Seputar Imunisasi

Oleh Eka Gobel pada Rabu, 25 Mei 2011
Seputar Our Stories

Saya mengikuti PESAT 12 sesi 1 yang dilaksanakan di Intiland Jakarta. PESAT adalah Program Edukasi Kesehatan Anak untuk Orang Tua. PESAT bertujuan untuk mewujudkan kesadaran para orang tua akan kondisi kesehatan anak anak secara rasional sehingga orang tua menjadi lebih bijak dalam menangani masalah kesehatan anak dan menjadi konsumen kesehatan yang cerdas, serta mampu memosisikan dirinya sebagai mitra bagi dokter anaknya. Pesat 12 sesi 1 ini mengemukakan 3 topik yaitu Seputar Imunisasi, Common Airway Problems in Children dan Kesehatan Gigi pada Anak.


Selain penyampaian materi, Pesat 12 ini diisi juga dengan sesi diskusi kelompok, sesi tanya jawab, bazaar dan tersedia ruang menyusui/pumping room. Di artikel ini, saya share topik pertama, Seputar Imunisasi.

Topik 1: Seputar Imunisasi
Materi seputar imunisasi ini disampaikan oleh dr. Felix. Beliau menjelaskan tentang cara kerja vaksin dalam melindungi tubuh, efek samping imunisasi, catch-up immunization, imunisasi simultan, dan info & tips seputar imunisasi.
Berikut adalah poin-poin yang dapat saya rangkum dari materi Imunisasi yang disusun oleh dr. Purnamawati S. Pujiarto, SpAK. MMPed., Veda C. dan Windhi K.

Vaccination is an act of love. Imunisasi adalah teknik untuk meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh dengan cara memasukkan bakteri/virus mati atau yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh untuk merangsang system kekebalan tubuh sehingga terbentuk sel-sel imun berupa antibody terhadap bakteri/virus yang dimasukkan tersebut. Vaksin hidup adalah campak, polio, BCG, Varicella dan MMR, sedangkan vaksin mati adalah Hepatitis, DPT, dan Hib. Selain antibiotika, imunisasi adalah penemuan terbesar dalam dunia kedokteran. Berkat antibiotika dan imunisasi, ratusan ribu jiwa terselamatkan dari infeksi yang dapat mengakibatkan kecacatan atau kematian. Keistimewaannya adalah imunisasi dapat mencegah terjadinya infeksi pada seseorang yang masih sehat, sedangkan antibiotika mengobati seseorang yang telah terinfeksi. Efek samping imunisasi umumnya ringan; demam ringan dan rasa sakit pada bagian yang disuntik. Jarang sekali terjadi reaksi alergi, namun hubungi DSA bila demam tinggi, sulit bernafas dan jantung berdebar.

Saat memulai imunisasi, perhatikan hal-hal berikut:


  • Berkomunikasi dengan dokter sebelum imunisasi. Berikan informasi yang jelas kepada dokter/tenaga medis tentang kondisi bayi/anak; seperti: pernah mengalami kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI), alergi, sedang menjalani pengobatan steroid jangka panjang, obat antikanker, kemoterapi atau radioterapi, menderita kelainan penurunan system imun, tinggal serumah dengan penderita gangguan system imun, pernah memeroleh suntikan imonoglobulin atau transfuse darah, dan dalam 2 minggu sebelumnya memeroleh imunisasi vaksin hidup.

  • Jadwal imunisasi; lakukan imunisasi sesuai jadwal.

  • Menunda imunisasi; pada dasarnya sedikit sekali kondisi yang menyebabkan imunisasi harus ditunda. Pilek, batuk, suhu tubuh sedikit meningkat, bukan halangan untuk imunisasi.

Imunisasi kombinasi (polivalen) adalah pemberian lebih dari satu macam vaksin dalam satu kali pemberian; misalnya vaksin DPT. Sedangkan imunisasi simultan adalah multiple vaksin dalam satu kali kunjungan, diberikan di bagian tubuh yang berbeda; misalnya DPT + Hib di paha kiri dan kanan. Keuntungan dari imunisasi ini adalah sebagai proteksi anak sedini mungkin pada awal usia yang rentan penyakit, dan dengan jumlah kunjungan yang lebih sedikit dapat meminimasi trauma pada anak, lebih efektif karena menghemat waktu, tenaga dan biaya. Pada dasarnya semua vaksin dapat diberikan secara simultan, namun jika tidak, perhatikan interval antara 2 jenis vaksin hidup minimum 4 minggu (MMR, OPV, Varicella, Campak, BCG); sedangkan untuk vaksin inactivated/toxoid/subunit yang berbeda tidak ada rekomendasi interval.
Program Pengembangan Imunisasi (PPI) memuat rekomendasi jadwal imunisasi yang diajukan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tahun 2006. Jadwal imunisasi tersebut sewaktu-waktu dapat berubah sesuai perkembangan ilmu dan penemuan vaksin baru. Anak atau remaja yang belum memeroleh imunisasi atau melewati jadwal imunisasi (tertinggal > 1 bulan) perlu diimunisasi secepat mungkin (catch up immunization). Jika anak belum mendapatkan imunisasi sama sekali, segera rencanakan untuk memulai pemberian imunisasi. Tenaga medis akan memberikan vaksinasi sesuai umur anak saat ini, yang jadwalnya biasanya berbeda dengan jadwal anak yang mendapat imunisasi sesuai dengan ketentuan umur. Pemberian imunisasi yang terlambat tidak akan mengurangi efektivitas vaksinasi untuk membentuk imunitas tubuh, hanya saja anak tidak mendapatkan perlindungan terhadap penyakit sedini mungkin. Apabila anak belum mendapatkan imunisasi lengkap, segera lengkapi tanpa harus memulainya lagi dari awal (never restart and continue series as recommended).

