Proses Toilet Training Albert

Oleh Gabriella F pada Kamis, 23 Februari 2012
Seputar Our Stories

Proses toilet training Albert sebenarnya panjang sekali, sudah dimulai sejak awal tahun 2010. Artinya baru berhasil sekitar 10 bulan kemudian. Tapi memang pada 6 bulan pertama kami tidak terlalu konsisten, dan saya akui, kami belum terlalu siap.

Proses toilet training Albert dimulai dengan baca-baca thread ini, khususnya yang ini dan memutuskan untuk memulainya setelah renovasi rumah selesai, yaitu awal 2010. Proses ini dimulai dengan tidak lagi memakaikan Albert disposable diaper sepanjang hari. Sejak bayi memang Albert saya pakaikan disposable diaper karena dulu saya belum kenal clodi. Jadi saya membelikan Albert beberapa clodi lokal dan training pants, setidaknya agar dia merasa kalau pipis atau pup di celana itu ada rasa tidak enak. Kami juga mencoba mengajari Albert untuk pup sambil duduk di toilet, dengan dudukan tambahan (toilet trainer). Selang beberapa waktu, Albert mulai bisa memberi kode kalau mau pup, satu kemajuan berarti. Tapi tampaknya tidak ada kemajuan berarti untuk urusan pipisnya.

Setelah itu, ART kami berinisiatif untuk sama sekali tidak memakaikan disposable diaper ataupun clodi di siang hari. Selain karena Albert mulai menolak, menurut ART kami, sudah saatnya Albert untuk diajak pipis ke kamar mandi selang 15 menit sekali. Biasanya jarang terjadi kecelakaan jika Albert bersama ART, tapi jika bersama kami, kok sering ya… mungkin karena kami sering lupa mengajak Albert ke kamar mandi.

Suatu waktu saya iseng membelikan Albert celana dalam bergambar Thomas, benar-benar sekadar iseng, saya pikir, nanti juga akan terpakai, sekalian mengenalkan celana dalam kepada Albert. Ternyata celana dalam bergambar ini menjadi pemicu suksesnya proses toilet training Albert. Kalau saya pulang kantor, Albert suka pamer, “Mama, celana Thomasnya masih kering!” sambil tersenyum bangga. Wow, tak menyangka efek celana yang saya beli karena iseng itu sampai sebegitu besar. Tapi tetap saja, Albert masih harus diingatkan dan diajak ke kamar mandi setiap setengah jam sekali, dan kadang-kadang terjadi kecelakaan.

Menjelang Lebaran, menjelang ART mudik, saya sudah was-was duluan, waduh, kalau tanpa ART dan Albert masih suka mengompol, pasti ribet nih… Tapi ternyata, seminggu sebelum ART mudik tiba-tiba Albert dengan fasih bilang kalau mau pipis, dan tidak pernah mengompol lagi, lega. Dan benar, sepanjang ART mudik, si Albert selalu bilang kalau mau pipis atau pup.

Walaupun kalau di rumah sudah sukses, tapi saya masih belum PD kalau mengajak Albert jalan-jalan tanpa disposable diaper. Alasannya, nanti kalau macet gimana, kalau di tempat yang dituju gak ada WC gimana, kalau ngompol gimana, dan gimana-gimana yang lain. Sampai di satu waktu saya merasa, ah sudah cukuplah investasi saya pada perusahaan disposable diaper… harus lebih serius dalam urusan toilet training Albert.

Iseng-iseng saat liburan ke Yogya awal Oktober lalu, saya tidak memakaikan disposable diaper pada Albert kalau bepergian. Mungkin saat itu saya merasa, situasinya santai, perginya hanya jarak dekat, tidak macet, jadi tampaknya tidak masalah kalau Albert tanpa disposable diaper. Ternyata tidak seheboh dan semenakutkan yang saya pikirkan. Sempat mengompol sekali di dekat Mirota, tapi selebihnya oke tuh. Sekembalinya kami ke Jakarta, Albert bebas disposable diaper kalau siang. Sempat mengompol di Gymboree, tapi habis itu Albert lebih waspada lagi kalau mau pipis, dia suka bilang, “Papa, Albert mau pipis, cepetan Papa, nanti Albert ngompol!” Waktu mau bepergian agak jauh di Jakarta sih sempat agak deg-degan, gimana kalau macet, tapi ya sudahlah, kami coba saja, kadang kalau perjalanannya sudah sekitar satu jam, kami suka sengaja mampir di pompa bensin, memberi kesempatan Albert untuk pipis.

Satu langkah lagi, tinggal kalau sedang tidur malam. Tapi sepertinya tidak sulit, karena Albert memang tidak pernah mengompol kalau tidur siang, dan dia suka terbangun, bilang mau pipis, lalu setelah pipis kembali tidur lagi. Beberapa hari sempat saya cek, diapernya tetap kering, dan Albert memang sudah menolak jika akan dipakaikan disposable diaper. Ya sudah, nekat saja, pikir saya, hari-hari pertama masih memakai training pants, sempat mengompol beberapa kali, tapi setelah seminggu, yay, kami berhasil… hore!

Rasanya senang sekali, satu lagi tahapan perkembangan telah terlalui. Tidak sesulit dan seribet yang saya bayangkan, berkat ART saya yang telaten mengajari Albert juga. Tapi memang butuh keberanian dari kami untuk mengambil risiko, maju ke tahapan selanjutnya dalam proses toilet training.

Kategori Terkait


Tag Terkait

18 Komentar
Rizqa Amalia
Rizqa Amalia March 19, 2013 12:35 am

waaah Albert pinter ya !
selamat ya mom dah berhasil toilet trainingnya..pasti bangga banget :)

makasih sharingnya mom, bermanfaat banget nih buat aku yang baru mulai TT utk Rui,2th 3 bulan

idenya celana gambar thomas oke banget tuh.. Rui juga suka Thomas :)

Hutami Kumala
Hutami Kumala March 29, 2012 11:25 am

Iya nih mom...baiknya mulai toilet training tuh di usia brp ya? soalnya sekarang ini Rama (15mo) masi belum ngerti yang begitu-begitu...tapi ada sodara yang anaknya udah mulai dikenalin toilet training di usia (18mo), berarti kalo kayak gitu udah mulai dikenalin dikit2 dari sekarang apa nunggu ntar pas 18mo aja ya?
pls advise :)
Oh ya..Albert sendiri usia brp skarang? pinter yaaa!

Paramitha Nasimova
Paramitha Nasimova March 25, 2012 6:41 pm

Jd intinya mulai mengajari toilet training umur brapa ya ibu2 baiknya? :)

Risqa Prasista
Risqa Prasista March 10, 2012 10:30 am

pengen berhasil toilet training untuk Mikayla (19bln) tp kayanya untuk anak cewe lebih susah yah :p wish me luck!

Febby Kartika
Febby Kartika February 26, 2012 9:51 pm

Senangnyaaa...hmmm..aku menyusul nih, mudah2an bisa sukses jg :D