Beberapa hari lalu, adik sepupu saya yang baru saja melahirkan anak pertamanya bertanya lewat whatsapp. Percakapannya kurang lebih seperti ini:
"Mba, buat ngelancarin ASI pakai apa sih?"
"Loh emang ASI kamu belum keluar, De?"
"Udah sih. Ini tapi kok dipompa cuma dapet 50 ml? Kalau pakai susu formula aja gimana, Mba?"
"50 ml itu udah banyak, De. Umur anakmu kan baru 5 hari, lambungnya cuma segede kelereng jadi 50 ml sudah sangat cukup bikin kenyang. Nggak perlu tambah susu formula."
"Tapi kata temen-temen nggak apa-apa ditambahin susu formula? Kan yang utama tetap ASI."
(Image credit: www.freedigitalphotos.net)
Membaca chat terakhir dari adik sepupu membuat saya heran akan saran teman-temannya. Bukan. Saya bukan anti susu formula, tetapi ketika kondisi ibu dan anaknya sehat serta produksi ASI cukup, mengapa harus ditambah susu formula? ASI saja sudah cukup sampai si bayi berumur 6 bulan, tanpa tambahan apa pun termasuk susu formula dan air putih.
Sebagai ibu baru, sangat wajar sang adik sepupu ini banyak bertanya. Tempatnya bertanya pasti tidak jauh-jauh dari dokter, orang tua, keluarga, dan teman-teman dekatnya yang sudah lebih dahulu memiliki anak. Ketika lingkungan terdekatnya saja sudah menyarankan tambahan susu formula, bukan tidak mungkin hati akan goyah. Percayalah, kata-kata orang terdekat lebih sakti daripada kata-kata dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang sudah ahli dan berpengalaman.
Berdasarkan pengalaman dua kali menyusui anak-anak saya, support system sangatlah penting. Mungkin kalau mama saya tidak rajin membuatkan sayur daun katuk dan makanan-makanan (yang katanya) memperlancar ASI, saya tidak akan berhasil penuh memberikan ASI untuk Alka dan Albi. Mungkin kalau suami tidak memijat punggung saya saat saya sedang menyusui Alka dan Albi dengan puting berdarah, saya akan menyerah di awal-awal. Mungkin kalau atasan di kantor tidak menyetujui proposal saya untuk membuat ruang laktasi di kantor, saya akan malas-malasan memerah ASI di kantor. Mungkin kalau teman-teman tidak berbagi manfaat ASI, saya tidak akan pernah berusaha memberikan ASI untuk Alka dan Albi. Berkat dukungan mereka, tunai sudah tugas saya memberikan ASI kepada kedua anak saya. Tanpa mereka, sangat mungkin saya menyerah di tengah-tengah perjalanan menyusui.
Untuk para calon ibu dan ibu baru, banyak-banyaklah mencari informasi tentang ASI dan proses menyusui. Mintalah dukungan dari support system terdekat agar proses menyusui dapat berhasil. Jika support system belum terinformasi dengan baik tentang ASI, ajak mereka untuk sama-sama belajar tentang manfaat dan keutamaan ASI. Karena keberhasilan proses ibu menyusui bayinya bukanlah karena ibunya saja, tetapi berkat support system yang turut mendukung penuh.
betul.. apalagi sanak saudara yang agak maksa jika kasih saran hahahaha.. lebih banyak baca dan tanya dokter..
setujuuuu, support system diperlukan banget apalagi jika baru jadi ibu muda ya pasti lebih banyak galau nya hehe.
Betul banget Mama Kadek, ucapan orang terdekat lebih ampuh daripada dokter dan ahli kesehatan lain.
Support system dari orang terdekat memang dibutuhkan demi sukses menyusui anak yaa.. Enaknya sekarang ilmu dan pengetahuan tengang ASI dan menyusui bisa dengan mudah didapatkan dari internet :)
Setuju banget dengan mama Kadek, support system itu penting banget, suami, teman-teman, lingkungan rumah sakit, keluarga itu berpengaruh penting dalam keberhasilan seorang ibu dalam proses menyusui ya.