Chrisye Wenas

Oleh the urban mama pada Senin, 07 Februari 2011
Seputar Our Stories



Chrisye Fiona Wenas (29 yo), market researcher in a market research company. Married to Tofan Saban (30 yo), credit risk analyst in a multinational bank.



Menemukan pasangan yang akan menjadi teman kita seumur hidup, kemudian menikah dengannya adalah dambaan setiap perempuan. Apalagi mempunyai anak, hidup sepertinya sudah sempurna karena mempunyai keluarga sendiri. Dulu sewaktu masih kuliah, saya pernah membuat dream book album, diantaranya saya menuliskan secara spesifik tipe pria seperti apa yang saya inginkan, target menikah, punya anak, liburan bersama keluarga, dan lain-lain. Percaya atau tidak, semua yang saya sebutkan tadi
terwujud dalam 4 tahun trakhir ini. God is great! Praise the Lord. Saya bertemu dengan Tofan dan kami akhirnya menikah saat saya berusia 28 tahun dan setahun kemudian kami diberikan the greatest gift ever: Alvaro Gavriel Saban (El) dan kami bertiga kesampaian bisa liburan bersama ke Singapura Desember kemarin. Yang terakhir, million thanks to TUM dan STB. :) Kalau dipikir-pikir, wow dashyat ya impian atau mimpi itu!

Terutama dalam dua tahun terakhir ini, banyak sekali peristiwa dan cobaan yang saya alami. Menikah, hamil, melahirkan dan menjadi seorang mama. Wow, seorang yang tomboy ini sekarang menjadi seorang mama. Terus terang, seneng banget rasanya waktu saya mengetahui bahwa saya sedang hamil namun di sisi lain saya selalu gelisah, kuatir dan stress karena ilmu pregnancy, having a baby dan motherhood masih sangat minim. Sadar dengan kekurangan ini dan dibantu dengan informasi yang mudah dicari dimana-mana, terutama internet dan belajar dari teman-teman yang sudah pernah mengalami hal ini sangatlah membantu saya. Dan bisa dibilang TUM adalah guru saya. Thank you TUMblers and God bless the founders. Dari peristiwa yang saya alami, banyak sekali cobaan (saya lebih suka mendefinisikannya sebagai tantangan) yang sekaligus saya anggap sebagai proses pembelajaran, yaitu:

Tantangan ketika mengandung
Load pekerjaan yang sangat tinggi ketika sedang hamil merupakan makanan sehari-hari (bahkan ada beberapa waktu saya bekerja saat weekend juga), namun yang terberat adalah saat kaki Tofan patah akhir Januari 2010 ketika usia kandungan saya 8 bulan. Rasanya sedih dan berat sekali karena seharusnya saya merasa tenang dan dijaga ketika sedang hamil tua, bukan sebaliknya. Saya mencoba bersabar dan berusaha menyembunyikan kekecewaan dan kesedihan saya di depannya karena saya tahu dia pun stress dan tidak menginginkan hal itu terjadi. Mungkin komentar orang-orang yang waktu itu melihat kita: kita adalah pasangan yang aneh - istri lagi hamil tua dan suaminya lagi pakai kruk karena patah kaki. Tapi kalo diambil positifnya, justru para dokter, perawat dan karyawan di RS jadi mengingat kita karena peristiwa itu.

Tantangan melahirkan
Saya melahirkan El tanggal 27 Februari 2010 dengan proses C-Section dan tidak seperti kebanyakan mama yang lain saya tidak menangis. Aneh ya. Namun, ketika El diletakkan di bahu kiri saya, baru deh saya terharu dan amazed. Wow, I’m a mum of my own child! Unbelievable feeling. Tantangan berikutnya adalah ketika mengetahui berat lahir El yang hanya 2.39 kg (full term) padahal terakhir kontrol sebelum melahirkan 2.7 kg. Sedih banget rasanya melihat El kurus dan so fragile. Jujur, saya takut sekali menggendongnya, namun benar kata orang bahwa naluri keibuan seorang perempuan pasti akan muncul dengan sendirinya dan bagi saya seorang yang tomboy ini, naluri tersebut muncul saat itu. Saya memberanikan diri menggendongnya, selama mungkin melakukan skin-to-skin contact dan menyusuinya. Kemudian diketahui bahwa ternyata kadar bilirubin El tinggi (pemicunya juga karena golongan darah kami bertiga berbeda: El B, Tofan AB dan saya O) sehingga dia harus dirawat 2 malam lagi di RS. Karena ASI saya masih sedikit, maka mengikuti saran dokter, kami pun mencari donor ASIP buat El (many thanks buat para mama susu El: Kiki, Mily, dan Rhanda). Disinilah awal perkenalan saya dengan tantangan berikutnya puting lecet parah, berdarah bahkan sempet mastitis. Oh nightmare!
Namun saya tetap berusaha bertahan, mencari lingkungan dan komunitas yang positif dan beruntung saya mendapat banyak support dari keluarga dan teman, tak terkecuali TUMblers.

