Saat memperingati Hari Pendidikan Nasional beberapa waktu lalu, Bapak Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa pandemi coronavirus ini telah memberikan begitu banyak pelajaran, ''COVID-19 memberi banyak pelajaran''. Betul sekali. Bagaimana tidak, perilaku hidup sehat menjadi sebuah kebutuhan, kita menjadi sadar betapa pentingnya kesehatan, menjaga kebersihan, rajin mencuci tangan, serta membangun solidaritas dan empati. Jika melihat lini media sosial, banyak sekali gerakan-gerakan kreasi sekaligus donasi untuk membantu sesama yang terkena dampak pandemi ini.
Hal yang sama yang saya rasakan sejak #dirumahsaja. Anak-anak lebih kreatif, mereka bisa belajar banyak hal, khususnya dari dunia digital. Selain mereka belajar sesuai dengan pembelajaran dari sekolah, anak-anak juga tetap menjalankan rutinitas seperti hari hari sebelum pandemi, seperti les bahasa Inggris, les musik dan latihan meski dengan cara online dengan menggunakan aplikasi Zoom.
Sejak pandemi, anak sulung saya, Lana senang sekali belajar brush lettering menggunakan brush pen. Catatan pelajarannya pun dibuat semenarik mungkin dengan brush lettering ini. Ternyata hobi barunya ini membuat dia jadi rajin menulis dan membuat tulisannya jauh lebih rapi dan bagus. Selain brush lettering, anak-anak juga hobi menggambar digital menggunakan aplikasi Pro-Create.
Dari hobi baru gambar tersebut akhirnya muncullah ide membuat masker. Terinspirasi dari masker-masker lucu yang muncul di media sosial, Lana pun mencoba membuat masker dari gambarnya sendiri. Dibantu oleh teman saya, Anggie, ide masker ini pun terwujud. Awalnya hanya untuk konsumsi pribadi, kemudian berubah untuk diperjualbelikan. Kami percaya, ada banyak sekali pelajaran yang Lana dapat dalam prosesnya menggambar hingga menjadi sebuah masker, diantaranya:
1. Kreativitas dan imajinasi. Sebelum menggambar, Lana menentukan tema apa yang akan digambar, kemudian berkreasi gambar-gambar apa saja yang sesuai dengan tema yang dia tentukan. Tema masker yang dibuat adalah tentang Taekwondo, olahraga beladiri yang menjadi hobinya. Saat masker sudah jadi, dia pun memikirkan ide untuk packagingnya seperti apa agar menarik. Secara tidak langsung kepercayaan dirinya dapat terbangun dengan kemampuan berpikir yang dia punya.
2. Kesabaran. Beberapa kali gambar Lana direvisi karena komposisi, warna dan sebagainya. Selama proses menyempurnakan gambar ini, dia belajar bersabar agar hasilnya lebih bagus. Ini penting bahwa dia dituntut untuk tetap sabar dan tidak mudah menyerah saat mempelajari keterampilan baru.
3. Matematika. Sama halnya di sekolah, Lana belajar konsep berhitung seperti saat Business Day. Mulai dari menghitung jumlah stok masker, modal, penjualan, keuntungan, hingga zakat yang harus dikeluarkan.
4. Mengasah empati dan berbagi kepada sesama. Dari awal, kami sepakat bahwa Lana boleh membuat sesuatu asalkan bermanfaat, bukan hanya untuk dirinya sendiri namun juga untuk orang lain. Kemudian muncullah ide untuk berdonasi. Setiap masker yang terjual, keuntungannya akan didonasikan melalui SalamAid (yayasan donasi di sekolah). Ini penting agar dia belajar bahwa setiap rejeki yang diterima, di dalamnya ada hak orang lain yang membutuhkan yang harus disalurkan.
Alhamdulillah, ada sekitar 80 buah masker hasil karyanya yang terjual. Lana senang sekali, apalagi saat melihat langsung teman-temannya menggunakan masker hasil gambarnya sendiri.
Meski di situasi pandemi, banyak kegiatan yang dapat dilakukan di rumah dan ternyata memberikan banyak sekali pelajaran. Selalu ada pelajaran berharga di balik setiap peristiwa. Begitu juga dengan peristiwa pandemi ini, peristiwa yang sedang kita hadapi bersama. Meski semua tidak tahu kapan wabah coronavirus ini akan berakhir, tetapi kita harus tetap percaya bahwa banyak kebaikan, pelajaran serta hal bermanfaat lain yang bisa diperoleh. Untuk Urban Mama sekeluarga, tetap semangat! Ingat juga untuk tetap menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah, ya.