After Two Years...

Oleh Rindangi Putri pada Selasa, 05 Agustus 2014
Seputar Our Stories

Tanggal 26 Juni 2014, Ledi tepat berumur 2 tahun. Saat itu rasa senang dan sedih bercampur menjadi satu. Senang karena tidak menyangka bayi kecil yang dulu hanya bisa menangis, sekarang sudah bisa berlari, melompat, dan menggoda Ibunya. Sedih karena di usianya 2 tahun ini, saya harus mempersiapkan Ledi untuk disapih.

Beberapa bulan sebelumnya, Mama dan Ibu Mertua beberapa kali menanyakan kapan saya akan berhenti memberi ASI. Bagit mereka agak aneh melihat anak disusui hingga 2 tahun. Tapi saya berterima kasih karena mereka berusaha memahami dan mendukung saya untuk memberikan Ledi ASI hingga saat ini.

Karena diingatkan terus menerus, saya yang cuek ini akhirnya mulai memikirkan cara-cara menyapih Ledi. Banyak sekali masukan mengenai self weaning dari thread  ini dan artikel di TUM sampai bingung sendiri memilih cara yang mana.

Tapi berbagai teknik dan cara menyapih rupanya bukanlah yang terpenting dalam proses menyapih. Yang terpenting justru kesiapan Ibunya dalam menyapih. Jujur saya senang sekali menyusui Ledi. Bagi saya itu adalah hal spesial yang dimiliki seorang ibu. Saya adalah ibu bekerja yang tidak bisa 24 jam bersama Ledi. Dengan menyusui saya merasa dekat dan dibutuhkan oleh Ledi. Jadi menyapih Ledi cukup mengguncang kepercayaan diri saya. Saya takut Ledi tidak mencari-cari saya dan tidak merasa membutuhkan ibunya Lagi. Memang agak berlebihan, tapi akhirnya saya berhasil mengatasi ketakutan itu.

Proses menyapih dimulai satu hari setelah ulang tahun Ledi yang ke-2. Saya memberlakukan kebijakan ‘susu ibu hanya saat matahari terbenam’. Hal ini cukup mudah karena Ledi sudah terbiasa menyusu dengan botol dot saat saya pergi ke kantor. Yang agak sulit saat saya libur dan berada di rumah seharian, Ledi menjadi agak cranky karena ingin menyusu. Tetapi kami tetap konsisten terhadap kebijakan sambil terus menerus memberi Ledi penjelasan.

Kebetulan proses menyapih ini berlangsung saat bulan puasa dan kemeriahan bulan Ramadhan terasa juga di rumah kami. Kami sering becanda kalau Ledi sedang puasa menyusu seperti Mbak dan baru bisa menyusu lagi saat waktu berbuka puasa. Kami juga menjelaskan kalau setelah lebaran susu ibu akan tutup dan Ledi tidak bisa menyusu lagi walaupun matahari terbenam. Konsep waktu dengan peristiwa-peristiwa tertentu seperti ulang tahun, puasa, lebaran, azan magrib lebih mudah dimengerti oleh Ledi daripada jika saya mengatakan bulan depan, seminggu lagi atau dua jam lagi.

Selain itu kami juga menjelaskan kalau Ledi sudah besar sehingga minum susu pakai gelas. Kebetulan Ledi senang sekali membahasakan dirinya sebagai Kakak Ledi karena terkesan dengan kakak-kakak sekitar kompleks rumah. Sekalian saja kami manfaatkan moment ini. Kami bilang Ledi bisa dipanggil kakak kalau minum susu dengan gelas dan buang air di toilet. Sehingga saat menyusu, saya memanggilnya Adik Ledi.

Sebulan pun berlalu dengan lancar dan kebijakan ‘susu ibu hanya saat matahari terbenam’ berhasil dengan sukses. Maka saat Lebaran tiba, waktunya menerapkan kebijakan ‘susu ibu sudah tutup’. Awalnya, saya pesimis kebijakan ini akan berhasil di hari pertama lebaran tapi saya tetap mencobanya. Seharian penuh saya berusaha mengalihkan perhatian Ledi dari menyusu dengan mengajaknya bermain dan memberinya makanan dan camilan sehat yang banyak. Saat malam tiba dan waktunya tidur saya semakin deg-degan. Selama ini proses menyusulah yang menidurkan Ledi. Tetapi ajaibnya malam itu Ledi tidak minta susu ibu tetapi susu dari botol dan berlalulah hari pertama tanpa menyusu dengan sukses.

Sekarang H+4 setelah lebaran, beberapa kali Ledi meminta susu ibu tetapi tidak ngotot atau rewel saat dijelaskan susu ibu sudah tutup. Saya perhatikan Ledi minta menyusu saat saya agak sibuk dengan urusan lain dan kurang banyak bermain dengan Ledi. Keberhasilan hari pertama membuat saya yakin bahwa Ledi sudah siap untuk disapih. Sekarang karena menyusu tidak lagi menjadi ritual sebelum tidur, kami harus mencari ritual lain. Mungkin membaca buku, berdoa atau mendongeng?

12 Komentar
fransisca.tjahjadi August 29, 2014 12:40 pm

Kalo menyusui lebih dr 2 thn sebenarnya boleh gak sih? Soalnya kayaknya anakku cuma minta kl pas mau tidur aja. Kl gak dia gak pernah minta. Cm kl gak dikasih bs gak tidur2. Jalan2 kemana2. Jd harus ditangkapin terus. Blingsatan gitu. Anakku jg 4 bln lg hrs disapih. Cuma katanya ada yg bilang lbh dr 2 thn jg msh boleh malah katanya buat mentalnya jg bagus soalnya dia merasa lbh dekat dgn ibunya. Bingung jdnya...

ninit yunita
ninit yunita August 12, 2014 6:55 am

awww... bener banget yaaa rindangi, menyapih itu ibunya juga harus siap.
kakak ledi hebat deh udah minum susu pakai gelas sekarang. seneng liatnyaaa... sehat2 yaaa kak ledi :)

Rasti Novitasari
Rasti Novitasari August 11, 2014 12:17 pm

dear mom rindangi..
suka deh sama artikelny. Ini kekhawatirannku saat ini, dah takut aja gmn nyapih aina & takut kalau bonding saya & aina berkurang karena ritual menyusu sudah ga ad. Padahal aina masih 16m.
Selain aina, kayaknya mental saya juga harus disiapkan, biar sama2 siap selama proses menyapih.

Ria Rahmayanti August 8, 2014 1:14 pm

hadeuuuuh ini aku bangeet Arran sudah 2 tahun lewat 1 bulan tapi aku maish belum nemu cara yang pas buat menyapih..
ketakutan yang sama aku alamin karena aku ibu bekerja..
mudah2an aku siap..karena kekuatannya dari kesiapan si ibu :)
semangaaat :)

momnay August 8, 2014 11:38 am

TFS ya mom Rindangi.
2 bulan lagi Nay 2 tahun, sampe sekarang masih 'mimik-freak', walaupun sudah berhasil nyusu saat malam saja, tapi ternyata yang harus ditatar mental ibunya yang ternyata masih belum siap. hihi..