Mengajarkan Anak Berpuasa, Apa yang Harus Diperhatikan?

Oleh the urban mama pada Senin, 04 Mei 2020
Seputar Expert Explains
Mengajarkan Anak Berpuasa, Apa yang Harus Diperhatikan?

 

Berpuasa di bulan Ramadan merupakan kewajiban bagi umat Islam. Anak-anak yang belum mencapai usia pubertas merupakan pengecualian. Meski tidak diwajibkan berpuasa, seorang anak perlu mengenal dan belajar sejak dini agar terbiasa berpuasa. Lalu hal apa saja yang harus diperhatikan oleh orangtua saat mengajarkan buah hatinya berpuasa?

 

Dampak puasa terhadap tubuh anak

Berpuasa mengubah kondisi tubuh seorang anak. Setelah berpuasa 6 jam, tubuh akan mulai memecah cadangan gula dalam tubuh (glikogen) untuk menjaga kadar gula dalam darah. Apabila puasa dilanjutkan hingga mencapai 16 jam, maka perlahan cadangan glikogen akan habis. Tubuh kemudian akan menggunakan lemak yang ada dalam tubuh sebagai sumber energi. Protein sebagai zat pembangun tubuh akan diusahakan untuk dijaga dan merupakan komponen terakhir yang akan dipakai bila puasa terus berlanjut.

Semakin kecil usia seorang anak, maka cadangan glikogen yang dimiliki semakin sedikit. Akibatnya bayi dan balita lebih berisiko mengalami hipoglikemia, yaitu berkurangnya kadar gula darah dalam tubuh. Anak yang berusia di bawah usia 7 tahun merupakan kelompok yang lebih berisiko mengalami hipoglikemia apabila berpuasa. Selain itu kelompok usia ini lebih rentan mengalami kekurangan cairan. Perubahan pola tidur akibat bangun sahur juga dapat berdampak pada kemampuan di sekolah.

 

Panduan berpuasa pada anak

Urban Mama dapat mulai mengajari anak berpuasa ketika ia berusia di atas 7 tahun. Pada usia ini dampak kesehatan yang tidak diinginkan akibat berpuasa semakin jarang ditemui. Bila anak sudah lebih besar, ketika memasuki usia remaja, risiko hipoglikemia akan semakin berkurang. Mereka sudah lebih mampu menahan lapar dan haus. Suatu penelitian di Qatar menunjukkan performa akademik anak berusia 12 tahun yang sedang berpuasa juga cukup baik.

Urban Mama dapat mulai mengajari anak untuk berpuasa dari makanan padat terlebih dahulu dan izinkan mereka tetap minum air untuk menghindari kekurangan cairan, terutama bila cuaca panas. Mama dapat memulai mengajak anak berpuasa selama 6 jam, misal berpuasa sejak bangun pagi hingga jam 12 siang. Dengan pola seperti ini, anak belajar menahan lapar dari makanan yang sehari-hari dimakan. Selanjutnya Mama dapat mulai mengajarinya untuk menahan haus. Umumnya anak masih dapat menoleransi tidak minum air selama 2-4 jam.

Seorang anak masih perlu tumbuh dan berkembang sehingga harus mendapatkan asupan nutrisi yang cukup meski berpuasa Ramadan. Pastikan anak mendapat makanan bergizi saat sahur dan berbuka, yaitu makanan yang mengandung makronutrien (makanan utama) dan mikronutrien (makanan yang mengandung vitamin dan mineral) yang dibutuhkan oleh tubuh. Mama dapat memberikan makanan yang mengenyangkan pada saat sahur yang mengandung karbohidrat kompleks, protein, dan lemak. Hindari memberikan makanan yang mengandung gula sederhana, seperti makanan ringan yang manis. Mama dapat memberikan susu yang merupakan sumber zat gizi yang lengkap untuk anak pada saat sahur dan berbuka.

Jangan lupa semangati mereka dan ucapkan kata-kata pujian ketika mereka sedang berpuasa dan berhasil menahan lapar dan haus. Awasi tanda bahaya dehidrasi dan hipoglikemia. Segera sudahi berpuasa bila anak tidak sanggup melanjutkan. Pada saatnya, perlahan tapi pasti, anak akan terbiasa berpuasa Ramadan. Selamat berpuasa Ramadan bagi Urban Mama dan keluarga.

---

Cut Nurul Hafifah, Sp.A (K)

Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi Metabolik

RS Pondok Indah – Pondok Indah

0 Komentar