Mengajak Si Kecil Mendaki Gunung Gede

Oleh bunda nouf pada Rabu, 13 Februari 2013
Seputar Activities

Naik gunung, bagi saya, adalah suatu kenikmatan. Penuh gairah, tak hanya ketika menjalaninya, tetapi bahkan ketika ide perjalanan baru saja terlontarkan. Mendekati hari H, makin bersemangat dan bergairahlah saya. Semua elemen persiapan menuju hari H, sangat menyenangkan.

Dalam perjalanan naik gunung kali ini, rasa gairah dan semangat berlipat ganda saya rasakan. Tapi kali ini, ada selipan sedikit keraguan dan kecemasan. Mengapa? Karena ini adalah kali pertama saya akan mengajak buah hati kami ikut naik gunung! Ya, saya dan suami, memutuskan untuk mengajak Azzam, buah hati kami yang berusia 2,5 tahun naik Gunung Gede!

Terinspirasi dari Norman Edwin, senior Mapala UI yang tak sempat saya kenal secara pribadi, saya bertekad jika menikah dan punya anak kelak, saya akan mengajak anak saya berpetualang dan menjelajah alam. Menikmati geliat udara pagi di ketinggian. Semoga, ia menikmatinya juga.

Dari jauh-jauh hari, saya sudah bilang dan "minta izin" kepada teman teman, bahwa dalam pendakian gunung kali ini saya dan suami akan mengajak Azzam. Beberapa teman menyambut bersemangat, ada satu dua teman melarang dan bilang saya nekat. Bukan saja karena Azzam masih relatif terlalu muda diajak naik gunung, tapi juga karena pilihan hari perjalanan kami adalah di penghujung tahun, saat curah hujan cukup tinggi, dan kabarnya, Gunung Gede sedang berselimut kabut tebal dan badai angin lumayan parah.

Tapi, kerinduan untuk minum teh di Surya Kencana dan menghirup bau rumput ilalang sudah tak tertahankan. Ditambah, saat awal tahun, Gunung Gede biasanya ditutup untuk pendakian sampai dengan akhir Maret dengan alasan keamanan karena cuaca yang cukup ekstrem dan untuk memberikan kesempatan bagi alam "beristirahat" dari jamahan manusia. Jadilah, saya dan suami bertekad membawa Azzam ke Gunung Gede. Kami agak percaya diri, karena teman-teman yang mendaftar cukup banyak, nyaris sampai 20 orang jumlahnya. Saya dan beberapa teman pun menyewa porter untuk membuat perjalanan ini jadi lebih nyaman. Insya Allah, dengan dukungan teman-teman yang selalu bisa diandalkan, dan bantuan porter, serta ridho Allah SWT, perjalanan ini akan menjadi pendakian yang menyenangkan buat kami, dan Azzam tentunya.

H-1 sebelum pendakian, sesi berkemas kali ini cukup menyita waktu dibanding pendakian-pendakian kami sebelumnya. Maklum, perlengkapan kali ini pastinya menjadi lebih banyak, karena saya membawa perlengkapan untuk Azzam. Daftar bawaan, tak lupa saya buat, dengan tujuan menghindari adanya barang yang tertinggal.

Hari yang dinanti tiba, kami berangkat dan tiba di vila biru yang kami sewa sebagai base camp sebelum dan sesudah naik gunung dalam beberapa rombongan kecil. Sabtu dini hari, kira kira pukul 02.00, semua telah tiba di vila dan segera beristirahat mengumpulkan tenaga yang pastinya akan terpakai esok hari sampai dengan sore hari.

Alhamdulillah. Sabtu pagi yang cerah. Memang langit tidak terlalu bersih. Namun, cukup untuk membuat saya lega. Paling tidak, kami tidak perlu memulai perjalanan dengan hujan-hujanan.

Suami saya, menggendong Azzam dalam baby carrier dan saya menggendong carrier 45 liter berisi perlengkapan dan makanan yang diperkirakan diperlukan oleh kami selama kami jalan sampai nanti kami mendirikan tenda. Kami menyewa 1 orang porter untuk membantu kami membawakan perlengkapan lainnya.

