Di negara-negara Nordic seperti Swedia dan Norwegia, persiapan menjelang Natal turut dirayakan meriah, seperti menghitung mundur menuju perayaan Natal. Kalau kata seorang teman, tradisi advent di Norwegia saat ini adalah salah satu 'penyuntik' semangat dalam menjalani hari-hari gelap di musim dingin. Salah satu tradisi advent di Norwegia adalah membuat Lussekatter atau Lucia saffron buns. Lussekatter adalah roti rempah berwarna kuning keemasan yang disajikan saat perayaan Saint Lucia's Day, yang dirayakan di negara-negara Nordic setiap tanggal 13 Desember. Perayaan Saint Lucia's Day sendiri punya nilai nostalgia yang kuat bagi orang-orang Norwegia. Di sekolah-sekolah, tradisi Saint Lucia's Day dirayakan dengan anak-anak memakai gaun putih, menyalakan lilin, lalu menyantap kue lussekatter bersama-sama. Kalau di taman kanak-kanak, para guru akan mengundang orangtua murid untuk datang menyaksikan prosesi anak-anak membawa lilin kemudian menyajikan roti lussekatter (yang anak-anak buat sendiri dibantu oleh para guru) untuk orangtuanya. Namun tak hanya orangtua yang hadir, seringnya para kakek-nenek pun turut datang menyaksikan cucu-cucunya mengikuti prosesi Saint Lucia's Day tersebut.
Meski 'resminya' disajikan saat Saint Lucia's Day, namun sedari akhir November hampir semua kafe dan bakery sudah mulai menjual roti lussekatter ini, dan masih menjualnya sampai menjelang Natal. Setiap pagi setelah mengantar anak saya ke sekolah, saat lewat di depan bakery tercium wangi rempah kapulaga bercampur samar aroma saffron. Bayangkan, pagi-pagi di tengah udara musim dingin yang menggigit, tiba-tiba menguar aroma roti rempah fresh from the oven... tak mungkin lewat begitu saja tanpa mampir beli. Anak saya sendiri di sekolahnya tidak merayakan Saint Lucia's Day, namun di rumah dia minta untuk bersama-sama membuat lussekatter ini. Lumayan, tidak jadi tekor karena nyaris setiap hari takluk pada godaan aroma lussekatter buatan bakery.
Roti lussekatter ini berwarna kuning keemasan karena diwarnai dengan bumbu saffron. Zaman dulu saat belum ditemukan pewarna sintetis, saffron digunakan sebagai pewarna kuning untuk makanan. Namun karena harganya mahal, saffron hanya digunakan untuk makanan spesial pada perayaan tertentu saja, salah satunya untuk membuat roti lussekatter. Sekarang kebanyakan produsen roti sudah menggunakan pewarna dan aroma saffron sintetis. Alternatif lainnya adalah menggunakan bubuk kunyit sebagai pengganti saffron. Sama-sama alami, namun bubuk kunyit masih lebih murah dan lebih mudah ditemukan daripada saffron. Tertarik membuatnya bersama anak-anak sambil menghitung hari menuju perayaan Natal? Berikut resepnya ya, Urban mama:
Bahan-bahan (untuk 16-20 potong roti):
- 175 ml susu sapi whole milk
- 1/2 sdt saffron atau bubuk kunyit
- 1/4 sdt vanilla essence
- 13 gram ragi roti 'active dry yeast'
- 300 gram tepung terigu serbaguna
- 300 gram tepung terigu berprotein tinggi (untuk roti)
- 1/2 sdt garam halus
- 1/4 sdt bubuk kapulaga atau bubuk kayumanis
- 60 gram gula pasir
- 70 gram mentega, suhu ruang
- 2 butir telur ayam
- 1/4 cup kismis, rendam dalam air matang secukupnya
- Olesan: 1 butir telur ayam, kocok dengan 1 sdm heavy cream atau susu dan 1 sdm madu
Cara membuat:
1. Dalam panci kecil, panaskan susu, vanilla essence, dan saffron atau bubuk kunyit dengan api kecil, cukup sampai susu berwarna kuning semu (jangan sampai susunya mendidih). Matikan api, diamkan sampai suhunya suam-suam kuku.
2. Tuang bubuk ragi ke dalam larutan susu yang suhunya sudah tidak panas lagi. Aduk, diamkan 10 menit atau sampai berbuih.
3. Dalam wadah terpisah, ayak tepung terigu serbaguna (sisakan 100 gram), tepung terigu roti, garam, bubuk kapulaga atau kayumanis. Tambahkan gula pasir, aduk rata.
4. Buat lubang di tengah campuran terigu. Tuang campuran susu ke dalam terigu. Masukkan mentega dan telur. Aduk merata.
5. Setelah tercampur rata, mulai uleni adonan. Uleni adonan sambil dibubuhi sisa terigu sedikit-sedikit sampai habis. Adonan dapat diuleni dengan tangan (manual) atau menggunakan mikser. Terus uleni sampai adonan sedikit lengket saat disentuh tetapi tidak basah menempel di tangan.
6. Bulatkan adonan, letakkan dalam wadah mangkuk yang cukup besar, tutup dengan plastic clingwrap. Diamkan selama 90 menit atau sampai adonan mengembang dua kali lipat ukuran semula.
7. Setelah adonan mengembang, kempiskan dan uleni sebentar. Bagi adonan menjadi 16 atau 20 bagian sama besar, tergantung mau rotinya besar atau kecil.
8. Ambil satu bagian adonan, gulung memanjang seperti ular, lalu bentuk dengan memutar kedua ujungnya berlawanan arah menyerupai huruf S. Susun pada loyang kue. Panaskan oven dengan suhu 180'C.
9. Diamkan adonan yang sudah dibentuk selama 30 menit sampai mengembang. Setelah mengembang, olesi permukaan adonan dengan kocokan telur-susu dan beri hiasan kismis. Panggang adonan selama 10-11 menit sampai berwarna cokelat keemasan.
10. Keluarkan roti dari oven, diamkan selama 5 menit. Sajikan hangat-hangat.
Dalam resep ini, vanilla essence diberikan untuk 'menutup' aroma bubuk kunyit. Jika dirasa aroma bubuk kunyitnya agak mengganggu, Urban Mama dapat menggunakan pewarna kuning untuk kue. Bubuhkan secukupnya saja asal warna adonannya jadi kuning semu.
Lussekatter paling sedap disajikan bersama cokelat panas, atau camilan teman minum kopi. Cocok juga untuk hidangan sarapan maupun snack. Selamat mencoba!
Yumm Yumm! ai, bawain pulang mudik yaaa :)
buka PO lussekatter gitu ya? :D
waaahh yummyyy, duh jadi ngiler ai
enak ini, Diet... bikinnya juga tinggal diuyel2 aja hihi
Aku mau nyicipin dong mba Aiiii..
Ku tunggu di stasiun Delanggu ya :P
boleeeh... makan roti ini sambil minum kopi robusta menoreh ya :D