Apakah Saya Ibu Yang Egois?

Oleh dieta hadi pada Kamis, 06 Januari 2011
Seputar Our Stories


Apakah saya ibu yang egois? Saya pun tidak tau jawabannya, apakah ini termasuk sebuah keegoisan atau sebuah pembelaan diri atau bahkan sebuah kesalahan? Tetapi jika boleh saya menjawab, saya akan menjawab bahwa ini adalah suatu pembelajaran yang sangat berguna dan berarti bagi diri saya.

Sebenarnya sudah lama saya ingin berbagi cerita dan pengalaman tentang breastfeeding ini tetapi saya sangat ragu, begitu banyak pertanyaan dalam pikiran saya seperti apakah saya nantinya tidak akan di hujat? Tidak akan disalahkan? Apakah semua orang dapat menerima cerita saya? Karena pertanyaan-pertanyaan itu membuat saya tidak yakin dan mengurungkan niat untuk bercerita bahkan di blog saya sendiri pun saya sangat ragu. Tetapi sekarang saya mencoba untuk membagi cerita dan perasaan ini dan berharap ke depan saya bisa menjadi ibu yang lebih baik lagi bagi anak-anak saya.

Menurut anda apakah saya termasuk seorang ibu yang egois karena tidak dapat memberikan ASIX kepada anak saya, Mika?

Mungkin jawabannya iya ataupun tidak, silakan urban Mama dan Papa menilai sendiri. Terus terang, saya hanya dapat memberikan ASI kepada Mika selama 3 bulan, selebihnya? Ya Mika minum SUFOR! Kenapa? Karena ketika masuk 3 bulan umur Mika, ASI saya habis. Dari awal melahirkan ASI saya memang tidak melimpah, ketika dipompa hanya mengeluarkan ASI sekitar 40ml tidak pernah lebih. Tetapi saya tidak  putus asa saya mencoba segala usaha untuk meningkatkan kualitas ASI saya. Saya mencoba untuk makan sayuran yang bagus untuk meperbanyak ASI, berfikir positif, rajin memerah, minum vitamin, dan sebagainya. Tetapi hasilnya tetap hanya 40ml saja tidak lebih tapi malah berkurang. Oh ya, hal yang perlu diketahui bahwa Mika lahir premature, yang notabene sangat perlu ASI yang banyak untuk pertumbuhannya. Saya tetap terus berusaha memberikan mika ASI baik lewat payudara saya ataupun  saya perah yang akhirnya kualitas ASI saya semakin sedikit, hanya 5ml saja!

Sedih rasanya hati saya ditambah Mika yang tidak merasa kenyang dengan ASI yang saya berikan. Setiap dia menyusu di payudara saya sekitar 15-30 menit, dia mulai menangis kejer karena ASI saya yang sedikit dan mika masih lapar, padahal Mika sangat kuat menyusunya jika langsung di payudara saya. Sampai pada akhirnya, ASI saya tidak keluar sama sekali, baik di perah dengan menggunakan tangan maupun pakai alat, dan sejak saat itu Mika semakin rewel karena tidak bisa mendapatkan ASI yang memadai untuknya. Kalo sudah seperti ini apa yg harus saya lakukan? Saya masih amat awam mengerti tentang ASI, donor ASI, dan kaitan lain tentang ASI, walaupun suami sangat mendukung sekali saya memberikan ASI kepada Mika. Saat itu yg ada di kepala saya adalah Mika dapat minum yang kenyang dan BBnya tidak turun. Maklum punya anak premature tidaklah gampang, menaikkan BB merupakan tantangan dan PR yang besar buat seorang ibu yang mempunyai anak premature, saya pun pada waktu itu sangat takut dengan pilihan saya, yaitu jika saya memaksakan diri untuk tidak memberikan Mika alternatif lain selain ASI, apakah mika akan sakit?, apakah BB Mika akan naik? dan ketakutan-ketakutan lain. Bayangkan saja, umur 3 bulan berat badannya saja baru 3kg, sedangkan kalo bayi normal 3kg itu waktu pertama mereka lahir. Yang terus ada di kepala saya adalah jangan sampai Mika kembali ke rumah sakit karena keteledoran ataupun ke egoisan saya, karena dari itu saya akhirnya memilih sufor sebagai penggantinya.

