Yuk, Olahraga!

Oleh Rian Rosita Luthfi pada Jumat, 24 Juni 2016
Seputar Our Stories

"Perut kamu luber-luber deh!"

Itu komentar suami saya kira-kira tiga bulan yang lalu. Mungkin menjadi hal biasa jika seorang suami berkomentar kalau istrinya gendut atau chubby. Bisa jadi itu hanya komentar tidak serius atau ledekan belaka. Namun tidak untuk suami saya. Suami saya tipe orang yang tidak banyak komentar, tidak banyak complain. Tetapi sekalinya dia bilang seperti itu, alert alarm saya langsung bunyi: Saya harus mengubah gaya hidup!

Semenjak itu, saya bertekad untuk kembali lari. Lari sendiri bukan hal yang baru bagi saya karena semenjak SMA bersekolah di  boarding school berbasis semi militer, maka lari sudah menjadi karib. Kuliah pun begitu, saya ikut kegiatan pecinta alam yang mengharuskan untuk rajin melakukan latihan fisik, salah satunya adalah lari. Ketika itu meski tidak bisa dikatakan kurus, saya masih dapat santai jika makan banyak, atau sekedar makan makanan yang banyak kalorinya. Saya cukup percaya diri bahwa saya tidak akan obesitas.

Dan kemudian saya masuk kerja, dunia saya hanya diisi dengan duduk di kantor-jalan sebentar ke kantin-duduk lagi depan komputer-pulang ke rumah-tidur-makan-tidur lagi-repeat. Aktivitas fisik mulai berkurang drastis. Dan akhirnya saat ini punya anak. Saat itulah saya merasakan ada perubahan dalam tubuh saya. Badan mulai sakit-sakitan, mudah lelah, dan tensi saya sering rendah. Beberapa kali saya juga sempat mau pingsan akibat tekanan darah yang anjlok. Namun, tetap saja saya keras kepala dan denial bahwa itu semua pasti disebabkan karena saya pernah hamil sehingga terjadi perubahan metabolisme.

Sampai pada akhirnya, sindiran dan protes dari suami cukup membuat saya tertampar. Iya, harus suami langsung yang complain, baru sadar. Mulailah saya bertekad untuk kembali melakukan olahraga secara rutin. Pilihan jatuh pada lari karena selain murah, dapat dilakukan kapan saja, dan kebetulan kantor saya sangat dekat dengan track lari, sehingga saya bisa lari di pagi hari sebelum memulai aktivitas kantor.

Saya mulai mempersiapkan perlengkapan untuk lari supaya saat olahraga menjadi lebih nyaman dan menyenangkan. Dimulai dengan hunting sepatu lari, lalu baju olah raga, menyiapkan playlist yang membuat semangat saat lari, dan download aplikasi sport tracker supaya dapat dengan mudah membuat target progress lari saya.

Saat akhirnya mulai lari, ada beberapa tips jika urban mama juga sedang mulai program lari seperti saya, yaitu:

1. Siapkan tekad yang kuat. Untuk memulai kembali lari sangat banyak godaan. Cukup sulit untuk mengubah kebiasaan dari yang biasanya sampai kantor adalah duduk-menyalakan komputer-sarapan-browsing menjadi pakai sepatu lari-menuju track lari-lari pagi-mandi lagi-dandan lagi-baru sarapan. Rantainya menjadi lebih panjang dan butuh usaha supaya menjadi kebiasaan yang ternyata cukup menyenangkan. Jika semangat mulai kendor, ingat kembali dan fokus pada tujuan, yaitu ingin sehat dan tentu saja, membahagiakan suami. Jika sudah memulai dan dibiasakan, selanjutnya tidak sesulit yang dibayangkan.

2. Buatlah target yang jelas. Tidak perlu muluk-muluk, paling tidak ada peningkatan meski hanya sedikit. Peningkatan disini dalam hal waktu maupun jumlah milage yang dicapai. Biasakan konsisten untuk tetap lari meskipun masih pace keong. Tidak ada salahnya juga jika jalan kaki, toh berjalan kaki juga membakar kalori. Tapi yakinkan, kalo mama sanggup LEBIH dari hanya sekadar jalan. Kalau saya memiliki target menambah lap (putaran) setiap 2 minggu sekali. Dua minggu pertama saya berhasil lari 5 laps, lalu 2 minggu berikutnya saya tambah 1 lap, kemudian 2 minggu berikutnya nambah 1 lap lagi, maka tanpa terasa, lama-lama mama bisa jadi bunny energizer. Ada baiknya untuk mengetahui apakah target sudah tercapai, mama dapat menginstal aplikasi untuk lari.

