Norwegia terkenal akan ekspor ikan salmon dan minyak bumi (yang terakhir ini jumlahnya mulai menipis dan bikin krisis). Namun yang tidak banyak orang tahu kalau Norwegia juga mengekspor sampah ke negara terdekat, yakni Swedia. Kok sampah segala diekspor?
Dari seluruh negara di Eropa, Swedia terkenal maju dalam pengolahan sampah, punya teknologi dan manajemen pengolahan sampah yang bagus tetapi kekurangan sampah untuk diolah. Akhirnya Norwegia mengirim sampah rumah tangganya untuk diolah di Swedia. Menurut pemerintah Norwegia, ini lebih ekonomis karena negara jadi tidak perlu buang-buang energi untuk membakar sampah. Oleh Swedia, sampah tersebut didaur ulang dan diubah menjadi energi panas dan listrik ramah lingkungan yang kemudian disalurkan ke perumahan rakyat, perkantoran dan gedung-gedung komersil. Jadi terkagum-kagum sendiri saat membaca cerita pengolahan sampah ini di salah satu koran lokal. Betapa sesuatu yang tadinya terlihat menjijikkan dan useless, ternyata masih bisa dicari potensinya. Ini jauh lebih bijak daripada memeras potensi alam sampai titik penghabisan demi pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Salah satu syarat yang diberikan Swedia adalah Norwegia harus memilah sampah-sampahnya terlebih dahulu sebelum siap diekspor, dan tahap ini dimulai dari rumah penduduk. Oleh pemerintah Norwegia, warga diajak memilah-milah sampah dan dikategorikan berdasarkan warna kantung sampah: hijau untuk sampah makanan, kuning untuk sampah kemasan karton, biru untuk sampah plastik dan kaleng, serta merah untuk sampah kertas. Kantung sampahnya disediakan gratis, tinggal ambil di gedung balaikota. Di sekolah pun, anak-anak diajari cara memilah sampah. Sampah yang masuk dalam kategori empat warna ini dapat langsung dibuang ke bak sampah depan rumah. Untuk sampah kaca, logam, peralatan elektronik bekas (termasuk baterai) dan baju bekas harus dibuang di tempat pembuangan khusus yang dapat ditemui di setiap area kodepos. Di setiap supermarket pun warga bisa ‘menyetorkan’ kembali sampah botol plastik yang dihargai NOK 1 (setara Rp. 1.600,-) untuk satu botol plastik kecil 300-500ml, dan NOK 2,5 (sekitar Rp. 3.800,-) untuk botol plastik volume di atas satu liter. Semua dimulai dari rumah.
Katanya beberapa kota di Indonesia (termasuk Jakarta) sudah mulai tidak memberikan kantong plastik belanja gratisan ya? Dua ratus rupiah menurut saya masih terlalu murah, segitu saja banyak yang protes. Di sini karena selembar kantung plastik dihargai NOK 1 (Rp. 1.600,-), sedari awal saya memilih pakai reusable bags dan ransel untuk membawa belanjaan. Kalau 20 kali beli kantung plastik, uangnya sudah bisa untuk beli susu satu liter atau roti rempah isi cokelat.
Menjaga lingkungan bisa dimulai dari kebiasaan kecil di rumah seperti membiasakan buang sampah pada tempatnya, mengajak anak ikut memilah jenis sampah, atau membawa bekal makanan sendiri dan memakai wadah kemasan reusable. Alma senang sekali kalau diajak menyetorkan sampah botol plastik ke supermarket & bangga saat kemudian uangnya dibelanjakan untuk sekotak susu cokelat. Untuk mengurangi sampah makanan dan kemasannya, saya memilih beli lauk dan sayur segar lokal, mengakali metode penyimpanan makanan agar sayurnya tidak lekas rusak terbuang, serta memasak sendiri ketimbang beli makanan siap saji. Ini termasuk juga untuk kopi, saya dan suami sama-sama doyan ngopi dan kami memilih beli biji kopi kiloan untuk digiling sendiri tiap kali hendak minum kopi ketimbang minum kopi instan coffee pods. Minum teh di rumah pun saya lebih memilih seduhan loose-leaf tea dibandingkan teh celup. Untuk yang senang berkebun, sampah makanan bisa diolah jadi pupuk kompos. Untuk peralatan listrik di rumah, suami selalu memakai lampu LED dan rechargeble batteries. Untuk dokumen tagihan, kami memilih metode e-statement dan e-billing; kalau perlu salinannya tinggal print saja. Mudah sekali, sampah kertas jauh lebih berkurang dan kami tidak perlu repot-repot menyortir dan mengarsip dokumen. Baju-baju juga dapat rutin dipilih mana yang bisa didonasikan. Toh menyimpan barang-barang tak terpakai sama saja seperti menyimpan sampah. Untuk beberapa celana dan baju bekas, suka iseng saya 'sulap' lagi menjadi baju boneka, tas mainan, serta selimut dan bantal perca untuk Alma.
Upaya-upaya kecil di atas mungkin sekilas terlihat remeh, terasa merepotkan dan tidak ‘wah’ dibandingkan dengan ikut acara penanaman pohon dimana-mana atau upload foto bertagar gelap-gelapan mematikan lampu selama satu jam. Namun kalau rutin dijalankan, justru manfaatnya lebih nyata. Tidak perlu menunggu kebijakan pemerintah untuk ‘memaksa’ kita mulai menjaga kebersihan dan merawat lingkungan sekitar, semua bisa dimulai sendiri dari rumah.
Kita hanya punya satu bumi, tetapi ada banyak cara untuk menjaganya. Urban mama punya kebiasaan sehari-hari dalam mengelola sampah atau menjaga kebersihan lingkungan rumah? Atau punya ide DIY memanfaatkan barang-barang bekas di rumah? Silakan berbagi ceritanya di theurbanmama.com ya.
@Pryta benar2 deh negara2 skandinavia ini...pemanfaatan sampahnya aja maksimal xD semoga Indonesia mengikuti jejaknya juga, secara banyak penduduk = banyak sampah buat diolah ya, hihi.
@Syahidah yupp, setidaknya kalau kita udah mulai duluan dari rumah, brarti sudah duluan membangun kebiasaan baik ya :D
@Cindy nah iya nih... kalau di Indo pun gw juga bingung mau buang baterai & bohlam kemana, karena keduanya kan mengandung bahan pencemar berbahaya, gak boleh dibuang sembarangan. Akhirnya kami akalin dengan pakai baretai rechargable & bohlam LED yg rada tahan lama... lumayan jadi agak mengurangi sampah baterai n bohlam :P
aaaaahhh.. kece yaaahh di Norway sama Swedia, pemanfaatan sampahnya maksimal banget.. malu rasanya di Indo ketinggalan jauh banget.. Kesadaran masyarakatnya terhadap sampah masih minim.. Bener banget, semua mesti dimulai dari diri sendiri, dari rumah dan lingkungan sekitar.. Semoga kita bisa lebih baik yaahh nantinya.. :)
Thanks for sharing Ainiii.. :D
wuih keren banget ya Norwegia sama Swedia ini :)
Sambil nunggu program pemerintah kita yang seperti ini, kita emang harus udah mulai dari rumah sendiri dulu. Pilah sampah sendiri, walaupun TPA nya masih digabung hehe..