Weekend lalu kami sekeluarga jalan-jalan ke sebuah mal besar untuk makan siang. Menjelang pulang, saya mengajak Safina untuk naik kereta mainan yang mengelilingi mal. Setelah membelikan karcis, saya ajak Safina mengantre agar bisa lebih awal memilih gerbong mana yang mau ia naiki.
Ketika garis pembatas dibuka, seorang anak di belakang kami tiba-tiba lari mendahului. Dari belakang saya terdengar ayahnya berkata, “Ayo cepat lari biar duluan!” Lho, kok malah tidak mengajari mengantre sih?
Saya yang sedikit kesal, menegur si anak, “Adik antre dong.” Eh ayahnya malah mentertawakan saya. Kesal sekali!
Memang sih kereta itu tidak akan penuh sekali sampai Safina tidak kebagian duduk walaupun diselak antrean oleh anak itu. Tapi tetap saja kesal rasanya melihat ada orangtua yang tidak mengajarkan etiket atau tata krama umum pada anaknya. Lama-kelamaan kebiasaan buruk ini akan ia bawa sampai dewasa.
[caption id="attachment_87140" align="aligncenter" width="508" caption="Gambar diambil dari http://reaksi.com/2013/06/tolonglah-antri-yang-benar/"][/caption]
Tak heran juga kalau kita sering melihat “kerusuhan” di stasiun KRL Commuter Line. Kadang-kadang malah sampai bertengkar. Padahal yang antre itu bapak-bapak, ibu-ibu, mas-mas, mbak-mbak yang berkantor di kawasan-kawasan elite di Jakarta. Atau saya pernah juga mengalami diselak antrean oleh seorang ibu di department store terkemuka yang saya yakin pasti ibu itu sangat berpendidikan.
Sedih ya? Memang segitu sulitnya ya mengantre? Kalau kebetulan lagi berkunjung ke negara tetangga, senang sekali rasanya mengantre karena tahu kita tidak perlu tarik urat mengomel-ngomel karena diselak.
Jujur saya tidak punya tips dan trik khusus untuk mengajari anak mengantre, tapi saya memulainya dengan memberi contoh. Sesimpel itu. Jadikan kebiasaan. Saya yakin kebiasaan baik ini akan berlanjut sampai ia dewasa.
image credit: gettyimages.com
Kalau aku gak ada deh alasan apapun untuk nyelak antrian. Pernah di supermarket antrian lagi panjang panjangnya, tiba tiba ada 3 orang laki laki tampang dan tato ala preman, seenaknya gak mau antri, spontan kutegur mereka setengah emosi, dngn alasan "cuma belanja sedikit mbk" tetap gak bisa dan gak mau kutolerir, si mbk asistenku yg ikut menemaniku mundur ketakutan karena menurutnya orang orang itu punya tampang seram. Aku rasa siapapun itu kalau tdk punya budaya malu dan budaya antri ya hrs kita tegur supaya mau gak mau mereka belajar. Apalagi kalau sdng jalan jalan di mall dan antri elevator sambil membawa stroller babyku, ada aja orang yg tanpa dosa langsung nyelak antrian, kalau udh gt duuuh langsung emosi deh gw hahahah
pernah doong di bandara soeta.. lagi antri mau boarding.. ada ibu2 usia 45-50an nyelak saya.. berhubung saya juga ga enak didesak2 terus akhirnya saya kasih ibu itu duluan.. eeehh.. ternyata dia ngajak suaminya untuk ikutan nyelak depan saya.. hadeuuhh..
semua itu pembiasaan yang di lakukan sejak dini..tp kesel bgt kalu ada yang nyelak tdk pake antre,Ooohhlala..rasanya Kesel-kesel-kesel..
Ah, senangnya banyak Mamas dengan pikiran dan niat yang sama :)) Yuk kita ajarkan anak-anak kita, Mamas! Mudah-mudahan suatu ahri nanti kita bisa lihat Indonesia serapi dan setertib Singapura, misalnya, yaaa :D
SETUJU. Tidak memandang, umur, ras, status sosial atau apapun semua orang wajib ANTRI. Kayaknya PR banget untuk kita sbg orang tua dan para pendidik di instansi pendidikan formal untuk sejak dini menanamkan budaya ANTRI. Jangan membuat 'pintar' anak2 kita sebatas pendidikan formal, tapi pendidikan sopan-santun, etiket lah yang utama karena dengan menghargai orang lain berarti kita juga bisa menghargai diri sendiri.