Sibling rivalry atau persaingan antarsaudara kandung pasti terjadi dalam setiap hubungan kakak-beradik. Jika tidak ditangani dengan tepat, persaingan antarsaudara ini bisa terbawa hingga mereka dewasa.
Kakak dan adik sering berebut mainan yang akhirnya berujung pada isak tangis. Mungkin ini pemandangan yang sering Urban Mama hadapi sehari-hari. Terlebih jika jarak usia antara keduanya sangat dekat, misalnya satu sampai dua tahun. Apalagi, jika si kakak berusia balita dan sang adik masih bayi, kecemburuan satu sama lain akan lebih kentara. Tubuh adik yang mungil terkadang membuat kakak ingin berbuat jahil!
Belum lagi fisik adik yang masih lemah kerap membuat Urban Mama kerap memprioritaskan kebutuhannya. Namun, bukan berarti Urban Mama lepas tangan dari si kakak. Melibatkan si sulung dalam mengurus adik justru dapat mengurangi dampaksibling rivalry, bahkan bisa juga menambah rasa percaya dirinya sebagai seorang kakak!
Bagi Urban Mama yang akan melahirkan anak kedua, tak ada salahnya terus mengingatkan peran calon kakak sejak si adik masih dalam kandungan. Dan ketika si kecil lahir, jangan sampai orangtua melupakan perhatian terhadap si kakak.
“Kadang-kadang yang dilupakan oleh orangtua itu adalah ketika punya anak, nanti kan sibuk dengan bayinya, kadang-kadang kita melupakan si kakak sehingga membuatnya merasa tersisih. Nah di situlah awal mulanya kakak, kita suka bilangnya, 'jahatin' dan jahilin adiknya,” kata pelatih Parenting, Ibu Rani Razak.
“Nanti kan banyak tuh yang berkunjung untuk melihat adik. Kita boleh bilang kepada teman-teman kita, ‘boleh nggak bawa kadonya dua, buat adik dan kakak juga?’ Supaya si kakak merasa tetap dihargai di tengah kehadiran adik.”
Dalam situasi tersebut, penting sekali untuk melibatkan suami dalam pengasuhan. Ketika Bunda sedang mengasuh adik, suami dapat mengurus kakaknya atau sebaliknya.
Bagaimana bila kakak-beradik sudah berusia sekolah dasar? Persaingan mereka dapat berkembang menjadi saling berebut maupun mengejek. Alhasil, adu mulut sampai fisik tak terelakkan!
Sebisa mungkin, orangtua menghindari campur tangan dalam pertengkaran keduanya untuk menghindari rasa cemburu di antara mereka. Terkecuali pertikaian melibatkan anak yang secara fisik jauh lebih lemah dan belum dapat membela diri.
Jika anak masih berusia balita, memang benar, orangtua dapat membantu si kakak mengatasi rasa cemburunya. Berbeda dengan anak yang sudah lebih besar, orangtua justru perlu membiarkan mereka menyelesaikan pertikaian sendiri.
“Kita harus bicara dengan anak-anak kita itu secara layaknya orang dewasa dalam menyelesaikan masalahnya. Jadi kadang-kadang saya suka bilangnya gini, ‘oke ini sudah ada, apa yang akan kalian lakukan?’ Jadi kita serahkan saja kepada anak-anak itu, apakah mereka akan bertengkar karena kalau kita bilang mereka harus akur, salaman, baikan... Itu nggak akan bisa. Jadi harus anak-anak sendiri yang menyadari bahwa mereka perlu berbaikan dengan adik-adik atau kakaknya. Kita ceritakan juga, suatu saat ayah dan bunda akan meninggal, merekalah yang akan memiliki satu sama lain,” jelas Ibu Rani Razak.
Dan ketika pertikaian sudah melibatkan fisik, orangtua cukup melerai. Hindari hal-hal yang dapat memperparah persaingan antarsaudara:
- Membanding-bandingkan di depan anak.
- Menghakimi anak yang bersalah.
- Membela salah satu pihak ketika anak bertengkar.
Sementara rasa cinta antarsaudara kandung dapat dipupuk, diantaranya dengan:
- Mempersiapkan si sulung sebelum adiknya lahir.
- Libatkan kakak dalam mengasuh adik.
- Peduli dengan minat masing-masing anak.
- Ajak kakak dan adik bermain bersama.
- Berikan porsi waktu yang sama adil untuk mereka.
Lebih lanjut Ibu Rani menjelaskan, “Sibling rivalry tergantung bagaimana orangtua menangani. Jadi banyak sekali orang yang sampai sudah ubanan itu tetap bertengkar, misalnya adik atau kakaknya tetap bersaing. Hal yang harus kita sadarkan kepada anak-anak kita adalah rasa saling cinta. Ketika cinta itu ada, sibling rivalry itu bisa kita kurangi.”
*Artikel merupakan rangkuman dari liputan saya bertema sibling rivalry untuk program NET 12 dan wawancara dengan Ibu Rani Razak sebagai narasumber ahli.
kredit foto: @ninityunita
Baguuusss dan sukaaa artikelnya
Artikel ini membuka mata banget deh. Soalnya 3 anak dirumah sering banget berantem walau ga lama akur lagi. Cuma kadang sampe yg ga mau2 banget sama masnya.
Terimakasih buat artikelnya ya mama febi..
febiii! artikelnya bagus banget deh. makasih ya feb atas tips-nya. jadi pengingat juga buat aku.
Mba Yeye & mba Musdalifa: pastinya menantang banget untuk berlaku adil ya mba. Kebetulan aku lg hamil anak kedua, anak pertamaku masih 10 bulan. Pasti akan rentan sibling rivalry kalau sdh ada adiknya nnt, semoga aku pun bisa mengaplikasikan teori2 ini ketika dihadapkan hal serupa. Terima kasih sudah membaca post saya :)
Mba Zata: aku pribadi pernah ngalamin dibanding2in sbg anak dan itu ga enak bgt. Smg aku bs menahan diri utk ga melakukannya nnt. My pleasure, mba, terima kasih sdh membaca :)
setuju banget mba febi, banding2in anak di depan mereka is a big no no. Kasian, lagian malah banyakan negatifnya. Makasih ya tips2nya, berguna banget buat yang punya anak tiga kayak saya, hehehe