Saya sungguh tidak mengira akan melahirkan anak saya yang posisinya sungsang dengan cara normal.
Ini kehamilan pertama saya, jadi saya sangat rajin membaca dan mencari informasi seputar kehamilan, mulai dari buku, internet, sampai dengan bertukar pikiran dengan teman-teman yang sudah pernah melahirkan, agar saya sendiri lebih tenang menjalani kehamilan saya. Dari awal kehamilan, saya memantapkan hati saya untuk melahirkan secara normal. Karena menurut informasi, melahirkan normal tidak membutuhkan waktu yang lama agar dapat pulih, ditambah lagi, melahirkan normal lebih menghemat biaya rumah sakit.
Sejak awal, saya berkonsultasi dengan dokter kandungan yang sudah lama dikenal oleh keluarga tante saya, direkomendasikan karena katanya dokternya baik, dan yang paling penting, pro normal. Namanya Dr. Handaya, Spog. Kebetulan klinik beliau tidak jauh dari tempat tinggal.
Kehamilan saya berjalan mulus dari sejak awal, tidak banyak mual, bisa makan, berat badan naik normal 1 kg/bulan, sampai saat memasuki bulan ke-6 saat di-USG, ternyata posisi anak saya sungsang. Dokter pun menyarankan agar saya banyak melakukan posisi bersujud dan menenangkan hati saya dengan mengatakan, "Masih bisa berputar, tenang saja ya Bu." Saya mulai banyak mencari informasi seputar kehamilan sungsang.
Informasi yang saya dapatkan dari sini menyebutkan:
Bila posisi bayi sungsang terjadi sebelum usia kehamilan 32 minggu (8 bulan), masih ada peluang janin mengubah posisi karena air ketuban masih banyak sehingga janin bisa bergerak. Sebelum minggu ke 34, lakukan posisi bersujud (knee chest position) dengan perut menggantung ke bawah, 2 kali sehari selama 10 menit untuk membantu mengubah posisi janin ke normal. Jika minggu 34 masih sungsang, tanyakan ke dokter externalcephalic versin/ECV atau metode pemutaran posisi janin dari luar. Namun, selain sakit, cara ini juga berisiko bagi janin, karena ia bisa kekurangan suplai oksigen ke otaknya.
Karena masih 6 bulan, saya masih santai-santai saja waktu itu, bersujud hanya sesekali saja. Memasuki bulan ke-7, kembali dokter melakukan USG, dan mendapati bahwa posisi janin saya masih sungsang. Saya mulai was-was. Saya lalu mengikuti senam hamil, yang ternyata cukup membantu, karena tidak hanya agar dapat melahirkan secara normal dengan baik, tapi juga mengajari bagaimana cara melakukan posisi "bersujud" yang baik agar janin dapat berputar ke posisi normal. Saya mulai rajin melakukan instruksi dokter, pagi dan malam selama 10 menit. Saat sedang hamil besar, melakukan posisi ini bukanlah hal yang mudah dan cukup melelahkan. Sumber lain mengatakan bahwa kita dapat mengajak si bayi untuk berbicara dan mengatakan agar dapat berputar. Setiap hari hal ini saya lakukan juga. Tidak lupa saya dan suami berdoa bersama agar bayi dalam kandungan saya bisa berputar sehingga saya dapat melahirkan dengan normal.
Memasuki bulan ke-8 , ketika di USG, ternyata janin masih belum berputar, saya sudah mulai putus asa untuk melahirkan normal waktu itu, karena menurut semua informasi yang saya baca, melahirkan normal untuk bayi sungsang berisiko tinggi. Meskipun begitu, dokter saya tetap menyemangati saya dengan mengatakan bahwa pada beberapa kasus, si bayi berputar menjelang kelahirannya. Dokter meminta saya melakukan posisi bersujud lebih rajin. Saya pun melakukannya lebih rajin, malah sering sekali saya tertidur dalam posisi bersujud. Suami juga mendukung dan menyemangati saya agar saya tetap berdoa dan berharap untuk melahirkan secara normal.
Pada minggu ke-34, saat USG begitu mendebarkan, ternyata masih saja sungsang. Waktu itu saya merasa tidak mungkin untuk melahirkan normal. Dokter hanya berpesan, "Yang rajin ya bersujudnya Bu." Dua hari kemudian, saya memantapkan hati untuk operasi sesar, mengumpulkan informasi tentang hal itu dan risikonya, juga berdiskusi dengan suami seputar biaya melahirkan sesar. Suami saya dengan sabar mengatakan bahwa biaya bisa disiapkan, mari kita tetap berdoa supaya si kecil bisa lahir dengan normal, sehat, dan sempurna tanpa kekurangan sesuatu apaun. Dukungan suami sungguh besar bagi saya melahirkan secara normal.
Memasuki minggu ke-37, rasa cemas saya sudah berkurang, dan memantapkan hati untuk menginformasikan dokter saat jadwal periksa besok bahwa saya memilih operasi sesar saja. Ternyata Tuhan berkehendak lain bagi saya. Keesokan paginya, sekitar pukul 04.30, saya tidak dapat menahan keinginan untuk buang air kecil (BAK), pertama kali saya kira hal itu wajar karena saya tidak bangun di tengah malam, tapi 15 menit kemudian, terulang lagi. Sepuluh menit kemudian, saya kembali ingin BAK tanpa dapat ditahan, saya pun memutuskan untuk bangun dan mulai melakukan aktivitas pagi saya sebelum bekerja, saya kira, saya terlalu banyak minum sehingga tidak bisa menahannya. Tetapi saat saya bangun dan berberes, kembali lagi, keluar air seperti BAK tanpa dapat ditahan, Saya langsung curiga bahwa ketuban saya telah pecah, saya pun membangunkan suami dan bersiap berangkat ke Rumah Sakit, dengan membawa perlengkapan melahirkan untuk jaga-jaga.
