Oh baby, baby, it’s a wild world
It’s hard to get by just upon a smile
(Mr. Big)
Sebagai ibu, tentunya saya ingin selalu melindungi anak. Kalau perlu dikurung di dalam rumah, dijaga dengan ketat, dan dijauhi dari mara bahaya dan ancaman apa pun.
Namun tentunya tidak mungkin kita mengawasi anak 24 jam nonstop dan melindunginya terus-menerus. Sebagai orangtua, memang tugas saya dan suami untuk mempersiapkan Al agar siap terjun dan menghadapi this big wild world.
Termasuk salah satunya, mengajari dia untuk bersikap waspada dan hati-hati.
Ini menjadi dilema berat bagi saya. Seperti yang saya bilang di atas, saya sih inginnya terus menjaga kepolosan Al. Let her stay a child, she’s my baby anyway. Namun di sisi lain ia makin besar dan makin terekspos dengan dunia luar. Karena itulah saya harus mampu menunjukkan bahwa dunia itu tidak selalu indah. Ada orang jahat di luar sana. How to avoid them. How and when to fight them. How to defend yourself.
Namun tentunya, saya juga tidak mau membuat Al jadi paranoid. Waspada, tapi bukan berarti jadi takut saat mau melakukan sesuatu. Hati-hati, tapi tetap berani bereksplorasi dan berpetualang. To live life to the fullest and to have fun, but still... stay safe.
Berat sekali. Tadinya saya pikir kalau anak sudah makin besar, parenting will become easier. Ternyata tidak demikian.
Suatu hari, Al dapat undangan pajamas party untuk merayakan ultah kawan sekelasnya, sebut saja si M, bersama beberapa teman perempuan lainnya. Acara menginapnya sih tidak masalah buat saya, karena Al memang sudah sering pergi menginap tanpa Mama Papa. Nah, yang jadi kendala buat saya kali ini adalah: orangtua si M itu sudah cerai. M diasuh bergantian oleh mama papanya (joint custody), tapi kali ini pestanya diadakan di rumah papanya. Dan… saya langsung berpikiran macam-macam. Pikiran ‘what if’ langsung merajai kepala saya.
Saya kenal dengan mama dan papa si M. Suami juga kenal. Omanya Al juga kenal. Nenek buyutnya Al juga kenal. Pokoknya, kami sekeluarga cukup kenal dengan keluarga si M. They seem like nice normal people. They also have a very good reputation. But again, you never know.
Kalau baca di koran atau nonton di televisi, semua orang bisa jadi jahat. Bahkan orang-orang yang kita percaya, mereka yang seharusnya melindungi, atau kadang anggota keluarga sendiri.
What if?
Saya langsung cerita ke suami tentang perasaan tidak enak saya. Saya juga berdiskusi dengan teman-teman, dan akhirnya sampai pada keputusan saya akan bicara pada Al.
Saya pun mengajak Al mengobrol berdua. Heart to heart. Mother to daughter’s talk. Saya bilang, Al boleh ikut pesta di rumah M tapi harus tetap hati-hati. Si Neng melotot dan menjawab, “Mama... itu kan di rumah M. Kenapa juga mesti hati-hati?” Lalu saya jawab, biar di rumah juga harus tetap hati-hati. Seperti saat naik turun tangga, jangan main api, dan sebagainya. Kecelakaan pun bisa terjadi di rumah, tempat yang kita anggap ‘aman’.
Kemudian, saya masuk ke percakapan ‘inti’. Saya bilang, Neng kan sudah besar. Sudah mulai sering bergaul sama teman-teman. Hari ini pajamas party di rumah M, waktu itu kemping 10 hari, lama-lama mungkin shopping atau traveling beramai-ramai. Nah, saat melakukan itu semua, apalagi tanpa Mama-Papa, Neng harus ekstra waspada. Stay with your friends, pokoknya sebisa mungkin jangan sampai sendirian. Orang yang mau nakal biasanya tidak berani kalau menghadapi banyak orang atau di keramaian. Kira-kira begitulah nasihat saya. Saya pun meminta Neng untuk berjanji, senantiasa berhati-hati dan selalu bersama dengan teman-temannya.
Lalu bagaimana reaksi si Neng Al? Ia malah memutar bola mata sambil menjawab, "Mama... aku tahu itu!"
Setelah itu saya menjadi sedikit lega. Sebelumnya saya juga sudah sering bilang sama Al, kalau ada yang nakal dan bikin dia tidak nyaman, tendang saja 'itu' nya dan lari kencang sambil teriak. Saya juga selalu mengingatkan Al kalau ia boleh (dan harus) cerita sama saya dalam segala hal. Termasuk hal yang dianggap tabu atau membuatnya tidak nyaman. Karena kejadian ini pula, saya jadi makin ingin mendaftarkan Al ke kursus bela diri. I hope she will never be in the kind of situation where she will need to use her skill, but still, it’s good if she knows how to defense herself.
Ada urban mama papa yang punya tips lain tentang hal ini? Ayo kita berbagi bersama. Last but not least, mari kita berdoa semoga kita sekeluarga terutama anak-anak selalu aman damai tenteram sejahtera. Amin.
PS. Di sini dan di sini ada beberapa petunjuk buat mengajari anak tentang bahaya yang berhubungan sama kekhawatiran saya di atas. Semoga berguna ya.
salam kenal ...
punya anak perempuan emang bikin parno ya...
heart to heart...mother and daugther's talk juga penting ya, spy anak merasa kita orangtua dan juga teman mereka.
Senengnya t'nyata byk mama 'lebay' di sini. Tp menurutku ini wajar banget krn pastinya kita sayang anak n smakin byk brita2 'mengerikan' yg sebagian besar korbannya adalah anak2. Aku jg pengennya nanti kalo ayana dah gedean mau blajar bela diri. Trima kasih jg buat info linknya ya mba fanny.
mommiess..
iya.. dunia makin serem *lebay*
dan kita gak bisa 24 jam nonstop jagain anak. apalagi mereka makin besar. jadi cuma bisa berdoa aja dan wanti2 ajari mereka bela diri.
semoga anak2 kita dan keluarga selalu di lindungi NYA yaaa :)
fanny....
anakku dua-duanya perempuan... dan bener, kita harus sejak dini memperingatkan mereka untuk stay safe... sebagai ibu juga kita pun harus kuat menjaga mereka... true, it's a wild world...!!!
hai mama, seneng deh ketemu blog ini, cakep. info nya juga banyak.. boleh saya link ya ?? makasih yaa