Awal-awal ketika El pulang ke rumah bisa dibilang saya nekat karena menolak tawaran Tofan untuk menggunakan baby sitter sementara (karena dia berpikir takut kurang bisa membantu saya mengurus El dengan menggunakan kruk hingga awal April). Bukan apa-apa sih, saya hanya mau belajar mengurus El sendiri dan saya berhasil meyakinkannya walau ada kejadian lucu (well, saat itu panik sih) dimana dari jam 11 malam – 5 pagi El sama sekali tidak bisa tidur, sedikit-sedikit buang air besar sehingga kami memutuskan membawanya ke UGD dan ternyata hal itu sangat normal (kata dokter jaganya: “anak pertama, ya mbak?”). Kemudian kita panik saat ada benjolan di lengan kiri El dan ternyata saat diperiksa dokter katanya itu itu wajar akibat imunisasi BCG (bilang dong di awal pikir kami dalam hati :)).

Tantangan ketika cuti melahirkan habis
Rasanya tidak rela meninggalkan El lama-lama di rumah, namun it’s my choice to be a working mama and continue to work. Saya (ehm) masih butuh uangnya dan bekerja bagi saya merupakan sarana aktualisasi diri walaupun saya tidak mempunyai ambisi sebesar seperti awal bekerja. Agar hati tenang ketika ke kantor, 3 hari sebelumnya saya melakukan simulasi dengan orang rumah dan mbok yang turut membantu menjaga El. Saya mengajari mereka cara memberikan ASIP, mencuci botol, membuat panduan bagi mereka dan mengamati bagaimana mereka menenangkan El, dan ternyata mereka lulus. Bekerja dengan jam kerja di atas jam normal (kurang lebih 10-12 jam) dan kadang-kadang harus bekerja di rumah pun tentu sangat menguras tenaga, pikiran dan emosi. Oleh karena itu saya berusaha memanfaatkan waktu saya yang terbatas bersama El menjadi maksimal. Saya tetap melakukan rutinitas memandikannya di pagi hari, menyusui sebelum ke kantor, menyiapkan makanan sehingga orang rumah bisa tinggal menghangatkannya saja (therefore I strongly recommend slow cooker!), menyuapinya
beberapa sendok pertama dan saya juga memutuskan menggunakan ojek sebagai transportasi saya. Satu lagi yang penting, tantangan bagi WM adalah membuat manajemen ASIP sehingga stok di rumah tidak defisit. Sangat melelahkan ya? Apalagi kalau ada masalah tambahan lainnya, tapi semuanya langsung hilang sekejap ketika disambut dengan senyuman hangat, tangan yang terbuka lebar minta digendong, mata yang berseri-seri dan belakangan diiringi ucapan “mama” - mmh, sebenernya seringnya papa sih, tapi saya tahu maksudnya El itu mama ;).

So, he really became my mood booster. Thank you, baby El.

Tantangan berikutnya setelah El 6 bulan: berat badan yang rendah
Walaupun El jarang sakit (paling Cuma pilek 2 hari) dan kenaikan berat badan selalu ada (at least naik, ngga turun), namun ketika El berusia 8 bulan (sudah makan ) dengan berat badan yang tetap di bawah persentil 3 chart WHO (6.8 kg) membuat dokternya meminta kami melakukan tes urine yang dilanjutkan dengan tes darah untuk mengetahui penyebabnya, apalagi dengan histori waktu dalam kandungan dulu El dikategorikan IUGR. Hasil tes urine baik dan dari tes darah ternyata diketahui bahwa El kekurangan zat besi sehingga diberikan suplemen tambahan dan saya ditantang oleh dokter untuk menaikkan berat badan El dalam jangka waktu sebulan. Sedih dan gagal rasanya waktu itu, namun saya jadi terpacu untuk mencari tahu jenis-jenis makanan/minuman yang banyak mengandung kalori tinggi dan zat besi dan membuat jadwal makanan untuk El. Puji Tuhan, berat badan El bisa naik 7.4 kg dan akhirnya masuk di dalam persentil tersebut. My little boy is a survivor, isn’t he? Dan di usianya 11 bulan saat ini berat El 8.1 kg dan sudah mendekati persentil 15, yeay!

