Saat akan melahirkan bayi kedua saya yang kebetulan kembar, saya memutuskan untuk mencari ART. Selama ini saya tidak menggunakan jasa ART karena masih bisa membagi waktu antara kegiatan mengajar di kampus dan pekerjaan rumah tangga. Karena putri sulung saya baru berusia tiga tahun dan akan memiliki adik kembar, jadi saya merasa perlu bantuan ART.
Seminggu menjelang melahirkan, saya berhasil mendapatkan ART, tapi sayangnya ia hanya bertahan selama dua malam di rumah saya. Alasannya karena di Padang udaranya panas. Tiga hari setelah melahirkan, saya mendapatkan ART pengganti dan merasa senang dengan kehadirannya. Tapi tiga bulan setelah bekerja di tempat saya, ia minta izin pulang selama dua hari karena ayahnya sakit. Ternyata ART ini tidak kembali lagi, hal ini membuat kami sedih dan gamang, apalagi saat itu saya baru saja kembali masuk kerja setelah cuti melahirkan.
Yang paling berat setelah ditinggal ART adalah mengembalikan ritme kehidupan seperti sebelum ada ART. Selama ini saya terbantu sekali karena bisa fokus mengurus anak-anak dan sekarang tiba-tiba saya harus kembali mengerjakan semuanya. Biasanya saya bisa bangun pukul 05.30 pagi, sekarang saya harus bangun lebih pagi agar sempat mengurus semua keperluan anak-anak, suami dan saya sendiri sebelum anak-anak bangun. Sore hari sepulang kerja pasti saya tidak bisa tidur sejenak untuk melepas lelah karena pekerjaan telah menanti, seperti mencuci pakaian, mencuci piring, beberes rumah, dan sebagainya. Di akhir pekan juga begitu. Saya dan suami harus menata ulang kehidupan kami, membuat skala prioritas, pekerjaan mana yang wajib dikerjakan, dan mana yang bisa ditunda.
Ternyata Kami Bisa
Ketika ditawari ART baru, saya langsung menolaknya karena saya dan suami sudah sepakat akan mengerjakan pekerjaan rumah tangga tanpa bantuan ART. Kami benar-benar berbagi tugas bersama, kadang saya mencuci piring, sementara suami merapikan dan membersihkan rumah. Adanya teknologi juga sangat membantu pekerjaan kita. Praktis tinggal mencuci pakaian si kembar, menjemur, menyetrika, memasak, dan mencuci piring yang harus dikerjakan sendiri.
Sejak si kembar berusia tiga bulan, anak-anak saya titipkan di TPA. Biasanya si kembar bangun pukul tujuh pagi. Sebelum mereka bangun, saya sudah harus memasak, menyiapkan kebutuhan anak-anak di TPA, memandikan si kakak, dan menyiapkan diri saya untuk berangkat kerja. Pukul 07.30 biasanya saya sudah berangkat ke TPA. Kakak-kakak pengasuh lalu akan memandikan si kembar, dan mereka akan saya susui sampai tidur. Setelah itu saya baru berangkat ke tempat kerja.
Sekarang si kembar saya sudah berumur hampir dua tahun, dan si kakak sudah sekolah TK. Alhamdulilah sekarang tidak terlalu ribet, karena kakek telah pensiun dan bisa menemani cucunya main di pagi hari saat saya menyiapkan segala sesuatu keperluan nantinya.
Beberapa tips untuk mengatur pekerjaan rumah tanpa ART
1. Mencuci piring dengan cepat
Saya biasanya mencuci piring bekas makan dua kali sehari yakni sore hari dan pagi hari. Berikut ini saya sampaikan tips dan trik saya dalam mengerjakan cuci piring supaya cepat dan terasa cepat.
- Bersihkan semua bekas makanan yang ada di piring dan taruh sampahnya di tong sampah.
- Kelompokkan dan tumpuk semua barang pecah belah berdasarkan fungsi dan bahannya, seperti gelas, piring untuk lauk, piring makan serta yang barang-barang berbahan plastik.
- Urutkan mencuci dari kelompok yang paling sedikit kotornya dan paling sedikit mengandung minyak yakni gelas, bahan plastik berturut-turut kemudian piring lauk, piring makan serta sendok garpu.
- Sabuni satu kelompok kemudian langsung bilas dan taruh di tempat untuk menaruh cucian yang sudah bersih. Kemudian baru sabuni lagi dan cuci kelompok lain serta taruh lagi di tempat yang sudah bersih. Ulangi lagi prosesnya untuk kelompok berikutnya. Dengan cara seperti ini pekerjaan mencuci piring akan terasa lebih cepat.
