Kepergian Ibu Karena Cancer

Oleh Donny Helmi Ali pada Senin, 10 Oktober 2011
Seputar Our Stories

Menjadi anak yang kedua orangtua-nya meninggal karena penyakit bernama Cancer bukanlah hal yang mudah. Semoga dari berbagi cerita ini, kita sama-sama bisa lebih mawas diri dalam menjaga kesehatan.

Berawal dari tahun 1996, pada saat saya berlebaran di tanah air, saya mendengar diskusi ibu dengan kakak perempuan saya bahwa di payudaranya ada benjolan namun tidak sakit dan kecil saja. Dan ibu menolak untuk diperiksa ke dokter.
Kemudian hal ini tidak pernah dibahas sampai pada akhirnya tahun 1998, pada saat yang sama saya menghabiskan libur kuliah di tanah air, berita mengejutkan itu pun terjadi. Hanya 3 hari sebelum saya kembali ke Malaysia untuk melanjutkan kuliah di semester ke 5, hasil lab yang keluar dari RS menyatakan ibu mempunyai Carcinoma stadium 3c. Hasil diagnose ini benar-benar seperti palu godam yang memukul kepala saya.

Pada malam hari itu juga, saya meminta izin kepada orangtua untuk cuti kuliah selama 1 tahun demi melihat, merawat, dan memberikan semangat kepada ibu untuk survive dan sama-sama melawan sakit itu. Sungguh mengenaskan melihat kondisi ibu yang tadinya sehat tiba-tiba drop sampai tidak bangun dari tempat tidurnya. Dari melihat bisa makan sepiring dengan lauk yang benar, tapi setelah ada sakit ini beliau hanya bisa makan 1 atau 2 sendok dan vomit 1 piring. Beliau kurus dan lemah.
Kemudian kami mulai mencari pengobatan untuk ibu. Awalnya kami ke RS Dharmais dan bertemu dengan salah satu Dokter ahli dalam Cancer. Tapi ibu malah ditawari untuk mencoba kemoterapi baru dari US dan gratis. Tapi kami tolak, karena posisi ibu seperti kelinci percobaan, kemoterapi itu belum ada hasil yang kongkrit. Selain itu, kami juga pernah melihat bagaimana menderitanya pasien yang di kemo, badan lemah, rambut rontok, kuku hitam, Ph darah drop, dan lain-lainnya.

Akhirnya ibu menguatkan diri untuk tidak menempuh jalur medis, melainkan menggunakan pengobatan alternatif. Keputusan itu kami serahkan sepenuhnya ke ibu, karena kami percaya pengobatan yang paling ampuh adalah pengobatan yang didukung mental dan keinginan yang kuat dari dalam. Dan pastinya dukungan dari lingkungan keluarga.

Singkat cerita, setelah pindah sana sini untuk mencari pengobatan yang sesuai dengan keyakinan ibu yang semakin melemah, Alhamdulillah kami menemukan tempat itu dan pengobatan tersebut berlangsung dengan lancar. Tapi sebagaimana yang kita ketahui bersama, pengobatan alternatif itu selalu mempunyai antrean yang sangat panjang, melelahkan ibu kami yang lemah. Sungguh menakjubkan melihat semangat ibu untuk terus melakukan pengobatan itu.

Ada 1 janji antara ayah dan kami. Tidak boleh menangis dan berwajah sedih di depan ibunda kami tercinta. Walaupun beliau tau bagaimana sedihnya kami melihat kondisinya, tapi demi memompa semangat ibu yang berjuang dan lebih merasakan sakit yang sebenarnya, kami harus sanggup untuk tidak bersedih dan nangis.
Setelah berjalan beberapa bulan, tiba waktunya saya untuk meninggalkan ibu yang masih sakit dan melanjutkan janji saya kepada ibu bahwa sekolah saya di Malaysia harus selesai. Pada saat saya meninggalkan beliau, dia masih terbaring lemah. Moment ini tidak akan pernah hilang di ingatan saya, pada saat saya pamit untuk kuliah, kami berdua membisikan janji untuk menyelesaikan masalah kami. Saya selesaikan kuliah, ibu selesaikan sakitnya. Singkat cerita lagi, pada saat saya selesai kuliah di tahun 2000, saya mendapatkan kejutan yang sangaaaat menggembirakan. Ibu berdiri di arrival hall menyambut saya yang telah selesai kuliah, beliau sehat... sudah ada “daging” nya lagi... mukanya cerah... Alhamdulillah wa syukurillah. Itulah surprise terbaik yang pernah saya dapatkan. Kami berdua memenuhi janji kami pada saat berpisah itu.