Tantangan mendidik El in the future
Saya dan Tofan sepakat untuk mengadopsi cara didik orang tua kami dimana dalam periode tertentu (mungkin hingga tamat SD), kami yang memegang kendali dan mengatur dia dan tidak akan memanjakannya dan setelah secara bertahap itu akan sedikit loose namun tetap dikontrol. Sama seperti kebanyakan orang tua lainnya, kami menginginkan hal yang simple saja: El takut akan Tuhan, sayang, hormat dan bisa menganggap kami sebagai temannya. Mmh, El jago main bola (tapi jangan sampe patah kaki kayak Papanya), renang, jago main gitar dan suka makan duren would be a plus ;) (walaupun pasti akan ditentang oleh Tofan, si pembenci duren).

Akhir kata, saya merasa seperti terlahir kembali sejak El lahir. Apalagi menjadi seorang mama di jaman sekarang yang kian tak bisa diduga merupakan suatu tantangan tersendiri. Saya akan terus belajar melewatinya dan berusaha mengatasinya. You are what you choose to be in a community, better choose it carefully karena bagi saya pengalaman orang lain justru adalah pelajaran yang paling berharga. Lucky me, to be surrounded by all of you. I learned a lot from you guys. Thank you.

Kategori Terkait


Tag Terkait

75 Komentar
grace triguna
grace triguna September 27, 2012 3:43 pm

Salam Kenal sist..
Amazing Mom! Jadi semakin semangat untuk terus berharap Tuhan memberikan " a greatest gift "NYA dlm rmh tanggaku ;)
baby El nya lucu n ganteng bgt..gemesin ^_^
God bless you n you're family..

lisbeth
lisbeth February 2, 2012 3:48 pm

Salam kenal Crey..your story is so sweet and touch me..
Big hug to baby El ...mmmuuuacch...:-)

sinta khairunnisa April 16, 2011 9:23 am

salam kenal sis...ceritanya inspring banget...
dan suka sekali quote ini..
"Apalagi kalau ada masalah tambahan lainnya, tapi semuanya langsung hilang sekejap ketika disambut dengan senyuman hangat, tangan yang terbuka lebar minta digendong, mata yang berseri-seri dan belakangan diiringi ucapan “mama” – mmh, sebenernya seringnya papa sih, tapi saya tahu maksudnya El itu mama ;) "

Devina
Devina April 11, 2011 12:28 pm

wah same here mba...waktu terakhir usg baby attila dh 3.2kg katanya smp aku disuruh ngurangin konsumsi yg manis2 sm obgyn eh pas lahir kok cm 2.4kg sediiih rasanya...mw gendong jg ngeri saking mungilnya :(

begitu pula kepanikan yg melanda new mom with her lil'baby
tfs y mba, berkat TUM aku jd tw semua ortu baru merasakan yg sama, skr baby attila dh 2m, alhamdulillah beratnya terakhir dh 4.3kg dan sepertinya skr dh 5kg lbh dh berasa kl digendong hehe...

oia kl soal patah kaki,pasang pen n pake kruk selama 3 bln aku dh ngalamin tp wkt msh single.

Perjuangan menyusui dgn puting lecet jg aku alami, dan skr walo aku msh berjuang dgn asip krn cuti cm dikasih 2 bln dan dh msk kerja lg, tp tetap semangat!

TUM really helping me, read all those experience makes me feel supported :))

Dudut
Dudut March 4, 2011 2:37 pm

Happy belated birthday, El!

Hey Crey, salut buat perjuangannya. Scr gw mrasa diri gw jg tomboy&klo dkt anak2 sblm hamil, pst anak2 kecil pd kabur. Krn mrk ngrasa aura yg kurang bersahabat dr si tante gimbal ini. Wkwkwkwk.

Hey El, shine like a star&bless this nation with your talents!

God bless three of you :)
-dudut&CJ-

Chrisye Wenas
Chrisye Wenas March 10, 2011 4:50 pm

Amiinnn, tengkyuu tante dudut :)

Seriously pernah gimbal juga? hihihi, gw cuman bertahan seminggu saja! gatel bok! :D
Tengkyuu yaaa.... GBU too and CJ :)