Sesampainya di rumah sakit, saya pun diperiksa oleh suster jaga, pada pukul 06.30, dipastikan bahwa air ketuban saya sudah pecah, suster jaga juga sempat memeriksa posisi bayi (bukan dengan USG) dan mengatakan bahwa posisinya masih sungsang. Suster menghubungi dokter waktu itu via telepon, dan dokter menginformasikan agar saya tetap tenang.
Karena ketuban sudah pecah, hari itu saya harus melahirkan, dan karena posisi si bayi masih sungsang, jadi saya akan dioperasi sesar pada siang harinya. Saya diminta untuk berpuasa lebih dahulu, dan dokter mengatakan bahwa akan tetap mengecek pada saat tiba di rumah sakit nanti.
Awalnya saya sama sekali tidak merasakan sakit kontraksi, sampai pukul sembilan pagi, sakit kontraksi mulai terasa. Dokter tiba pukul 10.30, dan langsung melakukan USG. Saya ingat sekali ekspresi dokter waktu itu, "Ini anaknya masih sungsang, tapi posisinya bagus, beratnya juga pas, tidak terlalu besar, kemudian sejak tadi juga bukaannya jalan, kita normal saja ya, Ibu tenang saja, saya sudah di rumah sakit, akan saya tunggu sampai jam berapa pun." Saya dengan ragu mengatakan "Yakin Dok?" Dokter dengan tenang menjawab "Ya, bisa normal, tenang saja, nanti habis ini makan dulu sedikit supaya ada tenaga, pokoknya harus semangat ya, bisa normal. Mana suaminya, biar saya informasikan dulu." Kebetulan saat itu suami saya sedang di luar untuk mengurus administrasi rumah sakit, setelah itu suster pun membawakan saya makanan sedikit untuk dimakan.
Saya cukup terkejut, tapi saya tetap berdoa agar Tuhan mengawal kelahiran saya sehingga semuanya berjalan lancar dan anak saya bisa lahir tanpa kurang sesuatu apa pun.
Pukul 12 siang, kontraksi makin terasa, suster mengecek bahwa saya sudah pembukaan 9, dan dokter pun sudah dihubungi, alat-alat melahirkan mulai disiapkan. Suami sudah berpesan kepada saya dua hari sebelumnya agar saya tidak marah-marah dan mengumpat ketika mengalami rasa sakit pada saat proses persalinan karena kami menantikan sebuah karunia luar biasa yang diberikan oleh Tuhan dan harus dilalui dengan senyuman dan ucapan syukur. Syukurlah saya cukup ingat pesan suami, sehingga selama proses persalinan, saya tidak terbawa emosi.
Saat yang kami nanti-nantikan pun tiba, pukul 13.21, putra pertama kami, Joel Oliver Susanto, lahir secara normal dalam posisi sungsang sempurna dengan berat 2,66 kg dan panjang 46 cm.
Kepada Urban mama yang mungkin akan melahirkan, tetaplah berdoa dan berserah kepada Tuhan bahwa yakin Dia akan yang memberikan yang terbaik.
Oiya, dan sekarang usia kehamilanku sudah masuk 38 w, dengan posisi sungsang sempurna (bokong sudah masuk jalan lahir), dokter juga sudah menyarankan operasi. Ini kehamilanku yang ke-4 untuk anak yang ke-3 (kehamilan ke-2 keguguran), proses melahirkan sebelumnya normal. Dsog-nya moms Shindi oke bangeeet, suka deh dalam menangani pasien. Kebetulan dsog ku agak kaku, jadi aku sendiri kurang dapet ketenangan secara psikis dari dsog. Ini mau coba ke dsog lain untuk second opinion. Bismillah persalinan lancar.
Salam kenal buat baby Joel yaaa
Moms Shindi hebaaaat, aku terharu baca artikelnya. Mencerahkan sekali pagi-pagi gini, pas kebangun ga bisa tidur, disambi nyari2 artikel tentang bayi sungsang. Posisi babyku jg masih sungsang, dia muter justru di usia 36 w, jadi cukup bikin kaget waktu itu, karena pas kontrol di 33 w posisi kepala udah bener walau belum masuk ke jalan lahir. Segala macam ikhtiar sudah aku lakuin mulai dari posisi yoga, sujud, dengerin Al-Quran, pake Essential Oil, akupuntur, moxa dll untuk supaya janin bisa muter. Tapi sepertinya memang aku harus lebih ikhlas lagi untuk bisa menerima, karena segala sesuatu dari-Nya itu selalu baik dan InsyaAllah ada jalannya, Amiiiin. Terima kasih banyak sharing ceritanya ya moms Shindi
bener2 deg2 an baca artikel ini.
saya skrg hamil 30 minggu dan bayi dalam posisi sungsang. selain sungsang, ari2 bayi menutup jalan lahir jadi disarankan oleh dokter untuk operasi sesar padahal saya pengen melahirkan normal.
kalau melahirkan sungsang secara normal apa itu berarti kaki bayi keluar terlebih dahulu?
ada yg bisa jelaskan posisi sujud yg benar pada kehamilan sungsang itu seperti apa?
Senasib nih, aku mulai 31week bayinya muter lagi jadi sungsang (awalnya uda bagus kepala di bawah) semoga bisa lahiran normal juga...doakan ya moms :)
@ mom fitrya : semangat ya.. Semoga nanti persalinannya lancar, baby jg bs lahir dengan sehat dan sempurna... :D
@ mom vini ratnasari ; terima kasih ya.. :)