Proses Panjang Menyapih Jonathan

Oleh Nona Adenan pada Rabu, 03 Februari 2016
Seputar Our Stories

Proses menyapih merupakan proses yang tidak mudah dan kadang menyakitkan, entah itu buat mama atau buat anaknya. Prosesnya bisa berbeda-beda untuk setiap individu, ada yang gampang ada yang susah. Pengalaman saya sendiri mungkin termasuk yang agak susah untuk menyapih.

[caption id="attachment_114539" align="aligncenter" width="400" caption="(gambar: www.freedigitalphotos.net)"][/caption]

Berbagai cara saya lakukan untuk menyapih anak saya Jonathan, tetapi saat itu tidak ada yang berhasil. Salah satu yang dicoba adalah dengan hipnosis. Ini proses menyapih yang saya lakukan pertama kali, di mana selama beberapa minggu menjelang ulang tahun Jonathan yang kedua, saya memasukkan 'sugesti' saat dia mau tidur malam: "Jonjon sebentar lagi dua tahun udah jadi anak kecil, berhenti nenen ya. Anak kecil kan ga nenen lagi, yang nenen itu hanya anak bayi". Bukannya saya memaksa agar ia berhenti menyusu, hanya saja karena ASI saya yang tinggal sedikit sekali. Sedih. Saat dia berulang tahun yang kedua, tetap saja ia minta untuk menyusu. Sampai beberapa hari setelahnya dibisikkan kata-kata sugesti tersebut setiap malam, masih tidak berhasil juga.

Hasil dari baca beberapa blog, saya mencoba trik berikutnya: pakai plester. Tidur malam pertama berhasil. Saya bilang ‘nenen’-nya sakit. Jonathan bingung melihat plester tetapi kemudian bisa tidur sendiri. Saat terbangun malam, ia mengamuk dan akhirnya dibujuk-bujuk sambil digendong-gendong dan bilang ‘nenen’-nya masih sakit. Malam kedua, keinginannya untuk menyusu begitu kuat sampai plesternya dibuka sendiri dan menyusu.

Upaya lainnya yang saya coba adalah menggunakan lipstik. Saya bilang nenen-nya berdarah. Jonathan melihat sambil bingung tetapi akhirnya cuek aja tetap menyusu. Malah saya yang jadi panik, takut ia keracunan lipstik.

Berikutnya, atas saran dari dokter anak, saya pun mencoba mengolesi payudara dengan bratawali. Hari pertama percobaan, Jonathan mengamuk luar biasa karena rasa pahitnya. Ketika bangun malam masih mengamuk juga saat menyusu. Namun lama-kelamaan bratawalinya habis dan saya tidak sempet mengolesi lagi. Jadilah saat terbangun di malam kedua dan ketiga, Jonathan bisa menyusu dengan tenang tanpa mengamuk. Malam kedua diolesi bratawali, mungkin ia teringat saat kemarinnya rasanya pahit, tapi ia pantang menyerah untuk terus menyusu, meski sambil marah-marah ketika akan tidur malam. Sampai akhirnya rasa pahit bratawali itu hilang.

Saya pun memutar otak. Dalam hati, rasanya tidak benar jika saya harus memaksa anak saya untuk berhenti menyusu secara mendadak. Orang dewasa saja kalau dipaksa susah, apalagi anak kecil?

Akhirnya saya memutuskan untuk menyapih Jonathan secara bertahap.

Mula-mula saya membiasakan menyusu saat hari mulai gelap. Kebetulan saya bekerja, dan saat hari kerja Jonathan sudah biasa untuk tidak menyusu pada siang hari. Jadi saya memperbolehkan dia menyusu saat hari sudah gelap. Alhamdulillah, langsung sukses. Hanya saja saat akhir pekan yang kadang masih susah. Tetapi lama-kelamaan dia mengerti sendiri.

Setelah dua bulan, saya mencoba untuk menyusu hanya saat mau tidur malam saja. Pertamanya berhasil, tetapi kadang-kadang jam 7 malam Jonathan bilang mau tidur padahal itu hanya alasan saja ingin menyusu. Ada-ada saja akal anak kecil ini. Lama-kelamaan, Jonathan terbiasa memulai tidur malam tanpa menyusu dan hanya saat bangun malam saja ia menyusu. Oh ya, saat itu Jonathan ini tidurnya masih seperti bayi yang malam terbangun 2-4 kali.

Sampai pada akhirnya saya mengetahui bahwa saya hamil anak kedua. Saat itu setiap kali menyusui, puting dan perut saya terasa amat sakit. Saya bilang pada Jonathan kalo ‘nenen’ sakit jadi ia tidak bisa menyusu dulu, tetapi anaknya malah mengamuk. Akhirnya dengan ‘terpaksa’ saya pun menyapihnya. Saat mau bangun malam, mengamuknya bisa sampai sejam sebelum kemudian bisa tidur lagi. Saya dan suami bergantian membujuk Jonathan supaya mau tidur kembali tanpa menyusu. Sekitar seminggu setelahnya, setiap terbangun malam ia bisa tidur sendiri asalkan saya berada di sampingnya.

Akhirnya di usia 2 tahun 10 bulan, Jonathan berhasil disapih dan berhenti juga proses menyusunya.

Panjang juga ternyata proses menyapih Jonathan. Namun dari proses yang panjang ini, saya belajar dan jadi mengerti kalau menyapih itu bisa berhasil saat semuanya siap: anaknya siap, ibunya siap, dan lingkungan pun mendukung. Bukankah begitu, urban mama?

11 Komentar
Putu Sutrisna16
Putu Sutrisna16 October 22, 2016 9:31 pm

Saya juga nih susah sekali berbagai cara untuk menyapih.terlebih anak saya pertama belum bisa ngomong lancar jadi saya tidak mengerti apa yang dia mau.dari hamil sampai melahirkan anak kedua yang kini usianya 4 bulan saya masih tandem nurshing.saya kasian dengan putri kedua kami nampak terlihat kurus dibanding kakaknya dulu.mungkin penyebabnya karena berbagi asi padahal ASIP di kulkas lumayan lah ada 30kantong 1kantong isi 200ml tapi ya tetap saja kedua anak saya dari lahir tidak permah bisa pakai dot.itu sebabnya si kakak susah sekali di sapih.mohon sekali urban mama bantu saja mengatasi proses penyapihan putra pertama saya yang kini usia 25bulan.

trianoviyani
trianoviyani March 8, 2016 5:12 pm

wah menginspirasi bgt artikelnya terima kasih mama jonathan

Wulan Rahmadhany
Wulan Rahmadhany February 10, 2016 9:47 am

Jonathan hebaat, aku juga belum kepikiran nih gimana caranya weaning with love nanti ke Damar, tipenya mirip kaya Jonathan kalo mo bobo harus sambil nemplok dan kalo malem masih bangun 2-3 kali untuk mimik.

qurrotu a'yun February 9, 2016 8:42 pm

Wah artikel menarik, saya juga lagi persiapan menyapih, tapi bingung juga baby adel belum bisa mimik pake dot atau sedotan gelas..
Mungkin gak harus 2tahun pas ya...tapi membiarkan dia menyapih dirinya sendiri..semoga bisa berhasil seperti kakak jonathan...

Eka Gobel
Eka Gobel February 6, 2016 1:30 am

Aww...jonathan pinter banget ya! Semoga setelah berhasil disapih tumbuh lebih sehat dan lebih pintar yaa...
Makasih mama jon, sharingnya. Pasti berguna deh untuk mama2 lain yg sedang berusaha menyapih juga.