Dulu saat hamil, saya selalu berdoa semoga saya bisa menemukan pengasuh yang sayang pada anak saya, Kiara. Alhamdulillah, do’a saya terkabul. Seharusnya saya bersyukur akan hal ini, di saat orang-orang kesulitan mencari pengasuh untuk anaknya, saya malah dapat yang benar-benar sayang dengan anak saya. Namun saya tidak bisa menyembunyikan kegalauan (cemburu lebih tepatnya) hati saya melihat kedekatan Kiara dengan pengasuhnya.
Ketika saya menelpon kerumah dan bertanya sedang apa dan pengasuh berkata, “Ini lagi main sama Kiara.” Hati kecil saya meringis dan berkata, “It should be me, there”. Ingin saya menitikkan air mata ketika saya berangkat ke kantor dan anak saya hanya memandang saja, tanpa tangisan melepas kepergian saya. Hati saya kecewa ketika sepulang saya kerja dan ingin bermain dengan Kiara, dia sudah terlalu lelah dan mau tidur. Dan saat ini di umur Kiara yang memasuki usia 10 bulan, kebanyakan dari bayi mengalami separation anxiety dengan ibunya, tapi tidak dengan Kiara. Jika ada pengasuhnya disekitarnya, dia tidak keberatan saya tinggal. Kadang, ketika Kiara bersama saya dan pengasuhnya datang, Kiara bisa menangis dan minta untuk digendong oleh pengasuhnya. It really breaks my heart.
Bukannya saya tidak berusaha, memerah ASI siang malam demi memberi ASI untuk Kiara, lari-lari mengejar kereta supaya bisa pulang kerumah lebih cepat, menunda waktu makan supaya bisa bermain dengan Kiara, sudah menjadi keseharian saya. Rebutan memegang Kiara antara saya dan pengasuhnya sudah menjadi pertarungan abadi saya. Ketika weekend datang, saya tidak mau mengerjakan yang lain-lain, saya hanya mau bersama Kiara. Bahkan untuk makan dan ke mandi sekalipun rasanya berat untuk melepasnya. Sering saya sengaja pergi dan tidak mengajak pengasuh Kiara supaya saya benar-benar punya waktu ekslusif bersama Kiara, walopun saya harus kerepotan setengah mati dan punggung saya sakit karena seharian menggendong Kiara. Namun pertemuan yang hanya 2 jam perhari + weekend tidaklah sebanding dengan 10 jam x 5 hari dalam seminggu.
Saya memang membutuhkan pengasuh untuk Kiara. Keadaan tidak memungkinkan saya untuk tinggal di rumah dan mengasuh anak saya sendiri.
hi, all mungkin agak telat searching forum tentang permasalahan dengan suster/pengasuh anak kok gak nemu. Maaf mungkin gak pada tempatnya tapi rasanya ingin banget berbagi biar working moms lain yang harus rela meninggalkan buah hati sendiri dengan pengasuhnya tidak mengalami hal seperti saya.
begini ceritanya baru saja suster anakku (17month) keluar tanpa pamit dan hanya meninggalkan surat permintaan maaf padahal aku ambil dari yayasan dg reputasi bagus tapi ya siapa yang tau kelakuan suster2 mereka ya, padahal susternya anakku sudah ikut selama 1th lebih tapi akhir2 ini dia kelihatan agak suntuk dan bosan gitu sih aku sudah merasa ada yang gak beres tapi kalo ditanyain kenapa dia diem saja. Orangnya baik banget, sabar, telaten, tapi kalo masalah bersih kurang lah pokoknya siapa saja yang mendapat suster ini pertama kali pasti akan sangat percaya apapun yang kita bilang / kita larang buat anak kita dia bilang ya dan seolah - olah patuh dengan aturan kita, tapi ternyata kenyataannya sebaliknya. Aku sama sekali gak merasa curiga tapi setelah berbulan2 krn setiap weekend kami pulang ke rumah ortuku di luar kota krn aku kuliah lagi maka anakku aku tinggal dirumah nah pada saat aku tinggal ibu dan adiku sudah curiga dengan ini suster karena kalo menidurkan anaku kamar dan jendela kamarku selalu dikkunci padahal aku saja tidak pernah menguncinya. Mereka pernah lapor ke aku dan curiga apa gak diempengi (dikasih PD nya dia) aku bilang gak dan aku tanyakan ke dia dan melarang ngempengi anaku. Dia sih bilangnya gak dan meyakinkan aku. Sampai suatu hari saat suamiku cuti menemukan sendiri suster ini ngempengi anakku langsung marah suamiku dan aku menegur suster untuk tidak ngempengi anaku, dan dia janji tidak akan lagi aku percaya saja tapi kemarin sebelum dia pergi ibuku memergokinya ngempengi anaku padahal anaku aku sapih dan ibuku langsung memarahinya akhirnya pergilah dia tanpa pamit.....