Perjalanan dari ladang - Tanah Merah - sampai pos informasi berlangsung dengan lancar dan gembira. Azzam bahkan sangat tidak sabar, dan cenderung berkata, "Ayo ayo Bapak, jalan!" jika suami saya berhenti untuk mengambil napas atau menunggu saya yang cenderung berjalan lebih lambat.

Kami berhenti agak lama untuk di pos informasi untuk beristirahat sambil bercanda. Azzam sangat gembira begitu diizinkan turun. Azzam memang suka main batu, tanah, dan air. Jadi saya berasumsi, ia akan sangat senang jika diizinkan mengeksplorasi hutan dan sungai. Pemberhentian panjang berikutnya adalah Buntut Lutung. Di sini kami berhenti cukup lama karena hari telah lewat pukul 12 siang. Waktunya makan siang. Cuaca mendung, tapi masih tidak hujan. Alhamdulillah, jadi kami bisa makan tanpa harus kebasahan dan Azzam bisa jalan-jalan di area kami makan siang dengan gembira.

Selesai makan siang, minum teh dan beristirahat sebentar, kami lantas bergegas melanjutkan pendakian. Hujan mulai turun dan menemani kami sepanjang perjalanan selepas makan siang hingga hampir mencapai Alun-Alun Surya Kencana. Karena repot dan cukup deras, kami tidak sempat berfoto untuk mengabadikan momen dalam perjalanan.

Setelah berjalan hampir 4 jam sejak waktu makan siang, akhirnya kami tiba di Surya Kencana. Alhamdulillah... Namun kami belum sampai di lokasi tempat kami bermalam. Kami masih harus berjalan sekitar 45 menit lagi. Surya Kencana, adalah taman bermain yang indah nan luas. Namun kali ini, kami tidak bisa menikmati keindahannya. Kabut yang begitu tebal, hujan dan angin yang menderu kencang memaksa kami untuk berjalan menunduk dan cepat. Tidak ada waktu untuk foto foto. Kami jalan, jalan, dan jalan.

Terus terang, saya sangat mengkhawatirkan Azzam. Saya saja begitu kedingingan, bagaimana dengannya? Saya hanya bisa berdoa semoga Allah menghangatkan dirinya, dan membuatnya sabar hingga kami bisa tiba di lokasi menginap. Untungnya, kami telah memakaikan pakaian hangat beberapa lapis. Berharap dia tidak menggigil dan masih bisa menikmati perjalanan ini, saya terus melangkah dalam hening. Suami saya memilih untuk jalan cepat menembus kabut, meninggalkan saya. Ia sangat ingin segera tiba di Alun-alun Barat, mendirikan tenda, memasak air untuk membuat teh, dan membungkus Azzam dengan sleeping bag agar hangat.

Akhirnya, kami tiba juga di Alun-alun Barat Surya Kencana... Membuka ransel sambil menggigil, bergegas kemudian kami mendirikan tenda. Saya sendiri memeluk Azzam sambil menunggu, memastikan ia hangat dan tidak kedinginan. Bahaya hiportemia akan selalu mengancam. Sambil menunggu, saya meminta Azzam untuk makan biskuit. Alhamdulillah, Azzam masih bawel dan bersedia untuk mengemil.

Malam itu, kami tidur cukup cepat. Hujan masih saja turun dan malam itu berkabut. Hebatnya, Azzam menolak tidur dengan sleeping bag dan jaket tebal. Jadilah malam itu ia hanya tidur dengan sweater dan celana panjang tebal. Kami berharap semoga esok hari cerah, sehingga kami bisa lari-lari di Surya Kencanamu yang indah, sambil berfoto-foto.

Minggu pagi harinya, hujan telah berhenti, tapi masih berkabut. Selesai sarapan pagi, kami bermain-main di Surya Kencana. Alhamdulillah, sesuai harapan saya, Azzam sangat senang bermain di padang ilalang yang penuh dengan bunga edelweis  di ketinggian 2.750 m dpl ini. Dengan percaya diri ia berlarian dan bahkan main layangan di sana. Kabut tebal tidak dihiraukannya. Inilah mimpi saya yang menjadi kenyataan, membawa dan melihat anak saya bercengkrama di ketinggian gunung terwujud sudah. Dan saya pun bertekad, akan ada perjalanan atau pendakian pendakian berikutnya.

