Pagi hari 1 Januari 2020, kami terbangun dan terkejut mendapati pemandangan dari balkon kami di lantai 20. Sejauh mata memandang, kawasan Duri Kepa, kelurahan tempat tinggal kami, terendam banjir.
Apesnya lagi, baterai handphone saya mati total, sementara baterai HP milik suami sudah kritis.
Hari itu kami berusaha bertahan di kamar kami di lantai dengan pasokan listrik yang terputus dan persediaan air seadanya. Suami bahkan harus naik turun tangga darurat dari lantai 20 untuk membeli makanan dan membawa ember berisi air kolam renang ketika persediaan air bersih di kamar kami hampir habis. Kami berusaha bertahan di kamar apartemen hari itu karena akses menuju berbagai wilayah lumpuh total. Kami tak bisa menghubungi siapa-siapa karena HP suami akhirnya ikut mati total.
Saya bersyukur anak-anak tidak rewel di tengah kondisi serba terbatas itu. Mereka justru menikmati dan belajar banyak hal. Kami mengisi hari dengan memantau kondisi banjir dari balkon, menyaksikan warga beraktivitas menerjang banjir juga tolong-menolong, dan sebagainya. Seharian mereka bermain bebas, bermain di roof top apartemen, dan bercengkrama dengan sang ayah seperti bercerita juga main boneka dan tebak-tebakan.
Keesokan harinya, kami tersadar bahwa persediaan air di tempat kami sudah kritis. Kami pun bersepakat untuk berjalan kaki juga menerjang banjir ke rumah kakek dan nenek yang jaraknya 2,4 kilometer dari apartemen kami. Jarak yang cukup dekat jika berkendara, tapi cukup jauh kalau berjalan kaki. Kami tak ada pilihan lain.
Para pahlawan yang menolong kami
Baru selesai kami mengisi perut sebagai modal energi, petugas Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Jakarta Barat mengetuk pintu kamar bersama kakeknya anak-anak. Ternyata sang kakek kepikiran luar biasa kami terjebak di tengah banjir besar ini. Bahkan, kakek dan neneknya anak-anak sudah berupaya mendatangi kami, namun gagal karena akses jalan tertutup banjir yang lumayan dalam (hingga 1 meter).
Singkat cerita, petugas Damkar membantu anak-anak menuruni tangga darurat 20 lantai apartemen kami. Lalu, kami naik mobil petugas Damkar hingga titik tertentu yang masih bisa dilewati dan kami melanjutkan perjalanan dengan naik motor sang kakek secara bergantian.
Meski meninggalkan duka, saya merasa banyak hal yang juga bisa kita ajarkan pada anak-anak selama bencana terjadi. Berikut adalah hal-hal yang bisa menjadi kesempatan belajar Si Kecil saat menghadapi bencana banjir berdasarkan pengalaman pribadi.
1. Mengajarkan anak pengalaman bertahan hidup dalam kondisi terbatas
Saat banjir, pasokan listrik dan air menjadi terhenti. Sampaikan pada anak dengan penuh empati bahwa Urban Mama memahami ketidaknyamanannya. Namun, kita harus menggunakan air seperlunya saja dan tidak bisa menyalakan lampu maupun perangkat elektronik. Ajak anak mengambil air minum secukupnya dan mengurangi kegiatan yang membuat tubuh kotor. Dengan begitu, ia belajar mengontrol diri agar bisa memenuhi kebutuhan diri di kondisi yang terbatas.
Pengalaman ini tentu sangat beharga bagi Si Kecil karena dalam hidup, kita tak melulu dalam kondisi nyaman, bukan?
2. Pelajaran berharga untuk hidup hemat listrik dan air
Gugah pikiran anak betapa air dan listrik sangat berharga dalam keseharian kita. Ajak anak mulai bersepakat untuk membuka keran air seperlunya dan mematikan lampu atau perangkat elektronik yang tidak digunakan.
3. Jadi ajang mengoptimalkan waktu berkualitas bersama keluarga
Interaksi dua arah yang berkualitas adalah berkah listrik mati. Si Kecil jadi punya waktu lebih banyak bersama orang tua untuk melakukan kegiatan seperti membaca buku, berdongeng, bermain tebak-tebakan, dan sebagainya. Bahkan, bermain bayangan dengan cahaya lampu senter atau lilin juga bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan!
4. Menggugah pentingnya tolong-menolong terhadap sesama
Ajak anak menyaksikan orang-orang yang saling tolong-menolong saat bencana terjadi. Ada warga sekitar yang rela dirinya basah kuyup demi membantu warga lain menyeberang banjir menggunakan rakit atau perahu karet. Ada pula profesi-profesi yang menyelamatkan orang-orang lemah saat banjir. Sampaikan bahwa kita perlu saling tolong-menolong agar hidup menjadi lebih mudah.
5. Momen berharga untuk tanamkan kepedulian terhadap lingkungan
Ajak anak berdiskusi mengenai penyebab banjir. Misal, banjir terjadi karena hujan turun terus-menerus yang kemudian diperparah dengan keberadaan sampah yang dibuang sembarangan. Sampaikan pada Si Kecil pentingnya membuang sampah pada tempatnya sebagai upaya mencegah banjir terjadi lagi.
6. Melatih kesabaran
Tak kalah penting, jangan lupa hargai kesabaran anak dalam menghadapi situasi bencana. Katakan padanya bahwa Urban Mama bangga Si Kecil tetap bersabar dan bersikap kooperatif hingga sejauh ini meski kondisi tempat tinggal sedang tidak nyaman.
Kami turut berduka atas bencana banjir yang melanda berbagai daerah. Semoga yang terdampak, diberi kesabaran dan kekuatan dalam menghadapi masa sulit ini.
Permisi mbaa saya orang asli semarang jawa tengah kebetulan mau tanya2 soal tinggal diswedia apakah ada kontak yg bs dihubungi terimakasih ya mba