Melahirkan di Rumah dengan Metode Water-Birth

Oleh Novita Hutabarat pada Rabu, 25 Februari 2015
Seputar Our Stories

Selama masa kehamilan, saya banyak sekali melihat video-video proses melahirkan di youtube. Sampai suatu ketika saya menemukan video melahirkan di kolam air di rumah. Video yang saya temukan merupakan video proses melahirkan yang terjadi di luar negeri terutama di negara barat. Berbekal video ini, mulailah saya membaca berbagai artikel tentang water birth dan kemudian menemukan juga artikel tentang gentle birth. Semakin banyak membaca, keinginan saya semakin kuat untuk melakukan persalinan senyaman mungkin untuk saya dan bayi saya. Beruntungnya saya bisa dipertemukan dengan seorang bidan yang membantu persalinan dengan menerapkan gentle birth dan water birth. Setelah beberapa kali pertemuan yoga dan relaksasi di kliniknya, saya pun memutuskan memilih bidan tersebut untuk mendampingi saya pada saat persalinan.

Senin, 10 Maret 2014
Pukul setengah 5 pagi saya sudah bangun dan bersiap untuk berangkat ke kantor. Hari sebelumnya kami menginap di apartemen, jadi boleh bangun agak siang sedikit dibanding berangkat dari rumah di Sentul. Pagi itu ketika saya akan mandi, saya melihat ada flek yang keluar dan menempel pada celana dalam saya. Melihat ini saya langsung membangunkan suami dan memberitahunya, “Aku flek nih, kayaknya mau melahirkan. Soalnya kemarin kan dokter bilang tanda-tandanya ada flek salah satunya.” Suami yang awalnya masih setengah tidur pun langsung bangun dan bertanya harus bagaimana. Awalnya suami menyarankan untuk memeriksakan ke dokter, namun saya akhirnya memutuskan tetap berangkat ke kantor untuk submit cuti, karena saya belum submit cuti melahirkan. Saya memang berencana untuk cuti pada minggu ke-39 kehamilan saya, supaya saya bisa memiliki waktu cuti lebih banyak setelah melahirkan. Di perjalanan menuju kantor, saya menghubungi bidan dan memberitahu bahwa saya akan ke kliniknya setelah saya beres mengurus cuti di kantor.

Selesai urusan cuti, saya langsung menuju klinik bidan. Sesampainya disana bidan pun melakukan cek dalam. Bidan mengatakan bahwa sudah mulai terjadi pembukaan, tetapi baru seujung jari. Saya diminta untuk menunggu satu jam supaya beliau bisa observasi kontraksi yang terjadi. Satu jam berlalu, kontraksi baru terjadi satu kali. Bidan mengatakan saya boleh pulang karena pembukaan masih sangat kecil dan kontraksi masih belum sering dan teratur. Saya diminta menghubungi beliau jika saya mulai merasakan kontraksi 10 menit sekali. Saya dan suami pun pulang ke rumah. Hari itu kontraksi terjadi beberapa kali, tetapi masih belum sering dan teratur. Saya terus melakukan “goyang inul” dan melakukan pelvic rocking menggunakan gym ball untuk membantu memicu kontraksi dan pembukaan.

Selasa, 11 Maret 2014
Baby Z masih anteng di dalam, flek masih keluar tetapi kontraksi masih jarang. Mama yang sudah datang hari Senin sore mengajak saya untuk jalan pagi sambil belanja bahan makanan di tukang sayur yang mangkal di posyandu komplek rumah saya. Hari itu berlalu tanpa kemajuan yang signifikan. Selain jalan, goyang inul dan pelvic rocking, saya juga mencoba induksi alami dengan makan buah nanas.

Rabu, 12 Maret 2014
Menjelang subuh saya sudah terbangun, kontraksi mulai terasa dibanding hari sebelumnya, perut tidak lagi kencang seperti kontraksi palsu tapi mulai mules seperti menstruasi hari pertama. Saya merasa sepertinya Baby Z mulai bersiap untuk bertemu kami. Saya pun mulai menghitung kontraksi yang terjadi menggunakan aplikasi di handphone. Saya kembali ikut mama jalan pagi ke tukang sayur, setelah itu jalan bolak-balik di dalam rumah dan carport ketika kontraksi datang.

Pukul 14.00 saya pun bilang ke suami bahwa kontraksi sudah datang 10 menit sekali, dan akhirnya suami menelepon bidan supaya datang ke rumah. Pukul 15.00 bidan dan asistennya sampai di rumah dan langsung melakukan cek dalam. Beliau mengatakan bahwa saya sudah pembukaan 3, beliau memperkirakan Baby Z lahir setelah maghrib. Suami mulai memompa kolam yang akan digunakan untuk persalinan, mama pun mulai merebus air untuk air hangat yang akan digunakan.

 

Kontraksi masih terus terjadi, tetapi setiap kali datang, saya berusaha untuk tetap tenang dengan melakukan pelvic rocking. Selain itu bidan saya memijat titik-titik accupressure untuk membantu mengurangi rasa sakit dan menginduksi secara alami. Di sela-sela kontraksi yang datang dan pergi, saya masih bisa tertawa sambil mengobrol tentang essential oil sama bidan dan asistennya, selain itu juga saya masih bercanda dengan teman-teman saya di grup WhatsApp.

