Salah satu kegiatan menyenangkan yang saya bayangkan bersama anak-anak adalah membiarkannya asyik bermain hujan. Namun ternyata keasyikan tersebut belum bisa dinikmati oleh kedua anak saya hingga saat ini. Kedua anak saya sangat sensitif dengan perubahan cuaca dan udara dingin dan rentan sekali mengalami batuk dan pilek.
Musim pancaroba dan penghujan sering menjadi saat-saat sulit bagi kami. Lingkungan yang menjadi lebih lembab membuat virus dan bakteri lebih mudah berkembang biak. Udara menjadi lebih dingin dan jarang bisa “berjumpa” dengan matahari untuk berjemur pagi hari. Kemungkinan tertular penyakit seperti batuk dan pilek pun jadi lebih tinggi. Jika sudah berhadapan dengan kondisi lingkungan demikian, batuk pilek tidak hanya datang, tetapi bisa memakan waktu lebih lama untuk sembuh.
Batuk dan pilek mungkin adalah penyakit yang 'lumrah' dan biasa bagi keluarga lain. Ada yang tanpa diberi obat pun bisa sembuh. Namun ada juga yang ketika batuk pilek melanda, rasanya jadi momok sekeluarga. Pernyataan bahwa batuk dan pilek mempengaruhi kualitas tidur dan keseharian anak-anak, benar adanya kami rasakan. Ketika anak-anak mengalaminya, it consumes us both physically and emotionally.
Ada suatu masa anak pertama kami batuk dan pilek sampai lebih dari sebulan dan akhirnya harus opname karena sudah mengalami infeksi. Kejadian serupa juga sempat dialami adiknya, namun berbekal pengalaman sebelumnya, alhamdulillah tak sampai infeksi atau opname. Pernah kami harus bolak-balik ke rumah sakit karena obat yang diresepkan tidak kunjung membawa kemajuan. Untuk sembuh, mereka beberapa kali harus diresepi obat berbeda karena beberapa jenis obat yang diberikan sebelumnya sudah tidak mampu bekerja melawan bakteri.
Rasa khawatir akan kesehatan jangka panjang anak-anak juga selalu hinggap di benak saya. Sering saya takut bagaimana daya tahan alami tubuh mereka di kemudian hari jika terpengaruh efek mengonsumsi beberapa macam obat dan antibiotik. Belum lagi mendengar selentingan dan celetukan dari pihak-pihak yang tidak benar-benar mengetahui kondisi anak-anak kami seperti “Dikit-dikit periksa”, “Pengobatan yang alami aja sembuh kok”, atau “Kasihan loh minum obat terus”.
Beruntungnya kami bertemu dengan dokter-dokter spesialis anak yang sangat bersahabat, suportif, dan transparan menjelaskan tindakan medis yang perlu diambil. Batuk dan pilek berkepanjangan yang dialami anak-anak kami, menurut dokter, bisa dikategorikan kronis dan terjadi berulang. Berdasar pemeriksaan dan riwayat kesehatan anak-anak, ada tiga kemungkinan penyebab yang dicurigai:
1. Tubercolosis anak (TBA). Awalnya dugaan ini yang paling kuat mengingat berat badan anak-anak juga termasuk rendah. Namun dua kali rontgen thorax dan tes manthoux dalam dua tahun berturut-turut menunjukkan hasil negatif.
2. Masalah pada amandel. Pemeriksaan fisik amandel menunjukkan masih pada derajat yang normal. Dugaan ini pun kemudian tak terbukti.
3. Alergi. Meski belum menjalani tes alergi, tetapi saat ini kuat mengarah pada alergi sebagai penyebabnya. Kekebalan tubuh anak alergi cenderung akan menurun saat bersentuhan dengan alergen, kemudian virus atau bakteri ikut hinggap sehingga mudah menimbulkan penyakit. Dokter menyarankan kami mengamati dan jika bisa membuat catatan makanan, minuman, serta kondisi lingkungan di sekitar sebelum munculnya sakit. Dari sini kami menyadari bahwa tidak hanya kondisi lingkungan yang dingin, tetapi juga debu, kapuk, bulu, minuman dingin, serta makanan yang mengadung zat aditif sebagai pencetus batuk dan pilek.
(Kredit gambar: www.freedigitalphotos.net)
Sebagai orangtua, kami merasa perlu mengambil langkah yang signifikan sebagai pencegahan. Harapannya agar anak-anak kami tak perlu mengalami berkali-kali sakit dan minum obat. Konsumsi obat terus-menerus tentu memperberat kerja ginjal. Kami juga berharap suatu saat imunitas tubuh mereka bisa cukup kuat lagi untuk melawan batuk dan pilek ini tanpa bantuan banyak obat-obatan. Berdasarkan konsultasi dengan dokter, berikut hal yang direkomendasikan:
1. Menghindari pencetus alergi atau alergen. Lingkungan rumah harus bersih dari debu dan bulu, harus dibersihkan atau di-vacuum secara teratur. Boneka-boneka bulu pun sudah kami museumkan, AC juga secara berkala rutin dibersihkan.
