Topik mastitis sudah seringkali dibahas. Dalam tulisan kali ini saya mencoba menulis soal Mastitis dengan beberapa penekanan yang kadang terlupakan atau Mama sudah paham tapi tidak dilaksanakan dengan berbagai sebab. Sebagai contoh, kisah seorang Mama yang saya bantu di sini. Bermula dari telepon berikut:
Mama C: "Hi, is this Fatimah Monika? I got your number from Headquarter of La Leche League. I am a mother of 7 weeks baby. I really have a lot of issues with breastfeeding. I have met Lactation consultants 2 times and physician. Now I’m so desperate and feel like I want to give up with breastfeeding."
Lalu mengalirlah cerita bahwa sejak awal menyusui itu menyakitkan, Mama tersebut mengalami nyeri puting, bengkak hingga akhirnya menderita mastitis. Ketika saya tanya apakah bayi memiliki kelainan anatomi seperti tongue tie/hal lain, Mama tersebut menginformasikan bahwa Konsultan Laktasi yang pertama menilai bayi menderita Tongue Tie derajat sangat ringan sehingga tidak perlu dilakukan frenotomy (pemotongan tali lidah frenulum), kemudian dokter menilai anatomi bayi tidak ada masalah, dan yang terakhir ketika bertemu Konsultan laktasi kembali, tidak bisa dipastikan ada masalah Tongue Tie derajat yang sangat ringan.
Fokus saya di sini bukan soal Tongue Tie bayi, tapi fokus saya adalah pada kondisi Mama tersebut. Bayi tersebut masih bisa tumbuh dengan mendapat asupan via susu formula diseling ASIperah Mama. Dua hari kemudian saya mengunjungi rumah Mama tersebut.
Ketika tiba di rumah Mama tersebut saya cukup terkejut karena rumahnya besar, dan Mama tersebut tinggal hanya dengan suaminya (jelas tidak ada asisten rumah tangga) di mana suaminya sibuk bekerja sebagai seorang dokter syaraf, bayi, 1 kucing, dan 1 anjing. Sangat wajar rumah tersebut berantakan. Juga Mama tersebut terlihat sangat lelah, sambil bercerita selalu menguap. Hal ini yang saya sudah sebut di awal , penanganan terpenting Mastitis Mama yang tidak dilaksanakan, yaitu: Istirahat, dukungan agar Mama tidak/paling tidak berkurang stressnya, serta minum dan makan yang cukup.
Mastitis adalah peradangan/infeksi pada payudara yang umum terjadi di 6 minggu pertama kehidupan bayi tapi bisa juga terjadi kapan saja selama Mama menyusui. Penyebab utama Mastitis adalah pengosongan payudara yang kurang baik yang kemudian bisa menyebabkan saluran ASI yang tersumbat/plugged duct, juga infeksi. Mama yang menjalani E-Ping (Exclusively Pumping) rentan terkena mastitis karena berbagai hal bisa menyebabkan Mama tidak dapat memompa dan mengosongkan payudara dengan baik.
Penting untuk mengenali tanda-tanda Mastitis, semakin dini semakin mudah untuk ditangani. Berikut ini adalah tanda-tanda Mastitis:
a. Biasanya terjadi pada 1 payudara (walau mungkin juga terjadi pada kedua payudara di mana penanganannya lebih sulit).
b. Terjadi pada sebagian payudara (bedakan dengan bengkak biasa yang terjadi pada seluruh payudara).
c. Terdapat daerah kemerahan yang berbatas tegas di kulit (erythema), lihat gambar ini:
d. Daerah kemerahan tersebut terasa keras dan mungkin bengkak, tapi bagian payudara lainnya tetap lunak dan puting tidak terpengaruh (sementara pada kasus bengkak, seluruh payudara membengkak dan puting tertarik ketat dan mendatar). Terasa sangat sakit dan panas terutama di daerah yang berwarna merah.
e. Pengeluaran ASI tidak mengurangi rasa keras pada area yang merah, berbeda dengan bengkak biasa.
f. Demam berkepanjangan > 24 jam.
g. ASI / ASIperah akan terlihat lebih kental, bisa juga seperti gelatin dan rasanya lebih asin karena meningkatnya kandungan sodium & klorida. ASI ini aman untuk bayi hanya saja mungkin bayi akan menolaknya.
Tidak semua kasus Mastitis perlu segera pengobatan dengan Antibiotik (AB) . Dicurigai Mastitis dengan Infeksi apabila: gejala makin parah, ada retakan/crack, mastitis terjadi pada kedua payudara dan tidak ada kemajuan setelah 24 jam aliran ASI diperbaiki. Segeralah konsultasi dengan dokter untuk penegakan diagnosis mastitis dengan infeksi ini dan diskusikan pula pilihan Antibiotiknya bila Mama positif menderita Mastitis dengan infeksi.
Dari beberapa sumber, 2 pilihan Antibiotik untuk kasus ini adalah Flucloxacilin dan Erythromycin. Bila pemilihan Antibiotik tidak tepat atau Mama tidak meminumnya sesuai anjuran, maka besar potensinya terjadi resistensi bakteri dan di kemudian hari rentan terkena mastitis infeksi kembali dengan pengobatan yang lebih sulit & lama.
Penanganan umum Mastitis sebenarnya diwakilkan oleh 4 hal ini: Heat, Massage, Rest, Empty Breast.
