Menyusui dan Menyapih Marsha

Oleh Syinthia pada Kamis, 22 Januari 2015
Seputar Our Stories

Menyusui adalah salah satu karunia terindah bagi saya. Ada beberapa ibu yang menjalani proses menyusui dengan mudah dan lancar, tetapi ada juga yang menjalaninya dengan rasa sakit di setiap isapannya. Saya termasuk golongan yang kedua, setiap Marsha (20 bulan) menyusu, saya selalu merasakan sakit, tetapi  perlahan-lahan rasa sakit tersebut melebur hampir tidak terasa karena rasa sayang bercampur takjub.

Kami tinggal di Dumai, pesisir timur Provinsi Riau yang masih berkembang. Dumai adalah kota terluas nomor satu di Indonesia, tetapi karena baru saja menjadi kota pada tahun 1999, saat ini Dumai masih menggeliat untuk menjadi kota besar. Rumah Sakit di Dumai ada dua, yaitu RSUD Dumai dan RS Pertamina. Dokter spesialis kandungan di Dumai ada dua orang, dokter spesialis anak pun hanya ada dua orang yang salah satunya telah memasuki usia pensiun. Klinik pun terbatas jumlahnya, namun Posyandu dan Puskesmas cukup banyak. Bagaimana dengan Klinik Laktasi? Belum ada.

Setelah melahirkan Marsha di RSUD Dumai melalui operasi caesar, saya dan Marsha tidak menjalani proses  inisiasi menyusu dini (IMD.) Pada hari yang sama, ASI saya belum keluar banyak; mama mertua pun memberikan Marsha susu formula (dengan persetujuan saya dan suami) karena Marsha terus menangis dan menangis. Memang, saat itu pengetahuan kami masih minim tentang cadangan makanan dalam perut bayi yang masih ada selama dua hari setelah dilahirkan. Walau demikian, saya bersyukur Marsha bisa mendapatkan kolostrum karena ada kerabat bidan yang mengingatkan saya akan pentingnya kolostrum ini.

Selanjutnya hingga masa cuti saya berakhir, saya mulai menyusui Marsha pelan-pelan. Marsha masih diberikan susu formula, tetapi saya bertekad untuk seterusnya bisa penuh memberikan ASI. Marsha minum susu formula hingga usianya 1,5 bulan. Selama minum susu formula, Marsha mengalami alergi seperti timbul bruntusan di kulit dan napasnya berbunyi grok-grok saat tidur. Setelah berkonsultasi dengan dokter spesialis anak, kami putuskan mengganti susu formulanya dengan susu formula hidrolisis partial. Sayangnya, Marsha tidak menyukai susu tersebut, mungkin karena baunya dan saat saya cicipi pun rasanya yang agak pahit.


Setelah 1,5 bulan akhirnya Marsha efektif minum ASI saja. Selama menyusui Marsha, cracked nipple adalah hal yang biasa saya alami. Ini disebabkan Marsha tidak pandai menyusu, mungkin karena terlanjur mengenal dot. Pelekatan Marsha di payudara pun kurang baik juga, sepertinya karena ada tongue tie atau lip tie namun belum diperiksa karena di Dumai tidak ada Klinik Laktasi.  Saya memakai salep untuk mengobati puting yang luka, sembuh, lecet lagi, dan sembuh lagi, selalu seperti itu siklusnya. Namun rasa sakit selama menyusui setimpal dengan perasaan bahagia saat mendengar tegukan Marsha saat menyusu.

Rencana saya adalah agar Marsha bisa mendapatkan ASI hingga usianya 2 tahun. Saat kembali bekerja, ASI saya pompa setiap 2 atau 3 jam sekali. Situasi berubah saat Marsha mulai tumbuh gigi di usia 9 bulan. Marsha menolak minum ASI perahan dan menolak untuk menyusu. Setelah dibujuk dan didekati terus-menerus selama dua minggu akhirnya Marsha mau menyusu kembali. Meskipun rasa sakit saat menyusui kembali datang tetapi saya lega dan senang Marsha mau kembali menyusu.

