Malam itu saya sedang mencuci piring. Tiba-tiba Zahra (6 tahun) datang dan bertanya, “Mama, adik lahir lewat mana?” Karena saya masih sibuk, saya jawab, “Nanti sebelum tidur Mama kasih tahu, ya. Sekarang Mama mau menyelesaikan cuci piring dulu”. Zahra berlalu dan saya meneruskan pekerjaan. Selesai mencuci piring, saya ke depan komputer untuk mulai mengetik laporan dan Zahra mendekati.
Mama: “Tadi, Dedek mau tanya tentang lahir lewat mana, ya?”
Zahra: “Iya, Ma.”
Mama: “Kenapa Dedek, tanya begitu, habis lihat apa?”
Zahra: “Tadi pas ke rumah makan, di TV ada sinetron orang sedang melahirkan.” (Bagian depan rumah kami adalah rumah makan)
Mama: “Menurut Dedek, adik bayi lahir lewat mana?
Zahra: “Lewat sini.” (menunjuk ke arah kemaluannya)
Mama: “Benar , memang bayi itu lahir lewat sini, namanya jalan lahir.” (sambil menunjuk ke arah vaginanya dan dia saya raih untuk duduk di pangkuan saya)
Zahra: “Kalau orang melahirkan itu keluar darah, nanti bisa pingsan, bisa mati?”
Mama: “Tadi Dedek lihat di TV, begitu?”
Zahra: “Iya, orangnya tidak tahu pingsan apa mati.”
Mama: “Orang melahirkan itu memang biasanya juga mengeluarkan darah.”
Zahra: “Ih seram, Dedek juga punya jalan lahir, Ma?”
Mama: “Iya punya, karena Dedek perempuan. Tempatnya dekat tempat keluar pipis.”
Zahra: “Darahnya keluar banyak ya, Ma? Bisa mati ya?” (Sambil meringis)
Mama: ”Cukup banyak, lebih banyak daripada luka gores karena kena pisau. Tapi semua mama juga melahirkan, dan tidak semua mama pingsan atau meninggal, kan? Ada sedikit mama yang meninggal atau pingsan saat melahirkan, tapi ada banyak mama yang tidak apa-apa dan sehat-sehat saja setelah melahirkan, seperti Mama, Mama Maisa, Mama Ulin, Mama Balqis, iya kan ? (Nama-nama itu adalah nama teman-temannya). Jadi, Dedek, tidak perlu merasa ngeri atau takut, ya.”
Zahra: “Iya.” (mulai tersenyum)
Mama: “Selain melalui jalan lahir ada cara lain, di perut mamanya dibuat luka, terus adik bayinya di angkat.”
Zahra: “Ih, seram.”
Mama: “Iya, sepertinya seram, tapi ya tidak apa-apa, karena operasi dilakukan oleh dokter yang pintar, dan sudah ada banyak mama yang di operasi dan sehat-sehat saja.” (Zahra sudah terlihat tenang dan tidak mengajukan pertanyaan lagi)
Kemudian saya teringat percakapan dengan Isal sekitar dua minggu sebelumnya. Masih juga seputar kehamilan. Isal adalah anak pertama saya berumur 11 tahun. Jauh sebelumnya kami juga sudah berdiskusi tentang hal ini beberapa kali.
Isal: “Ma, Dedek itu sudah punya rahim?”
Mama: “Iya, sudah punya, memang kenapa?”
Isal: “Berarti Dedek itu, bisa hamil?”
Mama: “Belum.”
Isal: “Kenapa?”
Mama: “Karena Dedek masih kecil dan rahimnya belum siap.”
Isal: “Ma, bagaimana kok bisa ada bayi dalam perut Mama?” (Waduh kok kebagian pertanyaan ini? Hmm, ingat kata-kata Bu Elly Risman untuk tidak panik. Tarik napas pelan, hmmm)
Mama: “Isal tahu zat kimia kan, nah pada tubuh manusia ada semacam zat kimia. Namanya sel telur dan sel sperma, kalau sel telur dan sperma tercampur maka akan jadi janin, janin itu menempel di rahim dan terus berkembang.”
Isal: “O... begitu ya, Ma.”
Untungnya saat itu dia tidak bertanya lebih lanjut. Saya khawatir pertanyaannya berlanjut karena saya benar-benar belum siap. Saya terus belajar mempersiapkan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan seperti ini dari kedua buah hati saya.
Mama Diana, terimakasih kembali, contekannya di simpan yang rapi ya, hehe. Mama Sucidian, terimakasih, kalau berlanjut belum siap juga sih kayanya, masih nyari ilmunya. Mbak Nurasti, terimakasih.
Thanks mbak yosi buat sharenya.
Walaupun belum punya anak, tapi pernah ditanya ponakan hal2 yg semacam ini.
Jadi inget, waktu masih kecil pernah tanya hal ini sama mama, tapi ga dijawab sampai sekarang. hehe
penting...penting...makasi ya sharingnya mama....nanti kalau ceritanya berlanjut,sharing lagi ya...intinya biarkan anak dulu yang menjawab pertanyaannya ya ma?
waah,siap2 saya diberondong pertanyaan semacam ini dr bibir mungil cicha (5th)...untung dah dapat contekan jawabannya^^ thanks sharingnya mama...=)
Bunda wiwid, Mama Musdalifa, terimakasih kembali.Mama eka, terimakasih, mungkin sebaiknya Enzo dikasih tahu aja, mana yang hamil dan bukan hamil, hehe.Mama Dian, terimakasih. Mama Ruliyani, iya, mikir lama, mulai dari mana ngebahasnya. Mama Silfanie, terimakasih kembali. Mama Shinta, terimakasih.