Pukul 18.00 bidan kembali melakukan cek dalam, beliau bilang bahwa sudah pembukaan 5 menuju 6. Kontraksi yang datang makin hebat. Saya tidak kuat lagi melakukan pelvic rocking. Yang saya lakukan hanya tiduran menyamping dan menarik napas panjang mencoba merasakan gelombang yang terus datang dan pergi. Kolam pun mulai diisi dengan air hangat, bidan  mengatakan bahwa saya akan masuk ke kolam pada saat pembukaan 7. Tak lama kemudian saya merasa ada suara “pop” kecil kemudian saya merasa kain yang saya gunakan untuk membalut tubuh saya basah. Bidan mengatakan bahwa air ketuban saya rembes.


Sekitar pukul 19.00 (ini versi orang rumah karena saya sudah tidak fokus untuk mengetahui jam berapa) akhirnya saya masuk ke kolam. Awalnya saya bersandar ke dinding kolam dan kepala saya bersandar pada suami. Saya pun mulai menggoyangkan pinggul saya di dalam air untuk mengurangi rasa sakit. Karena merasa tidak nyaman dengan posisi bersandar, saya pun mengubah posisi saya menjadi bertumpu pada lutut, dengan kaki dilipat. Mama dan Mama Mertua saya sudah khawatir dan bolak-balik bertanya pada bidan apakah tidak apa-apa jika posisi saya seperti ini, karena mereka tidak pernah mengetahui jika posisi melahirkan boleh seperti ini. Ini yang saya suka dari gentle birth, saya bebas memilih bagaimana posisi saya saat melahirkan, tidak ada intervensi dari bidan atau dokter harus dikasih ini-itu, tidak ada perintah kapan harus mengejan, tidak ada perintah harus bernapas bagaimana.

Ketika pembukaan sudah lengkap, kepala Baby Z mulai keluar sedikit demi sedikit. Rasa sakit luar biasa saya rasakan pada saat crowning, di mana sebagian besar kepala bayi mulai terlihat. Bidan terus mengingatkan saya untuk melakukan napas panjang, dan menyemangati saya bahwa saya bisa menyelesaikan ini. Beliau juga menyuruh saya untuk memegang kepala Baby Z yang sudah terlihat, rambutnya banyak! Setelah memegang kepala Baby Z itulah semangat saya kembali bangkit, sakit memang, tapi saya harus bisa menyelesaikannya. Tak lama kemudian saat gelombang kontraksi datang, saya melakukan nafas panjang dan Baby Z pun lahir.

Pada saat lahir, Baby Z langsung naik ke atas dan saya pun menangkapnya dengan tangan saya sendiri. Baby Z lahir dengan satu lilitan tali pusat. Tak lama ia menangis, dan saya letakkan di dada saya. Bidan dan asistennya pun menyelimuti kami dengan handuk, membersihkan wajah Baby Z dan mengisap cairan dari mulutnya. Setelah itu kami pindah ke tempat tidur untuk melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Setengah jam kemudian plasenta pun lahir. Tali pusat baby Z tidak langsung dipotong saat itu juga, kami memutuskan untuk melakukan delayed cord clamping (penundaan pemotongan tali pusat) supaya Baby Z bisa beradaptasi dulu di dunia barunya, keesokan harinya tali pusat diputus dengan cara dibakar. Setelah plasenta lahir, bidan memeriksa ternyata ada robekan pada perineum selebar satu ruas jari, jadi tidak memerlukan banyak jahitan. Bidan mengatakan bahwa robekan terjadi pada saat bahu Baby Z keluar.

 


Melahirkan di rumah sekarang ini sangat jarang terjadi, tetapi dengan berbagai pertimbangan dan support dari suami saya berani untuk mengambil keputusan itu. Jika diberikan kesempatan melahirkan lagi, saya sudah pasti akan kembali memilih melahirkan di rumah selama Tuhan mengizinkan. Oh ya, menurut orang rumah, sepanjang proses persalinan saya tidak berteriak sama sekali, hanya ada rintihan-rintihan kesakitan yang muncul. Bagi urban mama yang akan melahirkan, semangat ya! Jangan pernah takut akan rasa sakit yang datang, tapi berusahalah untuk bisa me-maintain rasa sakit tersebut.

22 Komentar
MomQ November 9, 2017 5:57 pm

Pengalaman luar biasa...terimakasih sudah berbagi....pingin banget hamil dan melahirkan tahun depan...tp deg2an karena 43 nanti...pengalaman melahirkan dulu masih trauma

Maretha May 31, 2016 2:39 pm

Bund, saya minta nomor bidannya donk. Saya juga tertarik melahirkan gentlebirth dengan metode waterbirth..
Terimakasih..
Aq tunggu ya bund jawabannya

fitri383
fitri383 November 30, 2015 8:57 am

SUbhanallah..jadi pengen banget melahirkan di rumah.. pengalaman yg berbeda untuk ketiga anak saya.. yang pertama Sc, yang ke dua VBAC dan yang ketiga semoga bisa homebirth.. aamiin

Pradita Putri Maharani
Pradita Putri Maharani August 20, 2015 1:27 pm

mom, aku jg waterbirth homebirth sama bidan erie dan bidn ririn.pas bantuin aku lahiran, bidan erie sedang hamil 8 bulan. tapi sabar dan telaten banget ya beliau. pdhl lagi hamil gede juga

Asri Ati Amanah June 11, 2015 2:49 pm

aku sempat tuh baca-baca buku gentle birth nya bidan yessie, sampai beli dvd panduan relaksasinya, tapi ujung-ujungnya lahiran di rs karena sampai rs udah pembukaan 9. :))

Pengen deh bisa melahirkan kaya gini, aku agak trauma melahirkan di rs apalagi harus digunting jalan lahirnya... :(

mba utet hebattt & kerenn banget...