Saat ini Marsha berusia 20 bulan, giginya pun sudah tumbuh 8 buah. Dengan kemunculan si gigi,  menyusui Marsha menjadi tantangan yang luar biasa karena Marsha menjadi makin lahap menyusu dan senang menggigit puting juga. Rasanya? Jangan ditanya. Digigit saat menyusui membuat saya makin sering berucap mengingat Tuhan. Sehari setelah ulang bulan Marsha ke-18, Marsha menggigit hingga luka cukup dalam. Hal ini membuat saya sulit untuk menyusui karena makin diisap menyusu terasa makin sakit. Lukanya menjadi cukup parah, dengan sedih dan berat hati saya memutuskan untuk menyapih Marsha.

Saya ingin melakukan WWL (Weaning with Love). Saat itu, di siang hari Marsha sudah tidak menyusu lagi karena sudah kenyang melahap bekalnya. Hari pertama penyapihan dimulai saat akhir pekan. Ternyata sulit untuk mengalihkan perhatian Marsha dari menyusu karena jika Marsha melihat Mama yang teringat adalah 'nenen!'. Jika Marsha mulai bilang "nenen!", segera saya alihkan perhatiannya dengan menghidangkan buah-buahan favorit Marsha seperti jeruk dan apel. Bagian tersulitnya adalah saat malam hari. Biasanya sebelum tidur, ritual wajib Marsha adalah menyusu. Sejak disapih, tugas menidurkan Marsha diambil alih oleh Papanya sementara saya keluar kamar hingga Marsha tertidur. Siang hari, Marsha sudah tidak pernah minta menyusu lagi, tetapi malam hari Marsha masih sering terbangun menangis, dalam bawah sadarnya mungkin ingin menyusu. Kami pun mencoba memberikan susu formula dan susu UHT, Marsha selalu menerima keduanya dengan mata berbinar, tetapi tidak pernah dihabiskan.



Sebelumnya kami selalu memberikan susu UHT dan susu formula dalam gelas namun tidak dihabiskan. Kami coba memberikan susu dengan dot, Marsha sangat senang namun susunya tetap tidak dihabiskan juga. Dengan dot, Marsha hanya senang menggigiti dotnya. Ibu-ibu di sekitar saya mengatakan nutrisi tidak hanya melulu dari susu atau ASI. Lambat laun pun kita akan menyapih anak, tentunya dengan cara dan proses yang berbeda.  Mereka juga berkata bahwa biasanya drama ini akan berlanjut hingga seminggu. Saya mengaminkan dalam hati dan berdoa semoga tidak sampai seminggu. Karena sungguh menyedihkan melihat Marsha tidurnya gelisah dan menangis saat terbangun.


Bagi saya, menyapih adalah perpisahan. Perpisahan yang pertama kali dengan si buah hati, saat Mama dan anak harus kuat siap menerima posisi untuk belajar melepas ketergantungan satu sama lain. Meski demikian, setelah menyapih pun Mama harus tetap menjaga bonding dengan anak. Yang saya lakukan adalah tetap menyediakan waktu untuk bermain dengan Marsha, bercakap-cakap, banyak-banyak memeluk dan menciumnya. Sesungguhnya cinta muncul dari hal sederhana seperti kedekatan-kedekatan kecil ini.

Setelah seminggu, Marsha berhasil disapih. Saat ini jika haus, Marsha langsung mengambil gelas minumnya dan meminta saya membuka tutupnya. Jika terbangun tengah malam pun ia mengambil gelas minumnya sendiri dan membangunkan saya setelahnya. Gelas minumnya selalu saya letakkan di samping tempat tidur. Lega bercampur sedih, tetapi mungkin memang ini saat terbaik untuk menyapih Marsha dan saya. Yang saya pelajari dari pengalaman ini adalah:



  •  Saat menyapih, Mama harus sabar, sabar dan SABAR.

  • Berikan penjelasan sederhana kepada anak kenapa ia disapih, meskipun anak belum bisa berbicara, tetapi ini membuatnya belajar untuk mengerti.

  • Papa selalu siaga untuk mengambil alih tugas Mama seperti menidurkan anak.