Puas bermain dan berfoto di Alun-alun Surya Kencana, kami pun segera kembali ke tenda untuk masak-masak lagi sebelum pulang dan packing. Saya berkali-kali mengingatkan suami untuk tidak turun terlalu cepat, khawatir tersandung akar dan terjatuh. Sungguh sangat berbahaya dan bisa fatal akibatnya. Apalagi, suami saya menggendong Azzam dalam baby carriernya. Belum setengah perjalanan pulang, hujan kembali turun. Untungnya perlengkapan kami lengkap, sehingga Azzam tetap kering dan hangat sepanjang perjalanan.

Turun pukul 1 siang dari Surya Kencana, pukul 5 kami telah tiba di pos pemeriksaan. Kami segera melapor dan bergegas melanjutkan perjalanan. Sedikit lagi, kami akan tiba di vila biru untuk mandi dan makan malam.

Terima kasih Allah, untuk perjalanan ini. Sungguh suatu nikmat yang luar biasa, bersama yang tercinta, bercumbu pada alam raya. Subhanallah.

 

27 Komentar
Upita Yunindar August 31, 2017 2:55 pm

Urus Simaksinya gimana yan nte... soalnya saya juga ada rencana mau ke gede dengan anak saya yang usia sama seperti azzam

bunda nouf
bunda nouf October 1, 2014 8:52 am

Baby carrier nya merek deuter.
yg tipe 2
waktu itu beli di tandike.
waktu itu lagi sale 50% harganya jadi 900ribu.
bisa digunakan untuk kapasitas maksimum 22 kg.

sekarang sudah ku jual baby carriernya ke temen aku :)

Bunda Yanti September 29, 2014 10:28 am

Mantap Azzam, salut juga buat Bunda Nouf dan Papanya Azzam.
Aq juga Pecinta Alam dan sering Naik Gunung wkt Kuliah dulu. Terakhir Naik ke Gede jalur Putri th.2009. Th.2010 aq nikah dan rencana setelah nikah mau Naik, tapi ternyata aq hamil dan berubah rencana. Punya keinginan memperkenalkan anak q dgn kegiatan Naik Gunung ini, tapi sampai sekarang blm kesampaian juga. Setelah liat Postingan Bunda Nouf yg ngajak Azzam Naik Gunung, aq langsung pengen ajak anak q...
Btw, Baby Carriernya apa y.. Kalo sewa atau beli dmn trus harganya brp..?
Maksimal berat anak bisa sampe brp kg..?

bunda falisha
bunda falisha October 24, 2013 10:49 am

Wuih kereen.. Azzam dan mama papanya hebat! Saya yg udah tuir aja dulu cuma kuat sampe kandang badak. Sekarang kalo diajak naik gunung sama suami yg sebenarnya dulu senang mendaki pasti saya jawab: "Ntar aja. Saya mau ikut kalo di puncak gunungnya udah ada helipad" wkwkwwkwk

wisnuwidiarta October 23, 2013 6:30 pm

Subhanallah! Sangat inspiring!!

 

Artikel Terbaru
Senin, 09 November 2020 (By Expert)

Mengenal Lebih Dekat Rahasia Manfaat BPJS Sebagai Asuransi Proteksi Kita

Jumat, 25 Desember 2020

6 Keuntungan Tidak Punya Pohon Natal di Rumah

Kamis, 24 Desember 2020

Rahasia kecantikan Alami dari THE FACE SHOP YEHWADAM REVITALIZING

Rabu, 23 Desember 2020

Lentera Lyshus

Selasa, 22 Desember 2020

Different Story in Every Parenting Style

Senin, 21 Desember 2020

Menurut Kamu, Bagaimana?

Jumat, 18 Desember 2020

Santa's Belt Macarons

Selasa, 15 Desember 2020

Christmas Tree Brownies