Ini foto mika berumur seminggu


Apakah setelah saya memberikan Mika sufor saya senang? Jawabannya sudah pasti tidak! Saya benar-benar terpuruk, sedih, menangis terus, dan terus meminta maaf kepada Mika setiap malam dan  juga meminta maaf kepada suami bahwa saya tidak bisa menyusui Mika dan kami harus mengeluarkan budget ekstra untuk sufor. Setiap hari saya diluputi rasa bersalah dan selalu menangis, dan merasa menjadi seorang ibu yg egois dan tidak baik bagi Mika. Perasaan saya semakin sedih dan perih  jika saya mendapatkan respon-respon yang tidak menyenangkan untuk didengar ataupun diterima karena saya akhirnya memutuskan untuk memberikan Mika Sufor. Respon-respon itu membuat saya semakin terpuruk dan ingin meledak.  Kalo boleh jujur, saya terkadang iri melihat teman-teman yang bisa memberukan ASIX kepada buah hatinya. Apalagi sekarang zaman social networking, begitu banyak yang menceritakan keberhasilan mereka memberikan ASIX. Sayapun sangat senang mendengarnya walaupun terkadang rasa iri itu ada. Beginilah kira-kira tanggapan orang-orang ketika mereka tau saya sudah tidak memberikan ASI kepada Mika:

  • Ohh udah ga ASI lagi? Kenapa? Males nyusuin anak ya? --> Rasanya kok pengen marah ya? Masa saya dibilang males nyusuin anak?



  • ASI kan bagus, bikin daya tahan tubuh anak kuat, jadi jarang sakit, kalo pake sufor sakit mulu, tuh liat anak si A dikasih sufor jadi sakit mulu. —> Ya sekali lagi saya hanya bisa nelen ludah dan senyum kecut. Alhamdulillah Mika jarang sakit.



  • Pengen gampang ya ga ribet nyusuin kalo lagi jalan? —> Ini bikin emosi jiwa! Siapa juga yang ingin kayak gitu?



  • Kalo ga nyusuin langsung nanti anaknya ga deket sama ibu nya lhoo. —> huaaa koq malah ditakut-takutin gini? Alhamduliilah Mika dekat sama saya.



  • Ihhh koq ga ASI sih? –> kalau sudah gini bingung jawabnya gimana, dan belom tentu mereka nerima omongan saya.



  • Ihh sufor kan mahal, ga takut bangkrut? —> saya cuman bisa nyengir aja.



  • Kayak anak sapi aja dikasihnya susu sapi —> saat itu rasanya pengen marah tapi saya cuman nyengir kuda.



  • Tatapan-tatapan yang ga menyenangkan ke saya pas tau saya ngasih sufor.


Jujur, saya sangat sedih dengan semua tanggapan tersebut dan membuat saya semakin terpuruk dan bersalah yang amat sangat, walaupun saya menyadari apa yang mereka katakan sebagian ada benarnya. Saya adalah orang yang sangat mendukung ASiX kepada semua orang, termasuk saudara dan sahabat-sahabat saya, saya tidak pernah menyarankan mereka untuk memberikan sufor kepada anak mereka selama mereka mampu dan bisa memberika ASI. Perlu diingat, saya disini tidak membela sufor, malah terkadang geram melihat iklan di televisi tentang sufor yang menurut saya terlalu dibuat-buat dan begitu aktraktif dan gigihnya mereka (produsen sufor) memberikan sajian yang menarik di televisi agar para ibu tergoda, jujur saya geram karena terlalu dibuat-buat. Bersyukur saya bukan termasuk kalangan ibu-ibu yang tergoda dengan iklan sufor di televisi. Pemberian sufor untuk Mika pun saya tidak melihat dari merek, nutrisi dan kandungannya. Bagi saya semua sufor ya isinya sama, mau ada plus ini atau plus itu buat saya ya tetep aja susu sapi. Saya pun memilih sufor yang tidak terlalu mahal, bahkan bisa dibilang murah karena ya balik lagi tetep aja susu sapi. Menurut saya, tumbuh kembang anak kan tidak berdasarkan susu apa yg dia minum, jadi buat apa beli yang mahal dan plus plus.