  • Ritual sebelum tidur bisa diubah, seperti waktu menyusui menjadi waktu untuk membaca buku cerita atau bernyanyi sebelum tidur.

  • Siapkan air minum dalam gelas bertutup di dekat anak untuk segera anak minum kalau-kalau terbangun dan haus.

  • Saat penyapihan, biasanya pada mama akan terasa emosi sedih mirip seperti baby blues karena merasa tidak cukup menyusui anak (setidaknya ini yang terjadi pada saya). Diharapkan lingkungan sekeliling Mama mendukung dan menyemangati. Saya merasa beruntung dipertemukan dengan March+ 2013 Birth Club, jadi bisa berbagi semangat dan dukungan saat melewati proses menyapih Marsha ini.



Motherhood is a choice you make everyday to make someone else’s happiness and well-being ahead of your own, to teach the right lessons, to do the right thing even when you’re not sure what the right thing is. And to forgive yourself over and over again for doing everything wrong (author unknown).

25 Komentar
rys August 4, 2016 4:10 am

Salam kenal moms, saya baru gabung dan sangat menyesal sekali dg kondisi saat ini, baby saya vanya sdh mw masuk 4bln, tp sudah nyapih, sejak keluar Dr RS dy ngak mw nenen ama saya. Sedih banget dan malah ortu nyuruh kasih Sufor pake dot, mw sharing nih moms. Masih bisa ngak saya kasi ASI ama vanya. PD saya masih keluar ASI, tp miris banget hasilnya kadang pumping hanya dapat 20ml max 50 utk kedua PD . Apalagi saya kondisinya kerja. Apa Bisa ASI saya bisa bertambah dg kondisi bayi ngak mw nenen dan usianya memasuki 4 Bln ? Apa yg harus saya laku in ? Mohon pencerahannya moms... Thx

kici April 2, 2015 4:02 pm

salam kenal syhintia .. kita sama2 dari DUMAI .. cerita nya mengaharukan sin .. anakku baru 15 bulan .. rencananya pengen disapih juga pas genap 2 thn .. skrg aku lgi bunting .. jadi semangat Ngasi asi keanakku ..
marsha nya pintra (Y)

adhisti rahadi
adhisti rahadi March 26, 2015 1:57 pm

Tiap kali baca tulisan tentang penyapihan, pasti langsung berkaca2 nih ..semoga saja anak saya besok dramanya juga seminggu aja seperti Marsha. Lusa umurnya 21 bulan. Setiap kali minta nenen pasti saya tawarkan air putih or UHT, tp selalu ditolak dan frekuensi malah makin sering..hiiks, mungkin dia ngerasa kali ya bakal berpisah dari ASI. Masih galau nih Mom Marsha.. T.T

Syinthia
Syinthia March 24, 2015 12:05 pm

Mommy Yuni, Semangat yaaa.. skrg udh sukses kah menyapihnya?

Mommy Gabriella, Sama sama mom ^_^

Mommy Ibun Devan, wah sama persis dengan Marsha ituuu gaya menyusunyaa.. Setelah luka sembuh pun masih mau nenen dan tetap menggigit.. Akhirnya diputuskan untuk disapih saja biar sekalian dramanya hehe.. Skrg devan bgmn Bun..? Tetap semangat yaaah Bunnn..

Mommy Sandya Esti, hihi mungkin dede nya mau sampai 3tahun ya mom.. Tidak apa apa sih selama Mommy dan Dede nyaman. Kalau berhasil atau tidaknya menyapih sepertinya tergantung karena kebiasaan. Jika sudah terbiasa tidak menyusu, mungkin dengan mengurangi frekuensi nenen di siang hari dan lebih banyak makan sehingga perutnya kenyang mungkin akan lebih santai proses menyapihnya.. Begitupun sebaliknya, kalau candu menyusu agak tricky proses menyapihnya.. Anyway, Good Luck yah Mom! ^_^

Skolastika Sandya Esti
Skolastika Sandya Esti March 24, 2015 9:16 am

Hadeeuh, belum berhasil juga nih menyapihnya...udah 2thn 1 bln..hiks...gimana ya, caranya??