Kenali Penyebab Bayi Rewel

Oleh Fatimah Berliana Monika pada Selasa, 04 Maret 2014
Seputar Expert Explains

Tulisan kali ini saya buka dengan kutipan berikut:

"Yang bayi baru lahir butuhkan hanya tiga. Tiga hal tersebut adalah kehangatan dalam pelukan Mamanya, makanan dari payudara Mamanya dan rasa aman/dilindungi. Menyusui memenuhi ketiga kebutuhan tersebut." – Dr. Grantly Dick

Resep sederhana untuk membuat bayi nyaman dan bahagia adalah dengan menyusui. Tetapi, terutama bagi para Mama baru dan anak pertama pula, kerewelan bayi dapat membuat Mama bingung. Mama khawatir apakah bayi kurang disusui, apakah bayi sakit, apakah bayi alergi akan makanan/minuman yang Mama konsumsi, apakah situasi tidak nyaman dll.

Bayi bisa menjadi rewel karena berbagai sebab dan bisa juga kombinasi beberapa hal dan kadang perlu waktu bagi Mama untuk menemukan apa penyebabnya. Sangat baik bila Mama memiliki diary bayi sehingga bila kondisi/gejala yang sama terjadi, Mama lebih cepat mengetahui penyebabnya dan cepat menanganinya.

Bayi menyusu berdasarkan keinginannya (Nursing On Demand atau Baby Led Nursing), kecuali pada bayi baru lahir yang belum lancar proses menyusunya, perlu menyusu secara intensif sekitar 8-12 x dalam sehari. Yang utama, perhatikan tanda-tanda kecukupan ASI/asupannya yang sudah saya bahas dalam tulisan Apakah ASI Cukup ini.




Secara umum, bayi akan menunjukkan tanda-tanda bila lapar/haus dan ingin menyusu. Tanda-tanda awal menyusu tersebut meliputi Stirring di mana bayi mulai bergerak-gerak, Mouth opening/membuka mulut dan Turning head-seeking/rooting dimana bayi mulai menengok ke kiri-kanan mencari-cari payudara Mama/sumber makanannya.

Bila tahap awal ini diabaikan maka bayi akan menunjukkan tanda-tanda berikutnya yaitu Stretching (Badan meregang), Increasing Physical Movement (bergerak-gerak makin intensif) dan Hand in mouth (memasukkan jari/tangan ke mulutnya). Bila tanda-tanda kedua ini diabaikan maka tahap akhir adalah bayi akan marah berupa rewel dan menangis.



Selain rewel karena ingin menyusu, ada beberapa hal yang menyebabkan kerewelan bayi. Perhatikan apakah bayi sedang mengalami masa percepatan pertumbuhan/growth spurt? Banyak bayi yang lebih rewel saat fase growth spurt. Perhatikan faktor lingkungan apakah bayi rewel karena berada di lingkungan yang asing/baru, atau orang-orang baru, suara-suara yang tidak umum bayi dengar, dll. Saat bayi tumbuh gigi (teething) juga biasanya akan rewel dan bisa disertai demam ringan.

Selain itu, ada gejala-gejala lain yang bisa membantu Mama menentukan apa penyebab bayi rewel. Berikut ini adalah daftar gejala-gejala yang menyertai kerewelan bayi dan kemungkinan penyebabnya.


    1. Rewel saat menyusu/menolak untuk menyusu .
    Kemungkinan penyebab:
    a. Posisi & Pelekatan yang tidak tepat.
    b. Aliran ASI kurang deras.
    c. Oversupply/Overactive LDR (Let Down Reflex).
    d. Gastroesophageal reflux (GER) yang berbeda dengan gumoh (spit up). Bayi mungkin memuntahkan ASI. Reflux terjadi ketika ASI dan asam dari perut kembali menuju oesophagus, tentu saja membuat bayi rewel karena sakit.
    e. Penyakit thrush karena jamur Candida albicans di mulut bayi.
    f. Mama mengoleskan pada puting Mama krem / lotion / hal asing bagi bayi.
    g. Pada bayi yang usianya lebih besar, bisa juga penyebabnya teething/tumbuh gigi , bisa juga karena Mama mulai menstruasi kembali atau Mama hamil.

    2. Bayi sempat melekat pada payudara, menyusu, tetapi segera melepaskan diri, tampak stress.
    Kemungkinan penyebab:
    a. Intoleransi akan makanan/minuman Mama (jarang bayi yang sensitif seperti ini).
    b. Oversupply / Overactive LDR (Let Down Reflex).
    c. Gastroesophageal reflux (GER).

