Dengan kondisi tulang yang sudah tidak lengkap karena pernah melalui begitu banyak "bongkar-pasang" akibat penyakit TBC tulang seperti tampak pada foto di bawah ini:
Dokter meminta saya untuk menghindari beberapa aktivitas, antara lain:
- No more high-heels
- No more driving
- No more stairs
- No more backpack
- No more high-impact, adventure and extreme sport
- Not to carry more than 3 kg weight
Sebagai orang yang cinta olahraga dan kegiatan ekstrem, larangan ini tentu saja berat bagi saya. Dokter hanya mengizinkan saya berolahraga yang low impact, yaitu jalan dan berenang.
Awalnya saya diajak suami untuk mulai jalan pagi sekitar 3 bulan sebelum umroh Maret 2012, sebagai bentuk latihan ibadah Sa'i (salah satu rukun Haji dan umroh yang dilakukan dengan berjalan kaki bolak-balik 7 kali dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah dan sebaliknya dengan jarak 405 meter). Tapi setelah pulang umroh, jalan pagi menjadi olahraga rutin keluarga setiap akhir pekan atau hari libur lainnya.
Terhitung sejak akhir 2011 sampai 2014, saya makin ketagihan. Yang tadinya jalan santai, saya ubah menjadi power-walk yaitu jalan dengan kecepatan jogging. Saya melakukannya secara bertahap:
- Jalan santai 2-3 km sebanyak 2-3 kali seminggu selama beberapa bulan.
- Jalan cepat 3-4 km sebanyak 2-3 kali seminggu selama setahun.
- Yang awalnya hanya melakukan semampunya dalam waktu 30-45 menit, kemudian saya kasih target jarak 4-5 km.
- Lanjut dengan konsisten menempuh jarak 4-5 km, dengan kecepatan 15 menit per kilometer.
- Setelah itu saya tingkatkan kecepatan 10 menit per kilometer dengan jarak minimal 5 km.
- Saya lalu memacu diri untuk bisa mencapai kecepatan <10 menit per kilometer dengan jarak yang sama.
Tahun 2014 ini saya mencoba lari di sela-sela jalan cepat.
Awalnya mencoba lari 200 meter setelah 4 km lebih saya jalan cepat di hari Sabtu pagi, pulangnya baru terasa tulang saya seperti rontok. Akhirnya saya menghabiskan sisa hari tersebut dengan leyeh-leyeh saja di rumah seharian.
Saya bukan tipe orang yang mudah menyerah. Minggu berikutnya saya mencoba lari lagi 200 meter, sisanya ditempuh dengan jalan cepat. Alhamdulillah tidak ada masalah. Setelah beberapa kali seperti ini, saya coba lari 200 meter disambung jalan sekitar 500 meter, lanjut lari lagi 200 meter, kemudian jalan lagi. Eh ternyata saya bisa!
Saya mencatat semua kegiatan olahraga ini menggunakan aplikasi Endomondo . Karena saya login menggunakan account Facebook, setiap selesai latihan maka aplikasi ini menampilkan catatan tersebut ke timeline FB saya. Saya juga install aplikasi Nike+ dan menghubungkannya ke account Path. Yang seru adalah ketika teman-teman klik Like/Love, maka saya akan mendengar suara tepuk tangan. Saya jadi tambah semangat kalau mendengar tepukan tangan seperti ini.
Teman-teman yang sering melihat aktivitas saya di timeline, mengajak saya bergabung dalam komunitas pelari di kantor dengan mengusung tagline "Yang Penting Finish". Di sini berkumpul para atlet serius sampai yang cuma pelari versi KW macam saya. Setiap Selasa dan Kamis sore, kami berkumpul di lobi kantor kemudian jalan kaki ke Monas. Di sana kami lari bersama sesuai dengan kecepatan masing-masing dan jarak semampunya. Kami mulai bersama-sama, tapi nanti yang selesai duluan akan tunggu di titik kumpul sebelumnya. Yang lain benar-benar lari, kalau saya tetap sebagai Happy Walker.
Jadwal saya sekarang:
- Selasa dan Kamis, olahraga di Monas
- Sabtu, Minggu dan hari libur lain, olahraga di sekitar kompleks rumah
Setiap saya tugas kantor pun, saya selalu membawa peralatan olahraga. Di Semarang, teman sekamar saya memilih selimutan di kasur karena di luar hujan gerimis. Saya tetap memilih keluar pukul 5 pagi dan mencari keringat sendirian.
Waktu ke Bali, alhamdulillah dapat teman sekamar yang bergabung dalam komunitas lari. Kami janjian membawa seragam lari kantor dan jalan bareng di sepanjang pantai Nusa Dua. Kalau nanti tugas ke China di luar musim dingin atau musim gugur, saya sudah niat mau bawa peralatan olahraga juga.
