. Semenjak kejadian malam itu, suami terkesan lebih “rapuh”.
Begitu tahu hamil, saya berkomitmen untuk rajin olahraga, karena tidak mau kelebihan berat badan apalagi kalau sampai terus-terusan mengalami lemah, letih, lesu. Dan alasan utamanya adalah meningkatkan stamina agar kelahiran bisa lancar dan mudah. Selain ikut senam kantor dan renang, saya juga melakukan senam hamil dan yoga prenatal.
Suatu ketika, saya merasa sangat marah dan frustrasi dengan keadaan yang saya hadapi. Ditekan sana-sini, letih, dan harus menghadapi tangisan anak setiap saat. Bila biasanya saya bersabar menghadapi kerewelan anak saat sakit, kali itu emosi saya memuncak.
Usia 20-an merupakan the peak moment. Badan sedang bugar-bugarnya, energi melimpah, namun sayangnya sebagian besar belum ada yang mulai memikirkan masalah kesehatan yang akan terjadi kala usia mereka makin bertambah.