A Parent's Diary: Anakku Tamu Istimewa

Oleh Febi Purnamasari pada Sabtu, 10 Februari 2018
Seputar Book Reviews
A Parent's Diary: Anakku Tamu Istimewa

Dari orangtua untuk orangtua. Buku kompilasi cerita orangtua berjudul A Parents' Diary: Anakku Tamu Istimewa memberikan ragam inspirasi kepada saya seputar pengasuhan yang bijak. Kiat-kiat menghadapi polah anak balita sampai remaja dibahas di buku ini, seperti mendengarkan dan berempati terhadap perasaan anak, teknik komunikasi tanpa terbawa emosi, dan sebagainya. Tentu ini menjadi bekal beharga bagi saya sebagai orangtua baru yang mesti banyak belajar. Para penulis buku ini merupakan peserta pelatihan The Secret of Enlightening Parenting oleh Psikolog Okina Fitriani yang sukses menerapkan tips dan trik yang telah mereka pelajari.

A Parent's Diary: Anakku Tamu Istimewa

Buku ini memiliki enam tema besar:

  • Mengatasi pertengkaran anak
  • Ayah, pahlawanku dan cinta pertamaku
  • Bahagia tanpa drama dan bebas dari cemas dengan briefing dan bermain peran
  • Menanamkan nilai-nilai hidup
  • Berubah itu mengubah
  • Menyelesaikan emosi anak


Para Papa Juga Ikut Berbagi
Tidak hanya para Mama, ada juga para Papa yang ikut menulis di buku ini. Salah satu tulisan favorit saya adalah "Aku, Tukang Parkir bagi Anakku" oleh Papa Aryo Fajar Syaifullah. Ia menjelaskan bahwa banyaknya larangan telah membuat sang buah hati, Kellan, mulai melakukan pemberontakan alias demo kecil.

Papa Aryo juga menggambarkan betapa bingungnya anak bila kerap menerima larangan tanpa solusi.

"Coba bayangkan jika Anda menyetir sebuah mobil dan ingin parkir mundur, lalu tukang parkirnya nemberikan instruksi seperti ini: 'Jangan lurus, ya! Tahan dulu, jangan belok dulu.... Jangan diam! Ayo, Bu, kok diam? Ayo jangan diam! Jangan belok kanan ya, Bu...' Bingungkah dengan instruksi seperti ini? Jadi inilah yang terjadi pada anak saya dan juga mungkin pada kita semua saat kita diberi larangan tanpa diberi tahu solusinya,” tulis Papa Aryo dalam buku.

Teknik Briefing
Karena anak saya balita, saya juga tertarik dengan teknik briefing yang dibahas dalam buku ini. Soalnya, si kakak yang masih berusia dua tahun terkadang menolak untuk mengikuti arahan mama atau ayahnya. Ada dua cerita favorit yang memberikan inspirasi tentang teknik tersebut. Yang pertama adalah Briefing Membuat Belanja Bebas Drama oleh Eka Mardila. Bisa ditebak ya ceritanya lekat dengan keseharian Mama dan si kecil, di mana anak-anak kalau sudah ke mini market suka minta dibelikan ini-itu. Dari tulisan ini saya belajar, orangtua perlu mengomunikasikan tujuan dari agenda berbelanja kepada anak sebelum berangkat. Misal, kebutuhan apa saja yang akan dibeli dan hal-hal apa saja yang boleh anak lakukan. Agar mudah diingat, briefing dapat diulang lewat dialog tanya jawab dengan si kecil dan ditutup dengan rangkuman oleh orang tua.