huaaaa... kok sama ya sama yg aku alami skrg, cm bedanya yg ngasuh diandra mbah uti nya sendiri :D
jadi aku iri sm mamahku,, masa kmaren diandra bisa ngoceh kek gini "mbuah,, mbuah,," gak jelas2 bgt siy,, cm keknya maksutnya tu "mbah.. mbah.."
mosok mbah jadi kata pertamanya andra??? T___T
quote:
"Bukannya saya tidak berusaha, memerah ASI siang malam demi memberi ASI untuk Kiara, lari-lari mengejar kereta supaya bisa pulang kerumah lebih cepat, menunda waktu makan supaya bisa bermain dengan Kiara, sudah menjadi keseharian saya. "
klo ini plek ketiplek juga ni sama kaya aku,, tapi kok yaaaaa...
smoga nanti diandra bisa membedakan mana mbahnya n mana bundanya,,
*lho kok malah curcol? maap2.. :D
ternyata bukan aku aja yg kdng cemburu..^^
banyak mommy2 yg lain yg cemburu juga (ada temen"y)
klo aku malah cemburu sama eyang uti'y..krna klo mau bobo malem anakku ga mau tidur klo ku gendong tp klo udah eyang uti'y yg gendong dia langsung bobo..wow..sempet kaget jg sih padahal selama aku cuti dia mau'y sm aku tp setelah cutiku selesai dia seolah2 ga kenal aku hiks..hiks..sedih :(
tp aku positif thingking aja..toh itu eyang'y sendiri..
mungkin krna wktu msh diperut setiap malam eyang uti'y selalu elus2 perutku sambil dibacain doa sama diajak ngobrol kali yach
aku yakin nanti dia klo sudah tau kita ibu'y dia juga akan dekat dengan kita..
lagipula dia juga bisa merasakan bagaimana sayang'y seorang ibu sama anak'y.
wow.., baru baca artikelnya. Jangankan udah kerja, aku yg msh cuti hamil aja, udah mulai cemburu kalo liat susternya Raf main sama Raf (2.5 bulan). Langsung aku ambil Rafnya dan aku yg ajak main. Cemburu kalo liat Raf ketawa ke susternya. Cemburu kalo liat Raf "akrab" sama susternya. Pelampiasan dari cemburu itu kadang2 aku suka ngomel gak penting ke si suster, seolah-olah kerjaannya gak beres trus aku suka "ngebenerin" kerjaannya yang gak salah. Misalnya, handuk yg udah rapi digantung di baby taffelnya Raf, aku ambil, aku gantung ulang, as if gantungannya gak rapih. Or, soft-booknya Raf aku atur ulang as if soft-book itu berantakan dll...
2 minggu lalu si suster aku ajak bicara topik yang menurut aku penting. aku bilang ke dia, bahwa aku gak mau kalo de'Raf lebih berat ke susternya daripada ke uminya. So, bagaimana menyeimbangkan hal itu, termasuk dalam job desc-nya si suster. Aku bilang juga, suster harus jaga emosional dengan de'Raf lewat sikap. Misalnya kalo malam de'Raf tidur satu tempat tidur dengan aku bersebelahan, then siang de'Raf harus bobo di boxnya. karena berapa kali aku liat de'Raf suka tidur sebelahan sama susternya kalo lagi main di playmat, atau sehabis baca soft-book. (tentu si suster gak tidur, dia baca2 sambil tiduran nungguin de'Raf yang lagi bobo. Tapi pemandangan seperti itu bikin aku cemburu...:(
duh, ini aja aku belom masuk kerja. sempet kepikiran gmna nanti kalo udah masuk. Tapi yah, mesti kuat hati katanya...:(
Dilema memang.tapi kita mesti konsisten, karena ini pilihan untuk tetap bekerja. Ambil positifnya aja mom, karena setiap ibu pasti mau yang terbaik untuk anak2 kita, walau dengan pilihan dan konsekwensi yang berbeda, InsyaAllah putra putri kita mengerti dan merasakan sayang tulus ibunya.:)