    3. Tampak resah setelah selesai menyusu.
    Kemungkinan penyebab:
    a. Menyusu yang dijadwal / dibatasi.
    b. Posisi dan pelekatan yang kurang tepat.
    c. Produksi ASI rendah.
    d. Oversupply/Overactive LDR (Let Down Reflex).
    e. Gastroesophageal reflux (GER).
    f. Penyakit thrush karena jamur Candida albicans di mulut bayi.

    4. Kenaikan berat badan (BB) bayi lambat.
    Kemungkinan penyebab:
    a. Menyusu yang dijadwal / dibatasi.
    b. Produksi ASI rendah.
    c. Gastroesophageal reflux (GER).

    5. Kolik & Tangisan bayi yang tidak bisa ditenangkan dalam waktu lama.
    Kemungkinan penyebab:
    a. Intoleransi akan makanan/minuman Mama.
    b. Oversupply / Overactive LDR (Let Down Reflex).
    c. Bayi baru lahir cenderung lebih rewel di malam hari.

    6. Feses / buang air besar berwarna hijau, diare, darah dalam feses
    Kemungkinan penyebab:
    a. Oversupply / Overactive LDR (Let Down Reflex).
    b. Penyakit infeksi.

    7. Muntah, muntah menyemprot (projectile vomiting).
    Kemungkinan penyebab:
    a. Alergi.
    b. Penyakit pyloric stenosis .
    c. Gastroesophageal reflux (GER).

    8. Ruam merah pada kulit bayi yang kering, eczema (eksim) – dermatitis.
    Kemungkinan penyebab:
    a. Reaksi akan produk yang dipakai bayi seperti sabun, krim, atau bisa juga deterjen.
    b. Faktor keturunan.

    9. Batuk – pilek sehingga bayi sulit bernafas melalui hidung.
    Kemungkinan penyebab:
    a. Selesma / common cold karena virus. Perhatikan juga bila bayi seperti menarik-narik telinga, bisa jadi bayi menderita Infeksi telinga (Otitis media).
    b. Bila berkepanjangan bisa karena alergi & sensitif akan beberapa material (yang umum : debu, bulu binatang, karpet, dll).



Lalu, bagaimana menangani bayi yang rewel ini? Berikut ini adalah beberapa tipsnya:


    1. Penuhi kebutuhan dasar bayi: Susui dengan posisi&pelekatan yang baik, silakan pelajari mengenai Posisi & Pelekatan Menyusui, sendawakan bayi, rajin memeriksa dan mengganti popoknya, ganti baju bayi dengan baju yang nyaman.

    2. Sentuhan yang menenangkan: Gendong bayi, Peluk bayi skin to skin (bayi hanya mengenakan popok dan Mama dapat melepas baju atasan Mama –pastikan Mama dan bayi diselimuti/tidak kedinginan), Gendong bayi dengan posisi Magic Hold khususnya untuk bayi yang menderita Kolik. Sila lihat ilustrasi gambar berikut:



    Pijat lembut bayi:




    3. Kurangi stimulasi yang mengganggu: redupkan lampu, buat suasana hening, bedong bayi jangan terlalu ketat.
    4. Nyalakan suara yang menyamankan: Mama dapat menyalakan musik lembut, Mama dapat menyanyi, untuk yang beragama Islam dapat memutar lantunan Al Quran atau Mama yang melantunkannya, dll.
    5. Gerakan ritmis & Perubahan suasana: susui bayi sambil Mama berjalan atau Mama duduk di kursi goyang, mengayun pelan bayi, gendong bayi berjalan keluar rumah, bawa bayi keluar rumah dengan kereta bayi atau dengan mobil, mandi air hangat, dll.

Untuk beberapa gejala yang mengindikasikan bayi menderita penyakit tertentu (seperti GER, Pyloric stenosis, thrush, infeksi lainnya) segeralah berkonsultasi dengan dokter. Bila sudah mengetahui penyebab bayi rewel, catatlah di diary bayi, untuk masa mendatang hindari sebisanya.

Menjaga bayi rewel memang melelahkan, jadi pastikan Mama juga cukup istirahat, makan & minum bergizi, sisihkan waktu untuk me-time, cari pertolongan & dukungan (yang utama dukungan dari suami). Jangan lupa, suasana hati Mama juga mempengaruhi bayi.