Yang kedua adalah cerita Kekuatan Briefing yang Luar Biasa oleh Cherish Idea A. Istanto. Cerita ini mengisahkan rencana besar Mama Cherish dengan keluarganya untuk pindah dari Cilacap (Jawa Tengah) ke Sijunjung (Sumatera Barat) bersama balita berusia 23 bulan. Apalagi, perjalanannya mencakup berbagai moda transportasi, mulai dari kereta api, pesawat, dan mobil. Jauh-jauh hari, Mama Cherish memberi tahu si kecil Daffa bahwa mereka akan segera pindah ke Sijunjung karena ayahnya bertugas di sana. Setiap hari jelang keberangkatan Mama Cherish menceritakan tiap detail tentang tempat tinggalnya di sana sampai perjalanan yang akan mereka lalui. Beruntung, Daffa menikmati perjalanan tanpa rewel. Kecuali, pada satu kesempatan saja. “Saat naik taksi ke hotel, Daffa mendadak mogok. Setelah aku analisis lagi, ternyata briefing tentang naik taksi yang aku lakukan kurang detail,” tulis Mama Cherish.

Menyelesaikan Emosi Anak dengan Reframing
Selain itu, topik menarik lainnya adalah Menyelesaikan Emosi Anak. Pada bagian ini, kita belajar teknik-teknik komunikasi yang dapat menenangkan emosi sekaligus mengarahkan buah hati. Salah satunya dengan teknik reframing yang bisa Mama gunakan bersama anak. Reframing maksudnya adalah mengubah makna yang diletakkan pada sebuah peristiwa dengan makna baru untuk menciptakan respon yang lebih baik.

Contoh penerapannya ada pada cerita yang berjudul “Anak Trauma Pada Guru? Ini Solusinya!” Sang penulis, Mama Juliana Dewi, menceritakan kisah anaknya, Anin, yang kesal lantaran tersinggung dengan ucapan gurunya. Peristiwa tersebut ternyata menjelma menjadi ingatan yang tidak menyenangkan (trauma). Mama Juliana mengajak Anin membayangkan guru tersebut berbicara tetapi meminta Anin membayangkan suara gurunya diganti seperti suara Sponge Bob. Di tengah usaha untuk memvisualisasi, Anin pun tiba-tiba tertawa. Mama Juliana kemudian meminta Anin untuk meingingat-ingat peristiwa tersebut layaknya menonton film dan membingkainya. Kemudian ia meminta Anin kembali untuk membayangkan menonton film itu di layar touch screen, memberhentikan gambarnya, lalu gambarnya dikecilkan jadi kecil sekali seukuran celah jari-jemari Anin. Lanjutnya, Mama Juliana menyebutkan bahwa gambarnya diberi cahaya yang sangat terang menyilaukan mata, sampai gambarnya hilang tertelan cahaya.

Ucapan-ucapan tadi tentu diikuti dengan gerak-gerik tangan yang mendukung visualisasi tersebut. Ketika diminta membayangkan peristiwa itu lagi, Anin pun merasa kesulitan melakukannya dan emosinya sudah reda. Mama Juliana pun tak menyangka, cara sederhana dan tampak seperti main-main itu manjur menghilangkan kekesalan anaknya terhadap peristiwa tak menyenangkan.

Check Point untuk Menyelesaikan Emosi Anak
Dari buku ini pula saya berkenalan dengan Transforming Behavior Skills untuk menyelesaikan emosi anak salah satunya lewat tulisan Mama Sri Malahayati. Metode ini terdiri dari lima jurus:

  • Membangun state yang tepat, misal state untuk bersikap tenang dan membantu anak
  • Fokus pada tujuan untuk membantu mengatasi emosi yang dirasakan anak
  • Membangun keakraban, misal dengan memeluk anak sambil berbisik, “I feel you, rasanya nggak nyaman dan bikin tidur nggak nyenyak ya?”
  • Ketajaman indra untuk digunakan dalam berdialog agar Mama atau Papa dapat memahami rasa tidak nyaman yang dirasakan anak
  • Fleksibel dalam bertindak karena belum tentu teknik yang awalnya kita pikirkan cocok dapat berhasil dan tetap berfokus pada tujuan membantu anak

Menurut Mama Sri Malahayati, kelima jurus tersebut tidak harus berurutan, namun bisa menjadi semacam check point yang mudah diingat agar digunakan sesuai kondisinya.

