Terkadang masih tak percaya ketika saya penuh bersama si kecil, hampir 24 jam. Saya dan suami pindah ke Jogjakarta, kota yang memberikan ribuan ketenangan dibandingkan dengan Jakarta. Sudah lebih dari 6 bulan saya memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan di ibukota, dengan jenjang karir impian di perusahaan multinasional yang sudah dirintis selama 6 tahun. Bergelut dengan mengganti popok, memandikan, memasak, menyuapi, menyapu, dan urusan domestik lainnya yang tak selesai-selesai jika disebutkan. Saat si kecil pertama kali memanggil saya Ibu, bahagianya jangan ditanya.
Sebagaimana seorang ibu, sempat saya berpikir, apakah saya sudah menjadi ibu yang baik? Apakah saya sudah mengajarkan apa yang memang seharusnya diajarkan pada anak sesuai usianya dan tumbuh kembangnya?
Rasa gundah itu sirna ketika saya memilih buku untuk berinteraksi dengan anak. Bukan mainan, apalagi gadget. Saya dan suami sepakat untuk tidak mengenalkan media elektronik pada anak di usianya yang masih kecil. Kami sepakat untuk mengeluarkan televisi dari kamar tidur kami dan punya screen-time untuk menggunakan gadget di depan anak kami.
Bagaimana mengenalkan buku untuk si kecil? Dari usia 0 bulan, si kecil sudah berteman dengan buku tipe high contrast. Buku dengan warna hanya hitam dan putih, untuk merangsang fokus matanya. Dari buku jenis high contrast ini, kami beranjak memilihkan buku lain sesuai usianya, seperti soft book, bath book, sound book, touch-and-feel book, magnetic book, hingga pop-up book dan activity book. Tentunya tidak termaksud buku paket untuk balita yang isinya lebih dari belasan buku, itu malah kami belum punya.
(Kredit gambar: www.pexels.com)
Kalau anak masih kecil dan belum banyak mengerti, apa cocok diperkenalkan dengan buku setiap hari? Menurut saya, membuat anak menyukai, menyayangi, bahkan jatuh cinta terhadap buku tidak semudah seperti membuat anak menyukai gadget. Buku harus dikenalkan sedari kecil. Setiap hari, saya dan suami membacakan buku untuk si kecil tidak lama-lama, hanya sekitar 10-15 menit. Namun ini kami usahakan untuk rutin membacakan buku. Sepuluh menit ini sebentar sekali bukan, bila dibandingkan dengan 1,440 menit yang kita miliki setiap hari? Membacakan buku untuk si kecil berarti juga mengajarkan banyak hal. Terkadang si kecil ikut tertawa seperti mendengarkan, bahkan merebut buku dan ikut membolak-balikkan halaman. Terkadang pula ia acuh, asyik sendiri dengan aktivitasnya. Ya sudah, kami tetap seru membacakan saja dengan intonasi yang menarik hingga kadang jadi geli sendiri mendengarnya. Biasanya si kecil akan tertarik lagi dan ikut membaca bersama kami.
Ketika bermain ke luar rumah, kami selalu membawakan beberapa buku untuk si kecil. Pernah suatu ketika saat acara kumpul keluarga, si kecil tidak tertarik bermain gadget yang ditawarkan oleh kakak sepupunya. Alih-alih, ia asyik bermain membuka-buka buku favoritnya. Lebih senang lagi ketika ternyata kakak sepupunya ikut tertarik membaca. Meninggalkan gadgetnya, membacakan buku untuk anak kami yang sibuk membolak-balikkan halaman, dan tertawa bersama.
Bagaimana memilihkan buku yang tepat untuk si kecil? Tak harus buku impor yang harganya mahal, atau menunggu 1 tahun sekali untuk membeli buku di ajang pameran buku yang diskonnya besar-besaran. Tak harus paket buku, atau boardbook. Yang penting pilih buku sesuai dengan usia anak, ini dapat mama lihat pada informasi yang tercetak di sampul bukunya. Sekarang buku-buku cerita anak terbitan lokal tak kalah menariknya dengan buku impor. Sudah banyak produsen buku cerita anak di Indonesia yang berinovasi terkait konten dan jenis bukunya. Buku impor memang banyak menang dari segi konten, tetapi enaknya membacakan buku keluaran lokal adalah Urban Mama Papa lebih mudah berimprovisasi dan tidak perlu repot menerjemahkan arti tiap kata karena sudah tertulis dalam bahasa ibu. Selain itu, harga bukunya tentu lebih terjangkau.
Saya yakin buku akan selamanya menjadi jendela dunia, tak tergantikan oleh gadget dan media elektronik apapun. Semoga saya dan suami tak salah menjadikan buku sebagai sahabat sedari kecil. Tujuannya bukan agar si kecil cepat membaca, bukan pula agar ia menjadi lebih cepat berbicara, namun untuk menumbuhkan kecintaan akan buku dan membaca. Akan ada masanya nanti si anak belajar memegang gadget dan terbiasa dengan kemudahan teknologi. Memupuk minat baca jauh lebih penting daripada anak terbiasa bermain gadget.
setuju bahwa menumbuhkan kecintaan membaca harus dimulai dari kecil.
Saya juga masih punya pe er untuk si bungsu menyenangi buku seperti kakaknya.
Tfs mama Lizta :)
Waaaaah bener banget nih mam, kita harus mengenalkan buku ke anak sedari kecil biar makin cinta. PR terbesar saat ini adalah gadget yang tentunya lebih menarik :( . Saya sendiri untuk gadget selalu membuat rules hanya boleh ketika weekend itupun hanya beberapa jam saja. TFS Mama Lizta :).
Suka banget deh baca artikelnya mama Lizta!
Setuju banget, aku lebih suka membiasakan anak baca buku dan anteng sama buku daripada anak-anak anteng sama gadget.
Tapi memang gadget masih dipake kalau weekend atau saat mereka baca e-book.
Halo Moms Cindy salam kenaalll
Iyaa seneng banget kalau sepemikiran mengajarkan buku kepada anak kita sejak kecil yaaaa..
Jaman sekarang kan susah banget menolak pilihan fitur fitur pada gadget sangat menggiurkan untuk membuat anak antengg ihihihihi...
Semangat Moms karena jalan yang ditempuh tidak selalu mudah!
*lah curhat :p
mama lizta keren bangeeet! setuju kalau buku adalah jendela dunia dan sangat penting untuk memupuk rasa cinta anak pada membaca buku.
semoga tulisan ini menginspirasi urban mama lainnya yaa.
Terimakasih mama ninit!
Salam kenal..
Iyaa mama ninitt
Sampai kapanpun buku sebagai jendela dunia tak kan tergantikan yaaaaa..
Salam hangat untuk si kecil di rumaah
:D