Anak sulung saya, Alde, termasuk anak yang biasa-biasa saja untuk urusan olahraga. Untuk aktivitas fisik, Alde mengikuti wushu setiap akhir pekan. Mulai kelas 6, aktivitas tersebut saya stop dulu mengingat ujian masuk SMP dan persiapan UN dari sekolah dengan diadakannya PM (pendalaman materi) yang padat. Kami berdua sepakat bahwa konsentrasi dahulu di ujian masuk SMP dan UN.
Setelah pengumuman kelulusan masuk SMP dan alhamdulillah Alde diterima, saya mulai membuka pembicaraan mengenai lari. Kebetulan di SMP Alde nanti, ada kegiatan lari setiap Jumat pagi. Bila tidak dibiasakan dari sekarang, saya khawatir Alde tidak bisa mengikuti. Saya mengerti dan tidak memaksa Alde untuk lari, meski lari adalah aktivitas fisik favorit saya. Meski sudah lebih dari 5 tahun lari, saya tidak ingat kalau Alde ingin juga lari bersama saya. Mungkin memang dia tidak menikmati setelah mencoba. Ya, kami pernah lari bersama dan sangat terlihat kalau dia tidak menyukainya.
Saya lalu browsing dan melihat youtube sekolah Alde nanti. Kebetulan ada dokumentasi kegiatan lari. Saya lalu memperlihatkannya pada Alde dan kembali wacana lari bersama, saya angkat lagi. Ternyata, dengan sangat mudah, Alde bersedia untuk lari bersama saya. Kami lalu menjadwalkan untuk lari setiap Sabtu dan Minggu pagi dengan jarak lari 3-5KM.
Lalu apa yang perlu dipersiapkan untuk lari bersama anak?
1. Sepatu Lari
Sangat penting untuk menggunakan sepatu khusus untuk lari karena ini sangat berpengaruh untuk kenyamanan dan keamanan anak ketika lari. Saya beruntung ternyata panjang kaki Alde sudah sama dengan kaki saya! Jadi Alde bisa menggunakan sepatu lari milik saya.
2. Baju Lari
Meski terlihat simple, saya pribadi lebih memilih anak-anak untuk menggunakan kaos yang memang khusus untuk lari. Tidak menggunakan kaos yang dipakai sehari-hari. Keringat yang dihasilkan saat berlari akan lebih banyak sehingga anak perlu menggunakan baju yang nyaman. Baju khusus untuk lari anak sekarang tidak sulit untuk didapatkan. Baju khusus untuk lari ringan dan keringat akan dengan cepat menguap, sehingga anak akan nyaman ketika berlari.
3. Intro sebelum Lari
Bagi anak-anak, lari dengan pace yang lambat akan sangat membosankan. Mereka secara natural adalah pelari-pelari yang kencang dan senang melakukan sprint. Beri pengertian pada anak untuk lari dengan pace yang nyaman, tidak terlalu cepat atau lambat. Yang penting, berusaha untuk menikmati jarak lari. Saya dan Alde sepakat untuk lari 4-5KM dimana setiap selesai lari 1KM kami akan berjalan 200M dan lanjut lagi lari. Demikian seterusnya hingga target jarak tercapai.
4. Bekal Air Minum
Jangan pernah lupa untuk membawa air minum. Bila tidak, urban Mama harus mengetahui rute lari dan memastikan bahwa ada tempat yang bisa dikunjungi untuk membeli minum. Saya sendiri selalu membawa air minum. Jangan sampai dehidrasi!
5. Lakukan Secara Bertahap
Mengajak anak lari, satu hal yang paling penting adalah FUN. Lari harus dilakukan dengan cara yang menyenangkan. Urban Mama ingat kan? Dulu lari identik dengan hukuman di sekolah. Terlambat masuk sekolah atau ada PR yang tertinggal, biasanya guru menghukum dengan cara lari mengelilingi lapangan. Itu yang secara tidak sadar membuat beberapa orang mengindari lari karena identik dengan hukuman. Bila anak terlihat lelah, lakukan jalan santai dan lupakan rencana awal untuk lari dengan jarak yang lebih jauh. Menikmati waktu berdua bersama anak jauh lebih penting daripada target lari dengan jarak yang lebih jauh.
6. Ganti Rute Lari
Agar tidak bosan, saya mengajak Alde untuk lari di tempat yang berbeda. Kalau Minggu, kami selalu lari di CFD Sudirman. Untuk hari Sabtu lah yang rute larinya berganti-ganti agar ada suasana baru.
i
Senang rasanya, sekarang Alde sudah tidak banyak mengeluh lagi ketika kami lari bersama. Kalau dia merasa saya lari terlalu lambat, maka ia akan lari mendahului saya dan menunggu di tempat yang biasa menjadi tempat istirahat kami. Awalnya, lari 1KM lalu berhenti, tapi kemarin, 3KM sudah bisa non stop. Bagi saya, ini adalah sebuah perkembangan. Yang saya senang juga adalah rasa kepuasan Alde ketika berhasil menyelesaikan lari 4-5KM.
Setelah lari, kami ada ritual untuk mengunjungi cafe dan menikmati minuman sambil ngobrol. Menyenangkan sekali dan yang penting, relaxing!
Yang menyenangkan, mendekati akhir pekan, Alde berkomentar kalau dia tidak sabar menunggu untuk lari lagi bersama saya. Saya sangat menikmati proses ini. Dari yang tadinya tidak suka lari, Alde pelan-pelan mulai menyukainya. Bagi saya, yang penting dia suka dulu dan menemukan fun dalam berlari. Saya harap, kegiatan lari Alde tidak ada "garis finish"-nya. Mudah-mudahan lari akan menjadi aktivitas fisik yang menyenangkan baginya.
Setuju teh, lari sama anak juga harus menyenangkan buat mereka.
Awal ajak anak2 lari, mereka maunya sprint terus, padahal jarak yang mau ditempuh bisa dibilang lumayan lah 1-3 KM. Kalo gitu biasanya kubiarin aja mereka lari duluan, kalo capek kan baru mau dengerin mamanya :p.
Setelah bisa atur pacenya sendiri, aku kasih rute yang "seru dan menantang" buat mereka. Enaknya daerah rumah masih asri, jadi bisa ketemu banyak hewan, nyemplung sawah/kali sekalian. Hahaha..