Sebagai ibu, tentunya kita pernah menghadapi hal-hal seperti membandingkan kemampuan anak satu dengan anak lain. Tak jarang kita mendengar dialog, "Anak saya sudah sekolah. Sudah pintar menyanyi, bisa makan sendiri, bisa menyebutkan huruf A-Z..." dan masih banyak lagi tentunya. Hal-hal itu berujung pada terlalu banyak keinginan dan harapan yang pada akhirnya "dititipkan" kepada Hasna, putri pertama saya.
Saya pernah berkeinginan menyekolahkan Hasna sejak usia satu tahun. Keinginan itu muncul saat melihat anak lain seusia Hasna sudah bisa bicara dengan jelas dan banyak kosakata yang diucapkan, akibatnya saya merasa tertekan. Ada tuntutan-tuntutan dalam diri untuk dapat mengajari Hasna dan membuatnya paham aneka kosakata dari buku yang sudah pernah dibacakan.
Tuntuan-tuntutan dalam diri tersebut membuat saya ke sana-kemari mencari ilmu pengasuhan anak, belajar mengikuti pelatihan khusus pendidikan anak usia dini, membaca buku-buku parenting, sampai aktif sebagai relawan di komunitas nonprofit agar bisa menjadi orangtua yang mencintai anak dan keluarga dengan lebih baik. Akhirnya ada hasil yang saya terima dari proses panjang pencarian ilmu. Perlahan tapi pasti, pengetahuan tersebut mengubah saya menjadi ibu yang lebih rileks menghadapi setiap tahap perkembangan anak.
Beberapa kiat untuk untuk menjadi ibu yang lebih rileks:
1. Pahami kebutuhan anak
Setiap anak memiliki tugas perkembangan yang sama. Namun waktu untuk mencapai suatu tugas perkembangan bagi satu orang anak tidaklah sama dengan anak lainnya. Seorang anak berkembang sesuai usia berdasarkan kesiapan dan kebutuhan si anak.
2. Tidak menggegas kemampuan anak
Latih dan fokuskan anak untuk menjadi mandiri dan bahagia. Menurut pendapat psikolog pendidikan anak, "Kemampuan kognitif anak sangat bisa digegas, tetapi kemampuan psikologis anak tidak bisa digegas." Jangan coba-coba menggegas kemampuan anak kalau tidak ingin mendapat efek sampingnya.
3. Ekspektasi yang realistis
Jangan menitipkan harapan terlalu tinggi pada anak. Terima segala kondisi perkembangan anak tanpa menuntut berlebihan.
4. Belajar memahami temperamen bawaan anak
Temperamen anak secara umum terbagi menjadi 3, yaitu easy child, slow to warm up child, difficult child. Temperamen anak perlu dipahami orangtua karena sifatnya bawaan sejak lahir dan permanen. Jadi temperamen ini bukan bentukan pola asuh orangtua, tetapi dapat memengaruhi pola hubungan yang terbentuk antara orangtua dengan anak.
5. Memilih metode parenting yang sesuai dengan nilai-nilai keluarga
Setelah mempelajari beragam teori dan metode parenting, ternyata tidak semua ilmu parenting cocok dipraktikkan di keluarga. Saya dan suami selalu berdiskusi tentang pola pengasuhan seperti apa yang akan diberikan untuk anak kami. Sebab kami menciptakan visi dan misi khusus dalam menikmati perjalanan sebagai keluarga.
Menjadi ibu yang lebih rileks perlu berlatih dan pembiasaan karena menjadi rileks pun perlu usaha. Selamat mempraktikkan kiat-kiat di atas. Semoga bermanfaat, Urban Mama!
bener dan setuju banget lita, jadi ibu harus bisa lebih rileks dan ga perlu takut sama perbandingan dengan ibu yang lain, karena kita punya cara tersendiri. tfs ya
TFS ya Lita... betul ya untuk bisa jadi ibu yang rileks perlu latihan, tips-tipsnya oke sekali.