“Mama sudah belikan mainan, kok tidak dimainkan”, “Sudah dibelikan mainan tapi malah lebih senang memainkan kotak mainannya”. Ungkapan tersebut tidak jarang terdengar dari para orangtua. Dalam membelikan mainan untuk anak, orangtua tentu ingin memberikan mainan yang bermanfaat untuk perkembangan anak kita. Namun kita juga perlu tahu tahapan perkembangan bermain dari anak kita. Dengan tahu anak kita berada pada tahapan perkembangan bermain yang mana, kita akan bisa memilih aktivitas bermain apa yang tepat dan bisa menstimulus dengan optimal perkembangannya pada fase usia tersebut melalui jenis permainan yang kita pilihkan.
Mengapa mengetahui tahap-tahap perkembangan bermain itu penting?
- Urban mama dan papa bisa memahami jenis permainan yang sesuai dengan usia anak, sehingga bisa menghindari kesalahan dalam membelikan mainan yang berakibat pada tidak antusiasnya anak terhadap mainan baru tersebut atau lebih antusias memainkan kotak mainanya saja.
- Anak jadi bisa menyerap manfaat mainan yang dibelikan secara maksimal karena sesuai dengan kebutuhan stimulus pada tahap perkembangannya.
- Urban mama dan papa bisa menghindari pengeluaran dana yang tidak perlu akibat kesalahan membeli atau menyewa mainan yang tidak memberikan manfaat maksimal untuk perkembangan anak.
- Dengan mainan yang tepat, ketertarikan anak akan semakin meningkat pula terhadap jenis mainan tersebut dan anak akan “sibuk” mengeksplorasi mainanya. Hal ini berarti urban mama-papa bisa memiliki waktu untuk me time sejenak.
Jean Piaget, seorang psikolog pencipta konsep perkembangan kognitif pada anak, mengungkapkan bahwa ada 4 tahap dalam perkembangan bermain anak:
1. Tahap Sensory Motor Play (usia 0-2 tahun)
Bermain pada usia ini telihat dalam bentuk kegiatan bayi yang melakukan pengulangan dari gerakan tubuhnya atau kegiatan yang pernah ia lakukan sebelumnya. Anak akan mengulangi kegiatan-kegiatan yang ia rasa menimbulkan reaksi menyenangkan baginya, seperti memukulkan tangannya ke boneka di atas maka boneka tersebut akan berbunyi.
Contoh lain waktu anak anda pertama kali diberikan MPASI. Ia akan melemparkan sendoknya karena mendapatkan reaksi yang berbeda, selain dari suara jatuhnya sendok yang menarik perhatiannya juga dari suara kaget dari urban mama dan papa. Menginjak awal 12 bulan anak masih tetap melakukan pengulangan dengan modifikasi gerakan yang lebih aktif dan lebih banyak hal-hal baru yang ia coba. Di usia ini, anak lebih banyak bermain dengan mengandalkan inderanya oleh karena itu baik sekali memberi mainan yang menarik bagi indera peraba, pendengaran, penglihatan, perasa dan pergerakannya, karena menimbulkan respon menyenangkan bagi anak untuk dimainkan.
Jika pada usia ini anak akan diberikan mainan balok apa yang terjadi? Ia akan memasukkan ke dalam mulutnya untuk tahu sensasi rasanya, atau melemparkannya berulang-ulang untuk tahu suaranya hingga urban mama papa lelah mengambilkannya.
2. Tahap Symbolic Play atau Make-Believe Play (usai 2-7 tahun)
Pada tahap ini, anak mulai melakukan bermain peran atau pura-pura. Anak mulai bisa menggunakan benda lain sebagai simbol barang yang ia maksud, seperti menggunakan kotak mirip ponsel untuk kemudian dipakai pura-pura menelepon orang lain. Saat mencapai akhir tahap ini, akan terlihat anak lebih baik dalam melakukan bermain peran. Peran yang dimainkan menjadi semakin sulit dan beragam. Terkadang anak terlihat seperti sedang berbicara sendiri padahal ia sedang berperan menjadi orang lain atau pura-pura sedang berada dalam situasi khayalannya. Sebagai contoh anak berpura-pura sedang jadi super hero dan dalam misi penyelamatan. Jika pada usia ini urban mama memberikan mainan balok apa yang terjadi? Ia akan berpura-pura bahwa balok tersebut adalah kue (meskipun balok yang ia bentuk sama sekali tidak terlihat seperti bentuk kue), ia akan membangunnya menjadi sebuah benteng pertahanan dan berpura-pura bahwa itu adalah rumah raja. Pada usia ini, baik sekali memberi anak mainan yang bisa dikreasikan atau dibentuk macam-macam melalui mainan tersebut.
