Saya, Ayah ASI Indonesia

Oleh Dipa Andika pada Rabu, 01 Agustus 2012
Seputar Our Stories

Bagi saya, makna dari kasih sayang sangat luas. Bisa dengan pasangan dan juga yang nggak kalah penting adalah dengan keluarga. Nama saya Dipa Andika Nurprasetyo, suami dari Sessa Xuanthi dan ayah dari Aikia Gung Xadika, yang belum lama ini kami beri gelar S3 ASI, alias berhasil mendapatkan pemberian ASI selama 2 Tahun, ya ASI (Air Susu Ibu).

Di tengah gencarnya iklan susu formula, dan juga faktor lingkungan, dibutuhkan sebuah keyakinan, kekuatan dan dukungan untuk mendapatkan keberhasilan dalam pemberian ASI. Dan dukungan utama terpenting yang dibutuhkan sang ibu/istri, adalah dari Suami. Sejak awal menikah, saya sudah menanamkan dalam diri saya dalam-dalam, bahwa saya mau istri saya berhasil memberikan ASI kepada anak-anak. Pastinya untuk mendapatkan keberhasilan ini, dibutuhkan peran aktif suami. Salah satunya yang menurut saya tidak terlalu sulit adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai ASI.

Lalu kapan seorang suami sebaiknya belajar seluk beluk mengenai ASI ini? Buat saya, jawabannya jauh sebelum waktunya, supaya persiapan kita jauh lebih panjang. Terus harus belajar sebelum istri hamil? Atau waktu pacaran? Why not? Ya, saya sendiri belajar mengenai ASI waktu kami berdua masih duduk di bangku pacaran. Saya yakin, mungkin beberapa orang yang membaca tulisan ini bingung, atau berkata... What?

Bermula dari pekerjaan saya di sebuah Media kurang lebih 6 tahun yang lalu, dimana saya ditugaskan untuk menggarap sebuah kampanye ASI. Sebagai orang yang ketika itu belum berencana menikah, apalagi memiliki anak, tugas ini menjadi tantangan tersendiri buat saya. Tidak mudah, tapi saya yakin bahwa informasi menjadi hal yang sangat berguna suatu saat kelak saya berkeluarga. Ikut dalam sebuah seminar menjadi gerbang pembuka saya dalam mendapatkan segala informasi mengenai ASI. Banyak hal yang serba pertama kali saya dapat pada seminar tersebut. Dari mulai yang namanya mengenai istilah IMD, RUM dan bagaimana peran serta Suami, menjadi hal-hal paling penting dalam keberhasilan ASI.

Lepas dari seminar tersebut, saya membaca kembali semua materi yang saya dapat, layaknya seseorang yang besoknya akan menghadapi ujian. Saya bandingkan informasi itu dengan beragam sumber lain melalui internet. Hasilnya menakjubkan, ASI ternyata adalah isu besar yang harus membutuhkan perhatian penuh. Apalagi, ternyata masih banyak Rumah Sakit yang belum memiliki paham yang sama tentang pemberian ASI.

Semua kegelisahan ini perlu saya tumpahkan, dan ketika itu orang pertama yang menjadi “korban” adalah pacar saya, Sessa Xuanthi. Meskipun ia perempuan, ternyata ia pun belum banyak mengetahui tentang hal ini. Ketika saya bahas soal ASI, reaksi pertamanya pun bingung, diam lalu berkomentar “Kamu belajar ASI? Aku aja yang perempuan belum pengen tau!” ia lalu tertawa, merasa saya aneh, buat apa pria seusia saya mencari informasi mengenai ASI. Saat itu saya hanya berpikir, bahwa ia bukan tidak ingin tahu, tetapi hanya belum yakin bahwa ia ingin tahu lebih banyak tentang hal ini.

Berbekal informasi yang sudah didapat, sedikit demi sedikit setiap hari saya tidak menyerah untuk “mencuci otak” pacar saya mengenai hal positif ini. Hingga akhirnya, ia benar-benar mulai tergugah, dan ada rasa keingintahuan dan penasaran. Ia pun setuju dengan saya, bahwa informasi ini sangat penting, bahkan untuk diketahui oleh pasangan yang belum memiliki anak dan jauh lebih baik lagi dipahami oleh pasangan yang belum menikah. Kenapa? Karna persiapan yang lebih matang adalah salah satu faktor dalam membina sebuah keluarga.

Pada satu kesempatan, akhirnya saya berhasil meyakinkan diri membawa Sessa ke seminar ASI, di saat (mungkin) lebih banyak pasangan memilih pacaran ke bioskop atau jalan ke mall. Saya mencoba inisiatif lain, pergi ke seminar, mencari ilmu, menerapkannya kelak dan menyebarkan informasinya.

Dalam seminar yang kami hadiri, jelas bahwa hanya kami berdua yang masih berstatus “pacaran” namun hal itu tidak membuat kami minder dan ragu. Lagipula, hal ini akan berguna buat kami masing-masing kelak. Kenapa harus takut?

Kami bangga dan merasa bahagia dengan informasi yang kami dapat, meskipun belum menikah. Hal ini membuat kami cukup percaya diri dan siap, ketika nanti giliran kami datang.

Kini, Sessa pun sudah menjadi menjadi mantan pacar, atau istri. Kami membangun keluarga kecil bersama putra kami, Aikia Gung Xadika.

Aikia lahir normal dilanjutkan dengan proses IMD. Hingga kini kami berhasil memberikan ASI padanya sampai usia 2 Tahun. Kami bersyukur karena bisa memberikan ASI dan segala yang terbaik untuk Aikia. ASI adalah susu yang tidak pernah bisa tergantikan, dan jauh lebih bernilai dibandingkan susu merk apapun dengan harga berapapun.

Boleh dipercaya atau tidak, pemberian ASI tidak hanya mendekatkan hubungan Ibu dan Anak, tetapi juga Ayah dan Ibu. Karena sekali lagi proses keberhasilan pemberian ASI bukan hanya dari ibu seorang, tetapi juga karena peran serta Ayah.

Keberhasilan ASI juga bisa menghasilkan ASI lainnya yang sangat-sangat berharga: Anak Sayang Ibu, dan Ayah Sayang Ibu.

Saya Dipa Andika Nurprasetyo, mengajak seluruh ayah di Indonesia untuk turut mensukseskan pemberian ASI di Indonesia.

We are #AyahASI Indonesia.

Kategori Terkait


Tag Terkait

16 Komentar
tammy sofardi
tammy sofardi October 8, 2012 8:07 am

Very Inspiring! semoga AyahASI semakin subur tumbuh berkembang di Indonesia kita tercinta ini:)

Honey Josep
Honey Josep August 9, 2012 11:31 am

Angkat jempol sama angkat topi buat kalian!

Adenita
Adenita August 9, 2012 4:50 am

Yeaayyyy!Keren euy si ayah Dipa dan Teh Sessa.. akhirnya cerita asi ini terdokumentasikan juga ya, hehe.. sun buat Aika ;)

ninit yunita
ninit yunita August 4, 2012 12:50 pm

kereeen dipa!
dari pacaran udah belajar ttg ASI, kayaknya baru denger ada yang kayak gitu :)
semoga makin banyak yg nyontoh.

shinta lestari
shinta lestari August 2, 2012 2:05 pm

pasangan yang keren! salut buat ayah Dipa yang udah mau belajar ttg ASI dari sejak belom nikah.. keren banget deh. semoga perjuangannya dengan AyahASI makin membuka mata gak hanya para urban mama, tapi juga urban papa untuk terus memberikan dorongan kepada ibu untuk memberika ASI, demi yang terbaik untuk anak.