2. Mencuci, melipat, dan menyetrika pakaian
Melipat dan menyeterika pakaian merupakan pekerjaan yang membutuhkan ruangan cukup besar. Cukup besar memang karena ada lima anggota keluarga dan pasti kami sering mencuci. Saya akhirnya mengalihfungsikan kamar ART sebagai tempat pakaian bersih yang sudah kering.
Agar mencuci efektif dan efisien, berikut saya sampaikan cara saya mengelola pakaian kotor:
- Setiap pakaian kotor mempunyai tempatnnya masing-masing. Pakaian kerja saya dan suami yang mempunyai tempat sendiri, demikian pula untuk pakaian harian saya dan suami. Pakaian anak-anak juga demikian. Pakaian kotor yang berwarna dan putih seperti singlet dan celana dalam dibedakan tempatnya, karena untuk pakaian putih nantinya akan diberi pemutih.
- Setiap jenis pakaian waktu penyuciannya dibedakan, misalnya hari ini mencuci pakaian kerja saya dan suami, besok mencuci pakaian harian saya dan suami, besoknya lagi pakaian anak-anak yang berwarna, hari besoknya lagi pakaian anak-anak yang berwarna putih, dan begitu seterusnya.
- Untuk pakaian bayi yang kotor karena pipis dan pup, biasanya saya cuci setiap hari dengan tangan.
- Untuk jenis lainnya yang kotor seperti handuk dan seprai, biasanya saya cuci seminggu atau dua minggu sekali tergantung kebutuhan.
Untuk pakaian yang sudah bersih berikut tipsnya:
- Adanya pemisahan jenis pakaian yang dicuci nantinya akan membantu saya dalam melipat dan menyetrika pakaian. Bagaimana bisa? Karena memang kami di keluarga menerapkan praktik menyetrika pakaian di subuh hari pada hari kerja.
- Pakaian yang sudah kering yang dicuci berdasarkan jenis pengelompokan di atas, akan ditaruh di keranjang pakaian yang berbeda. Ini akan memudahkan saya dalam melipat pakaian dan mencari pakaian yang akan diseterika.
- Untuk menghemat tenaga dan waktu dalam menyeterika, seprai yang sudah bersih akan saya jadikan alas untuk menyeterika, sehingga secara tidak langsung seprai tadi akan menjadi licin karena dijadikan alas setrika pakaian, dengan begitu saya tidak perlu lagi menyetrika seprai.
3. Membersihkan rumah
- Untuk membersihkan dan menyapu rumah saya dan suami biasanya membersihkan di sore hari sebelum menjemput anak-anak di TPA. Agar menghemat waktu, kegiatan bermain anak-anak saya fokuskan hanya di ruang keluarga, sehingga ruangan yang lain dapat dengan cepat disapu dan dirapikan.
- Menyapu setiap hari sifatnya hanya bersih-bersih untuk hari itu. Di akhir minggu saya baru menyapu yang sifatnya lebih teliti dan lebih detail seperti menjangkau debu-debu di plafon dan di bawah tempat tidur.
- Membersihkan debu meja, kursi, dan perabotan lainnya juga dilakukan setiap minggu.
****
Saya yakin bahwa apa yang saya jalani belum tentu sesuai dengan kondisi keluarga urban mama. Saya hanya sekadar berbagi tips dengan urban mama, dan memberikan gambaran bahwa kita bisa menjalani rutinitas rumah tangga tanpa bantuan ART. Setiap pilihan ada konsekuensinya masing-masing, tapi sepanjang pilihan itu membuat nyaman, berarti memang itu yang terbaik.
thanks mom tipsnya sangat bermanfaat...bener2 harus kompak sama suami memang.... pegel bgt ngadepin ART yg merasa dibutuhin...ijin share ke fb ya mom....
Terima kasih mbak tipsnya, sangat bermanfaat biat aku yang tinggal sendiri jauh dari suami dan keluarga dannn punya baby 3 bulan. Semangat para ibu...
terimakasih sharingnya mom, iyah mom, saya juga mengalami mengurus anak kembar tanpa bantuan ART merantau di negeri orang, memang ekstra sabar dan tenaga, rasanya seperti rollercoaster,,,
waduuh mba ok abis..sekarang anak saya mau empat tanpa art (usia kandunganku 4bulan),ya walaupun rasanya nano-nano dalam keluarga terkadang menghadapi anak sakit,nangis,ribut,ngacak jg, terobati saat melihat anak tertawa riang bersama,ketika mereka kenyang makan dan tidur dan selalu ingat dg apa kata mama "semua pekerjaan harus diniatkan dg ikhlas,sabar,tawakal serta semua yg dikerjakan adalah suatu ibadah"dan suamipun tak banyak menuntut selalu kerja sama ketika ada waktu luang
Salut banget mba..time management sama tenaganya oke banget ya.