Three Yes Set
Metode menarik lainnya untuk menyelesaikan emosi anak adalah pola bahasa hipnotis (hypnotic language pattern) berupa three yes set yang disampaikan Mama Hardini Swastiana.

“Adithya suka Barney, kan?” tanya Mama Hardini.
Adithya menjawab, “Iya, Mommy, suka.” (Yes 1)
“Itu Barney sama teman-temannya naik pesawat memakai seatbelt semua, ya. Kayaknya mereka happy pakai seatbelt, ya...”
Adithya bilang lagi, “Iya, ya, Mommy.” (Yes 2)
“Adithya kan temannya Barney, suka sama Barney, mau kayak Barney dan teman-temannya, kan?” tanya Mama Hardini kembali.
Adithya menjawab, “Iya mau kayak Barney, Mommy.” (Yes 3)
Mama Hardini langsung menutup, “Nah, kalau begitu, Adithya pakai seatbelt ya, kalau naik pesawat.”
Adithya langsung menjawab, “Iya.”

A Parent's Diary: Anakku Tamu Istimewa

Tentu ulasan yang saya bahas di sini bersifat cuplikan, ya. Masih banyak cerita inspiratif dan teknik parenting lainnya yang seperti anchor dalam pikiran & membuat saya penasaran. Anchor ini berguna untuk membangkitkan kondisi emosi sesuai kebutuhan Mama dan Papa. Cara kerjanya pun unik dan untuk mengetahui lebih lengkapnya, silakan baca bukunya. Usai membaca A Parents' Diary: Anakku Tamu Istimewa, saya pun memasukkan pelatihan The Secret of Enlightening Parenting oleh Psikolog Okina Fitriani ke dalam wish list.

Dengan membaca buku ini, Urban Mama dan Papa akan sadar bahwa setiap orang tua akan menghadapi fase perkembangan dan tantangan-tantangan yang sama dalam membesarkan anak. Apalagi, cerita-ceritanya berangkat dari pengalaman langsung para penulisnya sehingga lebih dekat dan realistis untuk diterapkan pada pola pengasuhan Urban Mama-Papa, kini dan nanti.

 

A Parent's Diary: Anakku Tamu Istimewa
Penyusun Buku: Gita Djambek & Juliana Dewi
ISBN: 9786020321516
Penerbit: Erbeka Publishing

Febi Purnamasari

A new mother of two who loves sharing whatever she has learned from seminars and books especially related to parenting issues. She’s now developing her career path as journalist for a national television. Belly-dancing is her hidden obsession.

5 Komentar
Imelda Sutarno
Imelda Sutarno February 15, 2018 10:40 am

mbak Febi terima kasih reviewnya. Buku ini bagus banget ya terutama buat aku yang kadang mati akal ngadepin kondisi anak dengan aneka ragam problemnya. Soal yang belanja bebas drama itu udah aku terapin banget dari sekitar 2-3 tahun lalu, hehe....

dieta hadi
dieta hadi February 12, 2018 2:45 pm

tertarik ih dengan bukunya, mau ah cari nanti di toko buku, thanks sharingnya mom

Shinta Daniel
Shinta Daniel February 12, 2018 8:43 am

Ini dia buku yang aku butuhin, thanks reviewnya mom Febi... segera cari ke toko buku niiih...

Dewi Febrianti
Dewi Febrianti February 12, 2018 5:58 am

wahh bagus banget bukunyaa! pas banget anakku balita juga. ok noted masuk wishlist book. thank you mama Febi reviewnya :)

Cindy Vania
Cindy Vania February 10, 2018 7:30 am

Jadi tertarik sama bukunya. Bagus yaa..
Thanks for sharing mama Febi!