Setelah berjalan beberapa tahun, beliau sehat wal afiat. Tapi pada saat kami selesai mempersiapkan jualan kue lebaran di bulan puasa tahun 2004. Pada pertengahan bulan December 2004 diawali dari gigitan serangga dibawah ketiak ibu, beliau seperti gatal-gatal seluruh badan dan harus dilarikan ke RS terdekat. Pada saat itu, ketiak beliau bengkak dan ternyata yang tersengat adalah getah beningnya. Semenjak peristiwa itu, kondisi kesehatan menurun terus dan akhirnya dilakukan general check up. Dari hasil diagnose-nya, Ibu terkena cancer yang kedua kalinya. Usaha pun dijalankan lagi, kembali ketempat pengobatan alternatif yang dulu membantu ibu sehat kembali, buah merah yang sedang booming pun dicari dan dibeli, sampai dengan obat tiansi dari Cina. Tapi ternyata Allah Yang Maha Penguasa lebih menyayangi ibu kami. Beliau pulang ke Rahmatullah pada tahun 26 January 2006. Alhamdulillah, pada saat itu semua anak, menantu dan cucu berada di sekitar sebelum beliau menghembuskan nafas terakhir di dunia ini.

Cerita ini sangat singkat karena tidak bisa menceritakan dengan sangat detail, mungkin akan jadi 1 koran menceritakan semuanya. Tapi dengan tidak mengurangi maksud dan tujuan kenapa sharing cerita pengalaman saya dan kakak ini adalah untuk para pembaca, terutama wanita, untuk lebih aware dengan tumor, growth, cancer atau apapun namanya. Terlebih lagi apabila benjolan tersebut tidak sakit, jangan dianggap remeh, jangan kita jadi alfa dengan tidak adanya rasa sakit. Mencegah jauh lebih baik dari mengobati.

Semoga berkenan dengan cerita ini dan berguna bagi semua. Semoga kita semua diberikan sehat mentally and physically... aamiin, aamiin, aamiin Ya Robbal ‘alamin.

I love you Mama... we love you very much... semoga Allah SWT memberikan tempat yang terbaik di sisi Nya... Aamiin.

25 Komentar
Ummu Alfathoni January 15, 2015 5:12 pm

Hai Bapak Donny, terimakasih untuk sharingnya.. Saya juga mempunyai pengalaman dengan ca,dimana mama saya menderita kanker paru paru, karena memang mama saya adalah seorang perokok aktif, tetapi alhamdulillah karena mama langsung ke pengobatan alternatif yang di rekomendasikan oleh om saya yang juga terkena kanker getah bening (alhamdulillah sudah sehat kembali).
Memang benar, pengobatan alternatif melelahkan karena antrian yang panjang. Mama saya sempat menetap di daerah tersebut untuk waktu beberapa bulan, sampai akhirnya di nyatakan sembuh. Sampai saat ini mama saya dan om saya (adik bungsu) mama rutin kontrol ke pengobatan alternatif tersebut.

Alhamdulillah sekarang mama tinggal bersama saya, jadi Saya bisa mengontrol makanan mama.

mimut
mimut October 29, 2011 3:10 am

Thanks for sharing,,

Menjaga kesehatan itu penting. Rutin cek kesehatan juga penting ya...

mamashofi October 12, 2011 1:43 pm

Terima kasih sharingnya, bisa ikut merasakan sedihnya bila orang tercinta menderita penyakit ini...dan harus mulai dengan keras mengingatkan diri untuk menjalani pola hidup sehat.
ikutan sharing..dulu ibu mertua juga menderita kanker PD dan terus berjuang selama hampir 4 tahun, namun akhirnya Alloh SWT memanggil beliau. Sedih rasanya...
Sekarang bapakku (sehabis lebaran kemarin) juga divonis kanker pankreas yang terbilang jarang banget. Awalnya bahkan kita tidak berani memberitahukan sakit sebenarnya, takut Pa'e akan down dan benar Beliau merasa putus asa dan hanya terbaring lemah dan sering melamun dan Ibu yang berusaha mengajak berbicara sering ditolak.
Kita berusaha cara medis namun Dokter tidak berani untuk operasi kankernya...dan kita menjalani pengobatan alternatif dengan herbal.
Sediiihh rasanya melihat bagaimana Pa'e merasakan sakit dan hanya terbaring di tempat tidur, namun yang lebih menyedihkan karena Pa'e berkurang semangat juangnya.
Saluut kepada Ibunda Donny yang berjuang hingga akhir hayatnya. Saluut juga untuk Ayah dan keluarga Donny yang bisa mendampingi Ibu dengan super sabar dan penuh cinta.
To Donny and all Moms...plis Sharing-nya gimana mendampingi keluarga yang menderita kanker.
Tengkyu

keevie
keevie October 11, 2011 11:49 pm

TFS yah! Mdh2an dengan membaca ini kita jd aware akan kesehatan. Duh hrs terus mengingatkan diri niy utk rajin olahraga & makan makanan sehat. Thanks or the reminder!

Putri Meryfiani
Putri Meryfiani October 11, 2011 9:46 am

hiks...jadi pengen nangis :((
intinya ga boleh sepelekan kesehatan ya. thanks udah ngingetin