Minggu lalu teman-teman membuat tantangan 5 km di Endomondo. Saya ikutan dong, meski yakin pasti menempati posisi terakhir juga. Yang menerima tantangan ini ada 18 orang. Yang sudah menjalani ada 9 orang. Dan yah tentu saja, saya berada di posisi 9 karena yang menjadi tolok ukur adalah waktu tempuh. Posisi pertama diduduki oleh atlet senior di kantor, 5 km ditempuhnya dalam waktu 16 menit saja.
Minggu ini diluncurkan tantangan baru yang berjudul Ayo Lari. Syaratnya jarak tempuh setiap latihan minimal 2 km. Yang paling sering latihan dalam periode waktu tersebut, akan menempati posisi pertama. Saya ikut lagi.
Sebenarnya tahun lalu saya sudah mau ikut race 5 km yang bertaburan di Jakarta dan sekitarnya. Waktu itu suami masih melarang, karena beliau tahu jiwa kompetitif saya sedemikian tinggi. Katanya, "Kamu gak mungkin tetap jalan kalo lihat orang di kanan kiri kamu lari."
Waktu saya nonton film Jack Ryan - Shadow Recruit, saya langsung senggol suami, "Tuh Pa, badannya sama kayak aku. Dioperasi tulang yang sama. Dan akhirnya dia bisa lari juga."
Suami bilang, "Lah dia kan akting, Ma. Kalau kamu benar-benar mengalaminya." Jawaban suami benar juga sih.
Kami sudah tanya ke dokter tulang juga, beliau bilang saya harus latihan untuk menguatkan otot punggung dulu. Dan yang pasti harus berlatih secara bertahap, supaya tulang saya juga tidak kaget menerima guncangan badan saat lari. Dan saya sudah menjalani latihan bertahap itu selama 1 tahun terakhir. Saya sudah bisa lari walaupun hanya dalam jarak 500 meter dan kombinasi dengan jalan cepat. Alhamdulillah badan saya baik-baik saja.
Akhirnya tahun ini suami mengizinkan saya ikut race yang 5 km saja, tapi dengan syarat harus didampingi beliau. Supaya saya ada satpamnya dan tidak bandel di arena nantinya. Hehehe. Ketika tahu The Urban Mama mengadakan RunforLove, saya langsung semangat untuk ikut. Tapi sayangnya tidak berhasil mendaftar walaupun registrasi sudah dibuka panitia dua kali, karena kalah cepat dengan peserta lain. Dan minggu ini saya sudah berhasil daftar untuk event lari di bulan Mei yang kebetulan diselenggarakan tidak jauh dari rumah saya.
Target saya... saat check-up tahunan 2014 ke dokter nanti, saya membawa medali pertama untuk ditunjukkan ke dokter tulang. Cukup finisher medal saja, saya akan dengan bangga memamerkannya. Saya akan dengan lantang berkata, "Don't ever tell me that it's IMPOSSIBLE, because I'm possible by trying harder."
Target saya berikutnya... harus bisa lari nonstop min 5 km. Tidak pakai jalan lagi.
Bagi urban mama yang sering bilang, "Ingin olahraga tapi sibuk, tidak ada waktu, sudah capek mengurus rumah dan keluarga, dll," yuk kita luangkan waktu minimal 30 menit cukup 2x seminggu dulu. Olahraga ini untuk diri kita, bukan semata egois meninggalkan anak/rumah/keluarga. Tapi ibu yang sehat dan bahagia dibutuhkan dalam setiap keluarga.
Whatever your sport is, let's put on your shoes and get sweat!
Subhanawllah Kerenn Bingitt, aku jadi semangattt dan tidak takut niy untuk latihan lari setelah baca artikel di atas, kebetulan tulang belakang ku pun agak bermasalah, tapi setelah baca diatas, dengan semangat yang tinggi semua bisa diraih. Bismillah mau ikutan juga ach menerapkan Hoby LARI
Mbaaa keren bgt semangat'y,setuju banget “Ibu yang sehat dan bahagia dibutuhkan dalam setiap keluarga”, TFS mb
Keren bgt mba De, jadi makin termotivasi untuk rajin lari dan olahraga...setuju banget "Ibu yang sehat dan bahagia dibutuhkan dalam setiap keluarga", makasih mba De!
ps, minggu ini tgl 16 ikut yuuuk mamarunners mau di shoot tv :) kumpul 6.30 di trotoar fx yaaa :) yuk mbak de!
mbak de, kereeen!
hebat banget deh semangatnya... rajin banget lariii. sehat2 yaa mbak de. kita harus lari bareng niiih :)