Rasa bersalah terus menghantui saya, sampai pada akhirnya, suami memberikan kekuatan kepada saya, dia mengatakan kepada saya, jika saya terus menyalahkan diri saya,  tidak ada manfaatnya untuk saya dan Mika. Suami saya pun bilang, lebih baik sekarang kamu fikirkan hal lain yang lebih bermanfaat untuk kebutuhan dan perkembangan Mika kedepan. Dari situ saya mencoba untuk bangkit, mencoba menyingkirkan rasa bersalah saya dan mulai mengasah ilmu lebih dalam lagi tentang tumbuh kembang anak, kesehatan, kebersihan, dan hal-hal lain tentang anak. Saya mencoba untuk memulai dengan menjaga segala nutrisi yang masuk ke tubuh Mika setelah dia MPASI, saya membuat sendiri makan untuk Mika, cari tau apa yg boleh dan tidak boleh diberikan, menjaga kebersihan sebersih mungkin agar Mika tidak gampang sakit, memberikan perhatian full ketika saya dirumah, tidak pernah telat melakukan imunisasi dan hal-hal lain yg saya lakukan untuk Mika. Alhamdulillah mika bisa mengejar ketinggalannya sebagai anak premature seperti layaknya anak yang terlahir normal, semua tumbuh kembangnya normal dan pesat. Hal ini yang membuat saya untuk terus berusaha memberikan hal lain yang bisa saya berikan.

Menjadi seorang ibu memang tidak mudah, tetapi saya yakin setiap ibu termasuk saya sendiri pasti ingin melakukan yang terbaik bagi anaknya, walaupun harus mengorbankan nyawanya sekalipun. Apa yang menurut kita terbaik buat anak tetapi bisa saja menjadi hal yang tidak baik bagi anak ketika anak kita sudah besar nanti. Yang saya takutkan saat ini adalah apakah saya bisa menjadi orangtua yang bisa mendidik anaknya dengan baik? Ini suatu tantangan dan juga PR yang berat buat saya, saya yakin setiap orangtua akan memberikan yang terbaik.

Dari sinilah saya belajar banyak, dan ini merupakan pelajaran berharga bagi saya. Semoga ketika Mika punya adik, saya bisa memberikan adiknya mika ASIX, Amin ya Allah. Jika suatu saat nanti ketika mika sudah besar dan dia tau saya tidak bisa memberikan dia haknya yaitu ASI, saya siap menerima kemarahannya, saya ikhlas jika itu bisa membayar rasa bersalah saya, tapi saya yakin, dengan kasih sayang saya kepada Mika yang full, Mika akan mengerti nantinya, Amin.

Jadi, apakah saya ibu yang egois?

175 Komentar
Ratih Putri
Ratih Putri November 1, 2018 8:01 pm

Hai mom, aku baru melahirkan pertengahan bulan lalu, bayiku masih sangat amat membutuhkan ASIX. tapi ternyata kita senasib mom, aku terpukul sekali ketika pertama kali memutuskan utk memberikan sufor karena problem yg sama perihal ASIX. aku hanya dapat 40ml saat pumping dan paling banyak 60ml. tapi bayiku selalu nangis kejar saat aku menyusuinya langsung, persis seperti msh lapar dan 1 jam menyusui seperti sia-sia. itu rasanya hancur banget ketika tau bahwa aku gagal memberikan yg terbaik. apalagi banyak intervensi dari orgtua yg mengandalkan pengalaman, bukan akal sehat. kadang aku masih terus dipaksa tetap menyusui dan tahan utk berikan sufor. aku stress mom. tapi suamiku support utk lakukan sesuai naluri seorang Ibu dan tutup telinga. aku tetap berikan sufor dan sesekali ASIX jika keluar. semoga anak2 kita semua disini selalu tumbuh sehat ya mom.. baik yg full sufor atau sufor campur ASIX.

