Melindungi Anak dari Kejahatan Seksual

Oleh zata ligouw pada Selasa, 01 April 2014
Seputar Tips

Saat kecil, beberapa kali saya mengalami hal yang membuat saya tidak nyaman dan setelah dewasa ternyata saya sadari itu sebagai pelecehan. Pengalaman saya mungkin tidak terlalu ‘gelap’ dibanding beberapa orang  yang saya kenal, namun hal itu sudah cukup membuat saya super waspada dengan isu sexual abuse terutama terhadap anak-anak.

Hanya karena waktu kecil badan saya bongsor, beberapa kali saya menerima pandangan tidak sedap dari orang dewasa laki-laki baik di sekitar rumah maupun di lokasi umum seperti mal dan taman rekreasi. Pernah juga saat sedang mandi, kebetulan ada orang yang sedang memperbaiki tembok dekat kamar mandi yang diam-diam mengintip saya. Saya kaget langsung berteriak histeris sehingga kedua orangtua saya keluar dan segera melabrak orang tersebut.


Pengalaman di atas, belum lagi cerita teman ditambah berita-berita di televisi membuat saya menjadi over-protective terhadap anak-anak serta keponakan. Mungkin ada yang menganggap saya parno alias paranoid,  tetapi bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati? Inilah tiga hal utama yang saya lakukan untuk melindungi  anak-anak dari pelecehan dan berlaku untuk anak laki-laki dan perempuan:


1. Ajarkan. Berikan pendidikan mengenai seks pada anak saat mereka sudah mulai bisa diajak bicara. Sebagai contoh, saya kerap mengingatkan kepada anak-anak bahwa hanya saya, ayah mereka serta si mbak yang boleh menyentuh daerah vital mereka, itu pun hanya saat mandi dan jika mereka memang masih perlu dimandikan. Jika orang lain melakukannya, meski pun itu adalah kerabat dekat, saya minta anak-anak untuk memberitahukan kepada saya. Saya juga mengatakan bahwa sentuhan apa pun yang membuat mereka merasa tidak nyaman harus dihindari dan jangan takut atau malu untuk memberitahu saya, ayahnya, mbak, atau guru jika terjadi di sekolah.


Tidak hanya soal sentuhan, saya meminta mereka untuk memberitahukan kepada saya jika ada perkataan yang membuat mereka tidak nyaman, seperti kata-kata kotor, dilontarkan kepada mereka. Saat saya di sekolah dasar, beberapa kali saat pulang sekolah ada segerombolan remaja menggoda saya dengan kata-kata kotor. Saat itu saya tidak tahu arti kata tersebut, namun dari konteks kalimatnya, saya tahu artinya pasti tidak bagus. Perasaaan saya  pun tidak enak. Saya yang saat itu tidak berani mengadu pada orangtua dan memilih lewat jalan lain setiap pulang sekolah. Akhirnya saya bisa survive tetapi saya tidak ingin anak-anak mengalami hal tersebut dan tidak mengadukannya pada saya.


2. Dengarkan. Dengarkan cerita anak-anak kita. Saya punya contoh yang sampai sekarang rasanya masih sulit dimengerti: saat di sekolah dasar, seorang teman bercerita pada ibunya bahwa dadanya-maaf-diremas oleh seorang oknum guru hingga terasa sakit. Si ibu tak terlalu menggubris dan bilang itu hanya perasaan teman saya saja. Saya tidak tahu mau berkomentar apa.  Kerusakan yang terjadi tidak hanya saat si anak masih kecil, bahkan sampai sekarang saat sudah memiliki anak, teman saya tidak bisa benar-benar memaafkan ‘kecuekan’ ibunya waktu itu.


3. Kuatkan. Saya mengikutkan anak-anak olahraga beladiri serta kegiatan fisik lainnya seperti berenang dan sepak bola. Harapan saya  dengan mental yang tegar serta fisik yang kuat insha Allah mereka bisa membela diri jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.



Ingat sekali suatu ketika saya pernah menonton salah satu episode Oprah Winfrey, di mana salah satu narasumber mengajari anaknya untuk melawan sekuat tenaga pada saat awal terjadinya penculikan atau penyergapan. Anak perempuan si narasumber yang hendak diculik seorang pemerkosa saat sedang bermain sepeda langsung teringat nasihat ayahnya sehingga saat si penculik berusaha menariknya ke dalam mobil, ia meronta, menggigit, berteriak, mencakar, tanpa kenal lelah sehingga si calon pemerkosa yang berbadan besar mengurungkan niatnya (dan akhirnya tertangkap). Menurut sang ayah, jika si anak melawan saat sudah berhasil dibawa oleh penjahat, kemungkinannya sangat kecil untuk dapat melarikan diri.


Tentunya masih banyak cara lain untuk melindungi anak-anak kita, mari berusaha bersama-sama dan selalu ingatkan anak-anak untuk waspada.

16 Komentar
novi kusumastuti
novi kusumastuti April 17, 2014 10:48 am

Mom Zataaaa...terima kasih banyak ats info nya bener bangeeet nih artikel...

seperti ibu2 lain langsung catet n berusaha nerapin sejak Rio dini...setuju bgt jg tuh ikut beladiri...

zata ligouw
zata ligouw April 16, 2014 10:44 pm

sama2 bunda_rizma :) yup, setuju banget, ilmu agama!

@Shinta Daniel: aminnnn....

Shinta Daniel
Shinta Daniel April 16, 2014 9:03 am

Abis denger berita pelecehan seksual terhadap anak TK jadi inget artikel Zata yg ini. Thanks banget Zata sharingnya.
Semoga anak2 kita selalu dijauhkan dari segala kejahatan, mara bahaya dan dalam lindungan Allah SWT. Speechless :(

bunda_rizma
bunda_rizma April 8, 2014 9:34 am

Tfs mom zata... anak sy masih kecil, tp ini tips berguna banget n perlu diterapkan dech. salah satuny yg ikut beladiri itu :) udh ada rencana. Mgkn jg hrs dibekali ilmu agama yg kuat jg ya. tfs mom :)

zata ligouw
zata ligouw April 5, 2014 9:36 am

@Nita: iya ya, saat sudah jadi ibu bar bisa benar2 mengerti kenapa dulu ibu kita juga penuh dengan segala macam pesan kalau kita mau ke mana-mana ;p

@Ella: sama-sama Laa..