Happy breastfeeding. :)

Fatimah Berliana Monika
Fatimah Berliana Monika

Konselor Laktasi & La Leche League (LLL) Leader of Rochester South NY, US. Lulusan S1 Fakultas Teknik Sipil&Perencanaan ITB & S2 Magister Manajemen Universitas Indonesia.

12 Komentar
anokalicious
anokalicious September 4, 2014 11:10 am

semoga ilmunya dpt diaplikasikan saat anak sy lahir nanti. kebetulan ini sedang hamil 33w.terima kasih mba

Gabriella F
Gabriella F March 7, 2014 8:56 am

TFS ya Mbak Monik, memang paling bingung kalau bayi rewel... artikel ini pasti membantu banget buat yang masih punya bayi atau yang sedang menantikan kelahiran bayinya.

Retno Aini
Retno Aini March 6, 2014 12:38 am

seandainya tahu ini pas anak pertama dulu lahir... dulu mikirnya kalau bayi sampai nangis, pasti ada yang salah. jadinya ikutan panik deh. padahal tnyt nangis itu cara awal bayi berkomunikasi ya. ah tapi gapapa, siapa tahu buat anak kedua nanti udah terbekali sama ilmu dari mbak Monik ini, hehehe. terimakasih ya mbak...

Fatimah Berliana Monika
Fatimah Berliana Monika March 5, 2014 6:04 am

Maaf ketinggalan hal pentingnya :

Points to Remember
Gastroesophageal reflux (GER) occurs when stomach contents flow back up into the esophagus.
GER is also called acid reflux or acid regurgitation because the stomach’s digestive juices contain acid.
GER is common in infants under 2 years of age. About half of all infants spit up, or regurgitate, many times a day in the first 3 months of life.
Most healthy infants experience few to no symptoms and stop spitting up between the ages of 12 and 14 months.
Gastroesophageal reflux disease (GERD) is a more serious, chronic form of GER.
If an infant appears healthy, has good growth, and seems to have typical GER, the infant usually does not need tests or treatment.
Even if a pediatrician suspects GERD, simple feeding changes can often reduce symptoms. In some cases, a health care provider may order tests to help determine whether the infant’s symptoms relate to GERD or another medical condition and require medication.
Treatment for GERD depends on the infant’s symptoms and age and may involve one or more of the following: feeding changes, medications, or surgery.

-Monik

Fatimah Berliana Monika
Fatimah Berliana Monika March 5, 2014 6:03 am

Hi Mama Kembanggeulis,

Salah satu referensi mengenai GER dan GERD yang lengkap di sini:
http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/gerdinfant/

Saya quote yang penting yaa

"Gastroesophageal reflux (GER) occurs when stomach contents flow back up into the esophagus—the muscular tube that carries food and liquids from the mouth to the stomach.
GER is also called acid reflux or acid regurgitation because the stomach’s digestive juices contain acid. Infants with GER spit up liquid mostly made of saliva and stomach acids. GER is common in infants under 2 years of age. About half of all infants spit up, or regurgitate, many times a day in the first 3 months of life. Most healthy infants experience few to no symptoms and stop spitting up between the ages of 12 and 14 months"

Gastroesophageal reflux disease (GERD) is a more serious, chronic—or long lasting—form of GER. According to studies, health care providers may often overlook GERD or mistake GERD for GER. If an infant’s GER progresses to GERD, additional symptoms—such as vomiting and poor feeding—occur and can adversely affect the child’s overall health and temperament. Infants with severe symptoms or with GER that lasts beyond 12 to 14 months may actually have GERD and should see a pediatrician—a doctor who specializes in treating children."

HTH
-Monik

 

Artikel Terbaru
Senin, 09 November 2020 (By Expert)

Mengenal Lebih Dekat Rahasia Manfaat BPJS Sebagai Asuransi Proteksi Kita

Jumat, 25 Desember 2020

6 Keuntungan Tidak Punya Pohon Natal di Rumah

Kamis, 24 Desember 2020

Rahasia kecantikan Alami dari THE FACE SHOP YEHWADAM REVITALIZING

Rabu, 23 Desember 2020

Lentera Lyshus

Selasa, 22 Desember 2020

Different Story in Every Parenting Style

Senin, 21 Desember 2020

Menurut Kamu, Bagaimana?

Jumat, 18 Desember 2020

Santa's Belt Macarons

Selasa, 15 Desember 2020

Christmas Tree Brownies