• Susui / perah sesering mungkin. Upayakan paling tidak menyusui / memerah setiap 2 jam sekali. Hal-hal berikut dapat dilakukan:
a. Tempelkan kompres hangat sebelum & diantara waktu-waktu menyusui/perah. Kompres hangat dapat menggunakan handuk kecil, atau bila ada shower air hangat, atau cara lain gunakan diaper sekali pakai yang dicelup ke air hangat, peras. Diaper menahan hangat lebih lama daripada handuk/kain. Memang dianjurkan kompresnya hangat cenderung panas, tapi jangan sampai terlalu panas yang berisiko membakar kulit Mama.
b. Pijat perlahan bagian yang menggumpal sebelum & ketika sedang menyusui/perah. Ada beberapa gerakan memijat, yang mudah adalah membuat lingkaran-lingkaran kecil ke sekeliling payudara seperti ilustrasi gambar di bawah ini:
c. Mulai menyusui pada bagian payudara yang terkena mastitis, bila Mama tidak tahan maka segeralah pindah ke payudara yang tidak sakit.
d. Pastikan payudara dikosongkan dengan baik. Pasca bayi menyusu atau pasca Mama memerah dengan alat pompa, lanjutkan memerah dengan tangan hingga payudara benar-benar kosong. Hal ini sudah saya jelaskan http:/theurbanmama.com/articles/exclusively-pumping-e-ping-memaksimalkan-produksi-asi-untuk-bayi-prematur.html">di tulisan saya ini.
• Cari posisi menyusui yang berbeda-beda untuk membantu mengosongkan ASI secara merata. Posisi Semi Reclining/Laid back breastfeeding disarankan untuk beberapa masalah menyusui seperti Tongue Tie, Nursing Strike, Bingung Puting, dll.
• Mama dapat minum obat analgesik bebas (OTC) seperti Ibuprofen untuk mengurangi peradangan dan nyeri.
• Kompres dingin saat Mama merasa payudara sangat nyeri/setelah menyusui atau memerah.
Dan hal terakhir yang paling penting dalam penangangan Mastitis :
• Mama upayakan beristirahat, bahkan beberapa referensi menyebutkan agar Mama menjalani bedrest bersama bayi. Jangan sungkan meminta pertolongan. Bila Mama bekerja, ambillah cuti.
Pada cerita Mama C di atas, Mama C yang berprofesi sebagai Nurse (jadi sebenarnya Ilmu laktasi sudah paham dan menguasai) berhenti bekerja. Hal yang sulit bagi Mama C karena orang tua tinggal di State yang berbeda, sementara tetangga tidak ada yang dekat (belum lama tinggal di lingkungan tersebut dengan jarak antar rumah cukup jauh) sementara teman-temannya sebagian besar adalah Nurse dengan jadwal kerja yang padat. Akhirnya suaminya memutuskan mengambil cuti panjang. Nah hal ini sangat penting, dukungan suami sepenuhnya.
Selama belum ada yang membantu, upayakan agar makanan sehat, camilan sehat, dan air putih tersedia di tempat Mama selalu berada/tempat yang mudah dijangkau.
Hal yang terakhir yang juga penting adalah Pencegahan! Cegahlah Mastitis dengan:
• Posisi dan Pelekatan yang baik
Posisi dan pelekatan yang baik adalah kunci untuk mencegah berbagai masalah menyusui seperti puting lecet, nyeri, payudara bengkak hingga mastitis. Pelekatan yang tepat hingga mencapai deep latch on sangat menguntungkan bagi Mama dan bayi. Bila Mama kesulitan mendapat posisi dan pelekatan yang baik segeralah minta bantuan kepada ahli laktasi.
• Kosongkan payudara dengan baik dalam setiap sesi menyusui/memerah. Walaupun bayi memiliki masalah anatomi seperti Tongue Tie, Cleft lip/palate sehingga kesulitan untuk menyusui langsung/menyusui dengan baik, Mama tetap mengosongkan payudara, yang terbaik dengan perah tangan, atau perah pakai alat pompa dilanjutkan perah tangan.
• Para Mama yang menjalankan E-Ping / Exclusively pumping jangan sampai terlewat jadwal pumpingnya/intervalnya terlalu panjang. Kenali tanda-tanda payudara mulai penuh, bila perlu Mama mencatat jadwal memerah atau bila Mama menggunakan smartphone bisa menggunakan aplikasi gratis yang tersedia.
• Hindari memakai bra dan pakaian yang ketat, sekali-kali biarkan payudara “bernapas” dengan melepas bra dan diangin-anginkan. Tetapi untuk beraktivitas tetap dianjurkan menyangga payudara dengan bra yang nyaman dan tidak ketat.
Pesan terakhir adalah: Hindari stress. Alokasikan waktu untuk "me-time" dan istirahat yang cukup serta buat pengaturan urusan rumah tangga lainnya dengan suami dan sistem pendukung yang ada.
Happy breastfeeding :)
Duh ini dia yang lagi bikin takut. Kadang suka lupa perah ASI padahal udah full dan bayi bobok. Beberapa kali sampai berasa meriang, hiks..
Infonya sangat berguna mbak monik, terimakasih banyak
saya hamil 8bulan terserang mastitis..apakah harus di insisi? PD satunya boleh di minumkan ke bayi?
Ok mb monik, terima kasih infonya :)
http://www.who.int/maternal_child_adolescent/documents/breastfeeding_maternal_tb/en/ (maaf keburu sent).
-Monik