3. Tahap Social Games with Rules (8-11 tahun)
Bermain pada usia ini mulai terlihat lebih terstruktur bagi anak. Anak mulai menyukai permainan dengan aturan dan memiliki unsur persaingan dan kerja sama, Adanya unsur persaingan dan kerjasama ini melatih kemampuan anak dalam bersosialisasi. Anak mulai memiliki suatu tujuan pasti dalam bermain atau keinginan untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan bermain yang ia lakukan. Jika anak diberikan balok untuk bermain pada usia ini, maka ia akan mencoba membangun sesuatu dari balok semirip mungkin dengan petunjuk yang diberikan. Pada tahapan ini, sangat baik jika anak mulai diberikan mainan-mainan dengan aturan yang lebih “menantang” kemampuan berpikirnya.
Beberapa tips yang bisa urban mama dan papa lakukan sebelum membelikan mainan untuk anak adalah:
- Perhatikan usia dari anak dan ingatlah tahapan perkembangan bermain di atas.
- Selalu mulai dengan memilih permainan yang sederhana. Prinsipnya: makin sederhana mainan tersebut, makin banyak ruang untuk anak memanipulasi bebas. Jika anak sudah mulai menguasai atau bosan, baru belikan mainan yang lebih ‘menantang’.
- Ingatlah bahwa mainan yang mahal tidak selalu mencerminkan bahwa itulah mainan yang paling bermanfaat bagi anak. Berilah mainan yang juga bisa memberikan rasa tenang kepada urban mama dan papa. Bukan menambah stres karena takut mainan mahal tersebut jadi rusak.
- Dalam bermain perlu ada unsur freedom atau kebebasan, yaitu anak bisa dengan bebas menentukan apa yang akan ia lakukan dengan mainan yang diberikan kepadanya. Cobalah berikan kebebasan tersebut dan kurangi intervensi saat anak sedang bermain. Ketika anak sedang fokus bermain, ia sebenarnya sedang melatih kemampuannya untuk bisa fokus dan berkonsentrasi pada apa yang sedang ia lakukan. Jika kita selalu mengintervensi dengan menunjukkan bagaimana cara memainkan mainan tersebut ‘seharusnya’, kita sama saja sedang ‘mengganggu’ latihannya untuk bisa fokus pada satu hal.
Pemahaman urban mama dan papa tentang tahapan perkembangan bermain ini baik pula untuk menyesuaikan ekspektasi kita terhadap anak. Ada masanya kita ingin anak sudah dapat memainkan suatu jenis permainan sesuai harapan kita. Namun jika jenis permainan yang diberikan tidak sesuai dengan tahapan perkembangan bermain anak, mainan tersebut menjadi sia-sia dan tidak terpakai.
Selain memilih jenis permainan, kita juga perlu lebih memahami akan manfaat besar bermain. Dalam dunia psikologi, bermain tidak hanya digunakan sebagai pengisi waktu luang dan memiliki fungsi untuk bersenang-senang semata. Namun memiliki kekuatan yang cukup besar sebagai media penyembuh trauma yang dialami anak dan media untuk meningkatkan self-esteem (keberhargaan diri) pada anak. Nantikan artikel selanjutnya ya yang akan membahas kekuatan besar dari bermain. Sampai jumpa lagi urban mama dan papa.
si bungsu lagi di tahap 2-7 tahun nih, dia pun sering minta ditemani bermain walau kadang kita harus pura-pura tertembak :D
Ternyata bermain juga bisa meningkatkan self-esteem dan merupakan terapi penyembuhan dari trauma, ya... besar juga manfaat bermain bagi anak-anak selain untuk bereksplorasi dengan sebuah benda ^^
Terima kasih mama2 semua
Informasi yg sangat bermanfaat..pantesan aja selama ini semua barang masih dilempar2 sama anak ku
;)
terima kasih artikelnya mama Devi, Lana (2 tahun 6 bulan) lagi senang main telpon-telponan, apa aja yg ada tombolnya dianggap telpon, telpon ayahnya. Pas banget lagi di tahap symbolic play :)
ditunggu artikel selanjutnya mbak :)