Ketika saya bersama sekelompok teman merencanakan perayaan ulang tahun anak-anak kami yang pertama, terbersit ide untuk berbagi kebahagiaan dengan anak-anak lain. Setelah berbagai usulan dibahas, akhirnya kami memutuskan untuk menggalang dana dan mengumpulkan buku bacaan anak lalu dikirimkan kepada anak-anak sekolah dasar di pedalaman Papua.
Mengapa harus begitu jauh? Apakah ada orang yang bisa kita percaya untuk menerima dan membagikan sumbangannya dengan baik? Muncul juga pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Tapi, mengapa tidak? Justru lokasi-lokasi yang jauh dan terpencil itulah yang lebih jarang mendapat perhatian dan akses terhadap buku-buku bacaan yang berkualitas.
Kebetulan salah satu dari kami memiliki kenalan teman kuliah dulu yang sekarang bekerja sebagai guru kelas empat di sebuah sekolah dasar di dataran tinggi Papua. Melalui temannya yang dipanggil Kak Putri itulah diterima kabar mengenai kondisi koleksi perpustakaan sekolah yang belum pernah diperbarui dengan buku-buku baru sejak sekolah itu pertama didirikan beberapa belas tahun silam. Murid-murid di sana banyak yang tinggal jauh di pelosok dan harus berjalan beberapa jam setiap harinya menuju sekolah. Namun dikabarkan pula bahwa minat belajar dan membaca mereka tinggi, sehingga kiriman buku bacaan anak akan sangat dinantikan oleh anak-anak dan juga guru-gurunya.
Setelah mendapat jaminan pribadi dari Kak Putri bahwa buku bantuan yang dikirimkan nanti akan disalurkan dengan baik kepada tiga cabang sekolahnya di dataran tinggi Papua, maka proses penggalangan dana dan pengumpulan buku bacaan anak pun dimulai di Jabodetabek dan Jawa Timur.
Proses penggalangan dana berlangsung kurang lebih selama tiga bulan, dan berhasil mengumpulkan sejumlah uang tunai beserta buku-buku sumbangan. Uang tunai tersebut kemudian dibelanjakan sebagian untuk buku bacaan anak, dan sisanya untuk biaya pengiriman melalui jalur laut dari Jakarta ke Jayapura, lalu jalur udara dari Jayapura ke Wamena.
Sesuai pesanan dari pihak sekolah, kami usahakan untuk mencarikan buku-buku bacaan dengan konteks masyarakat Papua. Namun setelah mengontak beberapa teman Papua dan LSM-LSM yang bergerak di Papua, ternyata tidak banyak buku yang memenuhi kriteria tersebut. Pada akhirnya buku-buku yang dibelikan menggunakan uang sumbangan mayoritas berupa buku cerita rakyat Indonesia (antara lain ada yang tentang Papua), novel remaja Indonesia, serta komik ensiklopedia.
Perjalanan buku-buku tersebut menuju SD Ob Anggen di Bokondini, Papua tidaklah tanpa hambatan. Setelah dua minggu menempuh jalur laut dan udara, akhirnya pihak kargo mengabari kami di Jakarta bahwa buku-buku tersebut telah tiba di Wamena. Karena sinyal HP yang sulit menembus pedalaman Papua, nomor telepon penerima buku sulit dihubungi. Akhirnya kami berhasil mengontak Kak Putri via whatsapp, dan pihak sekolah mengabari bahwa mereka akan menjemput barang-barang tersebut dari gudang kargo bandara di Wamena dalam beberapa hari mendatang, ketika ada jadwal untuk turun ke kota. Dikarenakan jarak antara Wamena dan Bokondini yang cukup jauh, memang tidak bisa setiap saat pihak sekolah datang ke Wamena.
[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="Paket buku cerita dan aktivitas anak, CD musik, serta DVD Tunas Integritas sumbangan dari Komisi Pemberantasan Korupsi"]
Selang beberapa hari kemudian, pihak kargo kembali mengontak kami di Jakarta menanyakan apakah buku-buku tersebut sudah diambil dari gudang kargo bandara karena dikhawatirkan kondisi lingkungan sekitar di Wamena yang tidak aman, sehingga disarankan agar barang segera dijemput. Kebetulan keesokan harinya Kak Putri dan kawan-kawan dari SD Ob Anggen dijadwalkan ke Wamena sehinggga buku-buku tersebut bisa diambil.
Betapa kagetnya ketika keesokan harinya Kak Putri menelepon ke Jakarta mengabari bahwa buku-buku kiriman kami tidak ada di gudang kargo bandara Wamena. Setelah meminta dikirimkan salinan data dan dokumen pengiriman yang lengkap dari Jakarta, pihak sekolah berencana kembali ke gudang kargo keesokan harinya. Sementara itu, kami berdoa keras dari Jakarta agar buku-buku yang telah dikumpulkan dengan sepenuh hati masih bisa ditemukan.
aaaa mba Allira, seneng banget baca artikel ini, adem banget...