3. Ajak teman untuk ikut lari juga. Di samping kita jadi punya teman saat lari, mama juga memiliki rekan yang selalu mengingatkan untuk tetap disiplin dan fokus. Bisa juga mengajak buah hati atau justru suami untuk turut serta aktif berolahraga. Menanamkan olahraga sejak dini, dapat membentuk kebiasaan hidup sehat yang ke depannya akan baik bagi anak.

4. Ikutlah challenge lari. It's about conquering ourselves, mama. Saya sendiri sedang melakukan challenge lari bersama alumni SMA yang biasa kami sebut Setorun. Hal tersebut dapat membuat kami semakin semangat untuk rutin lari. Sekarang ini juga makin marak run challenge yang diadakan, tidak ada salahnya mama untuk mencoba.

Selain kembali berlari, saya juga memiliki PR yang tak kalah penting, yaitu menerapkan hidup seimbang. Saya mulai me-recall kebiasaan sehat yang pernah saya tinggalkan, seperti donor darah dan menjaga pola makan yang seimbang. Saya bertekad untuk kembali rutin donor darah. Kebetulan kantor bekerjasama dengan PMI untuk melakukan program 3 bulan donor darah rutin. Selain itu pola makan yang selama ini asal-asalan, berusaha saya perbaiki. Setiap mengkonsumsi berbagai jenis makanan dan minuman, tentunya asupan kalori harian akan sangat berpengaruh pada tubuh kita. Terkadang kita terlalu picky dan menyalahkan makanan tertentu yang dapat berakibat buruk pada tubuh. Namun jangan terlalu terburu-buru menyalahkan makanan atau minuman tertentu menjadi penyebab tunggal terjadinya penyakit, karena sebenarnya tidak ada minuman atau makanan tertentu yang buruk. Yang salah adalah pola makan dan gaya hidup yang buruk. Bukankah semua agama juga mengajarkan bahwa yang berlebihan itu tidak baik. Jadi pada dasarnya, semua jenis makanan dan minuman boleh dinikmati, selama dengan kombinasi yang seimbang, dalam jumlah yang wajar, dan didukung dengan beraktivitas fisik yang cukup.


Tak ada salahnya juga urban Mama berbagi inspirasi pola hidup aktif mama agar makin semangat, dan siapa tahu juga dapat menyemangati sesama. Salah satu yang dapat menjadi sumber inspirasi Mama Papa dalam menjalankan pola hidup aktif adalah Indonesia SeGar. Indonesia SeGar adalah program dari Coca-Cola Indonesia  yang bertujuan mempromosikan pentingnya gaya hidup aktif, dengan mengajak untuk melakukan aktivitas fisik secara moderat minimal 30 menit per hari.

Tigapuluh menit saja lho Mama, setiap hari diusahakan berolahraga moderately active, ternyata sudah membantu tubuh bergerak aktif dan efeknya bagus untuk kesehatan. Nah, tunggu apalagi mama? Yuk mulai berolahraga dan menerapkan gaya hidup aktif yang seimbang!

6 Komentar
Wulan Rahmadhany
Wulan Rahmadhany June 29, 2016 1:51 pm

eciyee yang menuju langsing 2016, jangan kasih kendor ya ceu kikikik, semangat!

Rian Rosita Luthfi June 27, 2016 8:05 am

-ayu iya banget!! malunya ituu ga lupaa huhuhuhu
-teh ninit: mentoorrr.. wqwqwqwq.. bener teteh. MAHAL!! Apalagi kalo timbangan makin ke kiri yah, MAKIN HAPPY! Hihihihihi
-ka cin: kamuh juga keren loh kak! Ayo dong rajin upload yoga pose lagiiii!! Biar kita makin semangat juga!
-tari: merem aja, mereemmm hihihi.. Ga sakit kok, kayak digigit semut doang *kayak anak kecil ya hahah*

nurul lestari
nurul lestari June 27, 2016 7:25 am

Setujuuu...salut mom rian rutin donor...syvkapann ya...takut jarum suntikk..huhuu

Cindy Vania
Cindy Vania June 24, 2016 11:36 am

Tipsnya keren banget mama Rian!
yuk ah mari semangat olahraga dan hidup sehat! :)

ninit yunita
ninit yunita June 24, 2016 10:43 am

go rian!
keren yaaan... seneng deh liatnya. rian tambah rajin olahraga. bikin sehat dan happy yaaah... bener banget yan, kita butuh untuk bergerak aktif. ada aktivitas fisik. kesehatan itu mahal banget harganya.