Memasuki trimester ketiga, saya mempersiapkan perlengkapan menyusui. Dimulai dengan membongkar breastpump yang dulu saya pakai saat menyusui anak pertama. Akhirnya mendekati HPL, saya sibuk mencari breastpump yang cocok dan harganya ramah di kantong. Jatuhlah pilihan saya pada manual breastpump.
Tak ada hasil yang mengkhianati perjuangan. Mungkin itulah istilah yang tepat untuk menggambarkan perjalanan program induksi laktasi yang saya jalani. Semuanya berawal dari kabar gembira bahwa akan memiliki anak kurang dari 5 minggu lagi. Namun tunggu dulu, saya 'kan tidak hamil.
Memerah ASI adalah mengeluarkan ASI dari payudara baik dengan tangan (yang biasa dikenal dengan teknik marmet) dan menggunakan alat pompa ASI baik yang manual ataupun elektrik. Berikut adalah tipsnya agar proses memerah ASI menyenangkan dan hasil perahnya banyak.
Pemilihan fasilitas pelayanan kesehatan (atau rumah sakit) yang tepat juga akan mendukung keberhasilan menyusui. Kenapa demikian? Karena hari awal pasca melahirkan merupakan masa krusial yang sangat menentukan perjalanan menyusui.
Merasa percaya diri dengan keberhasilan menyusui saya di anak pertama, membuat saya tenang saja saat kelahiran anak kedua. Namun ternyata ada tantangan lain, pada hari kedua dokter anak memberi tahu ada bising jantung dan hasil echo menunjukkan anak saya mengalami kelainan jantung bawaan.
Things happened for a reason, itu adalah salah satu kutipan yang paling saya sukai dari dulu hingga sekarang. Kalimat itu juga hampir mirip maknanya dengan kutipan dalam Al-Qur’an yang menyebutkan bahwa “Allah tidak akan menciptakan sesuatu yang sia-sia”. Kalimat-kalimat tersebutlah yang membantu saya melewati vonis kanker payudara pada tahun 2013 lalu.
Menurut saya, setiap busui pasti pernah menghadapi drama menyusui. Mulai dari puting lecet yang sakitnya luar biasa, keluarga terdekat yang ngomporin untuk memberikan susu formula tanpa indikasi medis, anak mogok menyusu, ibu kelelahan…. You name it!
Di tulisan sebelumnya, saya berbagi tentang waktu untuk memulai pemberian MPASI di Belanda, pengenalan jenis makanan, serta beberapa kebiasaan makan anak-anak di Belanda. Tentunya berbeda dengan kebiasaan makan anak-anak di Indonesia, tetapi ada beberapa contoh yang menarik untuk Urban Mama amati, seperti bagaimana kalau anak susah makan?
Tidak terasa Januari hampir berakhir, saya mulai bersiap-siap karena pertengahan Maret akan kembali bekerja. Meskipun jarak kehamilan pertama dan kedua cukup jauh , perlengkapan yang dibutuhkan untuk memerah dan menyimpan ASI masih bisa digunakan dengan baik. Namun, ada satu masalah yang membuat saya bingung, yaitu masalah pemilihan dot bayi untuk pemberian ASIP.