2. Untuk makanan dan minuman, hindari juga makanan dan minuman yang menyebabkan alergi dan menurunkan daya tahan alami tubuh. Sebisa mungkin anak-anak hanya makan makanan yang dibuat di rumah. Jika ingin membeli di luar, harus dipastikan kebersihan, kemasan, bahan, dan merk produknya.
3. Tidak semua faktor di lingkungan dapat kita kontrol, seperti suhu udara dan lingkungan makro. Imunitas anak harus juga ditingkatkan untuk menghadapi faktor-faktor yang tak selalu dapat dikontrol tersebut. Menurut dokter, beberapa pilihan yang dapat diambil:
a. Berjemur di pagi hari. Sinar matahari pagi dapat menghangatkan badan, merangsang produksi vitamin D dalam tubuh, serta mematikan virus bakteri.
b. Memastikan sinar matahari masuk rumah dan terjadi pertukaran udara (aerasi yang baik) dengan membuka pintu dan jendela setiap hari.
c. Menggunakan masker saat beperigan ke tempat yang berdebu dan berasap.
d. Madu. Khasiat madu tidak hanya mengandung antioksidan yang sangat baik untuk imunitas tubuh, tetapi juga mampu mengurangi gejala batuk.
e. Konsumsi probiotik. Probiotik adalah bakteri baik dan ragi (yeast) yang sekarang sudah dikemas sedemikian rupa agar mudah dikonsumsi dalam bentuk seperti suplemen atau makanan. Tidak hanya bagus untuk memperbaiki sistem pencernaan, probiotik juga memiliki efek positif bagi penderita alergi dan pilek. Penggunaan dan rentang konsumsi probiotik sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.
f. Suplemen kesehatan anak. Tidak ada merk tertentu yang direkomendasikan, asalkan terdaftar dan dengan konsultasi dokter. Memperbanyak konsumsi buah dan sayur pun juga bagus untuk asupan vitamin dan mineral, asalkan sudah tahu mana saja sayur dan buah yang aman dimakan dan tak menyebabkan alergi. Disarankan juga untuk tidak mengomsumsi satu jenis suplemen terus-menerus, berganti setiap rentang waktu tertentu lebih baik. Selalu konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu dan baca baik-baik bahan dan petunjuk pemakaian.
Kami masih terus-menerus mengusahakan langkah-langkah di atas, harapannya semoga membuahkan hasil dan memberikan efek positif bagi kesehatan anak-anak. Semoga tips ini bermanfaat bagi sesama Urban Mama yang anak-anaknya mengalami kondisi yang hampir serupa.
Musim pancaroba memang sering jadi musim penyakit termasuk batuk pilek dan penyakit virus lainnya. anak-anak di daycare aku aja silih berganti pada sakit dan biasanya memang setiap musim pancaroba seperti itu. Thanks banget sharing nya ya pit berguna sekali
Iya, peralihan musim mmg selalu rentan bikin batuk pilek muncul. Di kantor suamiku & di sekolahnya anak banyak yg kena. Tipsnya berguna sekali buat sekeluarga nih... Terima kasih buat tipsnya yaa mba Pipit!
di sekolah anak saya sedang banyak yang sakit batuk pilek juga mbak. kadang orang tua juga ikut "tumbang". sama-sama...semoga bermanfaat
Thanks for share ya mba Pipit!
Kid1 bolak balik batuk karena amandel dan alerginya.
Musim gini emang paling cepat bikin sakit, padahal ini bulannya ujian2 >.<
Sama-sama mbak Cind. Ealah yang no 1 ada alergi dan amandel ya mbak. Kapan-kapan sharing ya. Memang jadi membatasi aktifitas anak banget ya. Mulai dari bermain sampai sekolah
Terima kasih mama Pipit tulisannya. Sama anak kedua ku langganan banget sama batuk pilek, kalau di kelas ada yg batuk atau saudara yg batuk biasanya langsung ketularan. Terima kasih tipsnya ya mama pipit.
Betul banget mbak. Kalau ada teman di sekolah atau salah satu anggota keluarga sakit, rawan banget ketularan. Apalagi pas musim pancaroba satu kelas bisa dibilang "giliran" sakit.
bener banget, akhir-akhir ini cuaca cepet banget berganti dari panas bisa tiba-tiba hujan lebat... dan ada pengaruhnya pada kesehatan anak-anak. thanks untuk tipsnya yah pipit... sangat berguna.
Sama2 mbak Nit...