Pada umumnya imunisasi membuat anak takut dan trauma. Tidak sedikit anak yang menangis dan berteriak histeris, bersembunyi, dan menghindar saat akan diimunisasi. Berikut adalah beberapa kiat untuk mengurangi kecemasan:


  • Persiapkan mental anak. Beritahu rencana kunjungan ke dokter untuk imunisasi. Anak yang sudah mengetahui rencana imunisasi umumnya akan menghadapinnya dengan lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak dipersiapkan.

  • Beri tahu anak bahwa penyuntikan akan berlangsung dalam sekejap, sekitar 5-10 detik.

  • Jujur pada anak. Beritahu bahwa suntikan akan menimbulkan rasa sakit, dan tekankan bahwa rasa sakit itu hanya akan terasa beberapa detik saja. Kejujuran dan keterbukaan merupakan hal utama yang tidak boleh dilupakan oleh orang tua dan dokter.

  • Dokter atau perawat sebaiknya mengomunikasikan hal yang akan dikerjakan. Misalnya “Nak, dokter akan membersihkan lenganmu pakai alcohol. Nanti dokter hitung sampai tiga, pas hitungan ketiga, tarik nafas, karena kamu akan disuntik. Sakitnya Cuma sedikit dan sebentar, koq”. Anak akan lebih dapat menerima bila sudah mengetahui apa yang akan dialami. Sebaliknya, anak bisa histeris bila mengalami hal yang tidak diduga (penyuntikan, kaget dan rasa sakit).

  • Alihkan perhatian anak. Ajak anak menyanyi, bersiul atau berhitung. Biasanya saat nyanyian belum selesai atau saat hitungan ketiga, penyuntikan telah selesai. Sedangkan bayi akan merasa lebih nyaman bila sambil diberi ASI/susu. Saat disusui, bayi merasa nyaman dengan pelukan ibu, dan ASI mengandung hormone endorphin yang merupakan morfin tubuh yang berfungsi sebagai penekan nyeri alami.

  • Bujuk, peluk dan hibur anak agar rasa takut dan rasa sakitnya berkurang.

  • Setelah penyuntikan, bicara dan berikan pujian pada anak atas keberaniannya. Misalnya; “Sakit ya? Tapi nggak sakit sekali kan? Mama senang deh, kakak berani”, biasanya anak akan mengiyakan. Lalu katakan bahwa penyuntikan itu tidak semengerikan yang dibayangkan.

dr. Felix mengakhiri topik 1 ini dengan ajakan untuk melindungi buah hati kita dari berbagai penyakit infeksi dengan menjaga kebersihan, pola makan sehat, olah raga teratur serta tentunya dengan imunisasi tepat waktu. Anak-anak kita punya hak untuk hidup sehat. Love them, protect them, immunize them.

11 Komentar
Febi
Febi October 22, 2015 8:42 pm

terima kasih adh sharing, bermanfaat sekali bagi ibu baru spt saya :)

Eka Gobel
Eka Gobel May 29, 2011 8:36 pm

fifi,
Wah kenapa ya, kira2?
ada sih, sebagian org yg memiliki prinsip spt itu.
tidak apa2, kita hargai saja keyakinannya, dan berharap semoga anak2 yg tidak diberi imunisasi tsb selalu sehat.

Imo, zaman berubah, demikian pula dgn ilmu pengetahuan. Pada zaman dahulu, mungkin imunisasi tdk diperlukan, krn kondisi alam dll. Tapi sekarang, saat saya tinggal di kota dan jarang sekali menghirup udara yg bersih, imunisasi tentu saja penting.

fifi wicaksono
fifi wicaksono May 28, 2011 9:33 am

eh,, temenku ada yg gak mau anaknya di imunisasi,, tpi waktu aku tnya knapa, dia gak ngasi alasan jelas,, ada efeknya gak klo anak gak imunisasi sama sekali,,

Eka Gobel
Eka Gobel May 25, 2011 10:14 pm

aww aww aww darren pinter! :) krn mamanya juga hebat!

Honey Josep
Honey Josep May 25, 2011 5:29 pm

"Jujur pada anak. Beritahu bahwa suntikan akan menimbulkan rasa sakit, dan tekankan bahwa rasa sakit itu hanya akan terasa beberapa detik saja. Kejujuran dan keterbukaan merupakan hal utama yang tidak boleh dilupakan oleh orang tua dan dokter."
Setuju banget kalo ini penting untuk diberitahukan ke anak.
Jumat kemarin Darren mendapatkan suntikan vaksin flu dan dia cuma bereaksi "aww..aww..aww" waktu disuntik tanpa nangis dan tantrum yang berlebihan :)

tfs Eka :)

 

Artikel Terbaru
Senin, 09 November 2020 (By Expert)

Mengenal Lebih Dekat Rahasia Manfaat BPJS Sebagai Asuransi Proteksi Kita

Jumat, 25 Desember 2020

6 Keuntungan Tidak Punya Pohon Natal di Rumah

Kamis, 24 Desember 2020

Rahasia kecantikan Alami dari THE FACE SHOP YEHWADAM REVITALIZING

Rabu, 23 Desember 2020

Lentera Lyshus

Selasa, 22 Desember 2020

Different Story in Every Parenting Style

Senin, 21 Desember 2020

Menurut Kamu, Bagaimana?

Jumat, 18 Desember 2020

Santa's Belt Macarons

Selasa, 15 Desember 2020

Christmas Tree Brownies