Retno Sahari
Retno Sahari October 22, 2017 10:33 am

Salam kenal bund..
Kalo aku ceritanya beda. ASI aku keluar lumayan banyak. Tp setelah 2.5 bulan aku kan kerja nah di kantor paling cuma bisa pumping 4 botol sedangkan anak ku kalo ditinggal kerja bisa habis 6 botol. Yaudah sisanya kasih sufor. Kalo aku sih ga terlalu sensitif sm org2 yg sll mendewakan ASIX. setiap ibu tahu yg terbaik buat anak2nya. Ya masa kalau anaknya haus mau didiemin aja nunggu ASI keluar, ya kan malah aneh. Mau anak ASIX atau Sufor insyaAllah sama asal ibu nya baik dlm mendidik. Plus jgn lupa kalau ASI yg banyak itu juga merupakan nikmat Allah jd gausah dibangga2 in

Rizka Devalna April 29, 2016 10:26 am

Ass,,, haii bunda... Akhirnya aq menemukan banyak para ibu yg senasib denganku... Aq br melahirkan bulan januari 2016,, anakku dr umur 4 hr sudah dikasih sufor krn dia nangis kejer,,awalnya saya ga tau klo asi nya ga keluar,,saya berusaha utk trs menyusui sampe puting saya berdarah2,, dengan berat hati saya memberikan sufor,,dan pertama kali saya memberikan sufor saya nangis sambil merasa sangat berdosa pada anak saya,,alhamdulillah suami saya sangat menyemangati saya,,dia blg "gpp pake sufor yg penting anak qta sehat dan ada rezeki untuk membelinya" ...terkadang saya ingin menutup telinga ttg org2 yg berkicau ttg ASIX,,bahkan saya ga mw baca ttg postingan d medsos yg membahas ttg ASIX.. Sakit rasanya ketika hrs mendengar ttg itu, tp saya menguatkan diri sndiri dan berfikiran positif bahwa anak saya sehat dan bisa tumbuh seperti anak 2 yg diberi ASI ... Sampai skrg anakku berusia 3 bulan lebih,,alhamdulillah sehat dan lincah tp perasaan bersalah msh selalu ada,sampai saya searching apakah ada ibu yg seperti saya,,dan akhirnya saya menemukan postingan ini,,ternyata saya tdk sendiri... Insya Allah anak2 qta selalu sehat meski tanpa Asi Yaa bun....

hayuarkananta July 21, 2015 1:28 pm

sama bunda,,,kadang saya berpikir, mungkin bukan kita yang egois, tapi mereka yang sungguh memiliki asi banyak dan melimpah bisa memberi asix pada anak2nya, sehingga "mengesampingkan" bahwa ada sebagian ibu yang "entah karena apa" asinya tidak mencukupi kebutuhan baby..bisanya mereka hanya memandang sebelah mata dan menyalahkan,,padahal kita sudah berjuang semua yang disarankan para pakar...semoga ananda selalu ceria dan sehat ya bun...saya merasa memiliki teman seperjuangan,,,=)

lia_sun April 29, 2015 11:48 am

Dear Mommy Dieta,

Di tengah banyaknya artikel atau cerita tentang keberhasilan memberi ASIX (yg kadang bukan menyemangati tapi malah membuat cemas), sharing bunda Mika benar2 memberikan sudut pandang yang berbeda: ASIX hanya satu bagian dari besarnya kasih sayang ibu buat anaknya.

Anak saya juga lahir prematur, jadi dari Januari kemarin sampai sekarang saya pun masih berjuang memberikan ASIX. Kadang memang mudah tergelitik untuk merasa iri pada ibu2 yang bisa stock ASIP berlimpah.

Di satu titik saat bayi saya masih dirawat di NICU, karena diduga alergi dan lendirnya banyak sampai menghambat jalan nafas, saya diberitahu perawat NICU bahwa kalau dibutuhkan bayi saya akan diberi susu formula yg hypoallergenic. Susu formula biasa tidak akan ditolerir juga oleh tubuhnya. Saat itu saya hanya bisa berkata, silakan lakukan yang terbaik, saya tidak mau bentuk kasih sayang saya berupa ASI justru jadi boomerang yang merugikan anak saya.
Puji Tuhan, ternyata bayi saya tidak alergi ASI jadi saya masih bisa terus memberi ASI.

Every motherhood has it's own battle. Setuju sama komen2 di atlas yang bilang bahwa sebagai ibu pasti ingin memberi yang terbaik untuk buah hati (meskipun tidak selalu berupa memberi ASIX), setiap keputusan pasti disertai pertimbangan untuk kebaikan putra putrinya.

P.S. : Selamat bertumbuh sehat, ceria, dan merasakan kasih sayang bunda ya Mika….