Usia 20-an merupakan the peak moment. Badan sedang bugar-bugarnya, energi melimpah, namun sayangnya sebagian besar belum ada yang mulai memikirkan masalah kesehatan yang akan terjadi kala usia mereka makin bertambah.
Sering kali saya menyesal ketika tubuh mulai jatuh sakit. Soalnya ketika saya sakit, rutinitas mengurus keluarga khususnya anak-anak menjadi terganggu. Hal-hal yang sering kali disesali mulai dari kurangnya waktu tidur, frekuensi olahraga yang jarang, pola makan tidak teratur, stres, dan sebagainya. Padahal, kita dapat melakukan pencegahan dengan memperbaiki kondisi-kondisi tadi. Gaya hidup sehat adalah pencegahan terbaik.
Bagi anak, menjenguk orang sakit adalah salah satu menanamkan rasa belas kasih kepada si sakit dan agar anak bisa mengambil hikmah bahwa kondisi badan sehat patut disyukuri karena sehat itu mahal harganya. Namun sebelum menjenguk, ada baiknya urban mama dan papa memperhatikan beberapa hal.
Selama ini saya terbiasa dengan pola puasa Ramadhan di tanah air: 13 jam, durasi malam-siang yang jelas serta dipenuhi makanan khas bulan puasa yang melimpah ruah. Begitu pindah menetap di Norwegia, pengalaman tiga kali puasa yang dijalani sangat unik dan benar-benar berbeda.
Walau kalimat “merokok dapat merusak kesehatan” tertera di setiap kemasan rokok, bukan berarti jumlah perokok berkurang. Sedihnya pula, semakin banyak remaja, bahkan anak-anak usia pra-remaja yang merokok. Dulu, curi-curi merokok dilakukan oleh remaja. Sekarang, anak usia pra-remaja pun sudah ada yang mencoba rokok. Mengapa demikian?
Sebagai ibu yang suka traveling, saya memang lebih suka destinasi wisata alam. Banyak hal yang bisa ditemui dan dipelajari bersama. Hanya saja, kadang saya juga punya kekhawatiran sendiri saat bertualang bersama anak di alam.
Things happened for a reason, itu adalah salah satu kutipan yang paling saya sukai dari dulu hingga sekarang. Kalimat itu juga hampir mirip maknanya dengan kutipan dalam Al-Qur’an yang menyebutkan bahwa “Allah tidak akan menciptakan sesuatu yang sia-sia”. Kalimat-kalimat tersebutlah yang membantu saya melewati vonis kanker payudara pada tahun 2013 lalu.
Saya sendiri mengidap FAM pertama kali di usia 17 tahun. Pada tahun 2002, saya kembali didiagnosa FAM. Jika pada FAM pertama benjolan terdapat di payudara kanan. Maka kali ini benjolan tumbuh di kiri dan kanan. Saya lagi-lagi menempuh jalur operasi untuk mengeluarkan benjolan. Di tahun 2009, saya kembali merasakan ada benjolan.
Mika sangat menyukai kegiatan dan hal-hal yang bertema fisik dibandingkan akademik sehingga pilihan kursus akademik tentu saja bukan pilihan yang menarik bagi Mika. Pilihan kursus fisik yang sekarang diikuti oleh Mika tentu saja bukan pilihan kami orangtuanya saja, tetapi lebih kepada apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh Mika.