Travelling ke pulau bersama balita? Apalagi saat long weekend? Hmmm… awalnya terbayang bagaimana repotnya dengan barang bawaan yang banyak serta was-was menghadapi tingkah laku anak-anak selama di perjalanan. Namun karena memang sudah niat dan memutuskan untuk menikmatinya dengan suasana hati yang senang, jadi semua rintangan akhirnya bisa kami hadapi.
Bulan ini kebetulan kantor saya mengadakan outing karyawan ke Pulau Pramuka, salah satu tujuan wisata air di Kepulauan Seribu. Bapaknya Alun dan Lintang, yang notabene seorang scuba diver dan pecinta laut, tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mengenalkan kedua anaknya pada laut sejak usia dini. Karena bukan karyawan, maka ia dan anak-anak dikenakan additional charge per orang Rp425,000 (all in). Berhubung Lintang masih 2 tahun, jadi yang kena charge hanya bapaknya dan Alun saja.
Trip outing kantor saya kali ini benar-benar sistem backpaker-an, tapi tentunya tetap menggunakan travel organizer, agar acara selama di sana tidak kocar-kacir. Barang bawaan kami buat seminim mungkin, apalagi trip kali ini hanya 2 days 1 night. Jadi baju anak-anak pun saya gak bawa banyak-banyak. Bahkan tidak membawa satu mainan pun.
Perjalanan atau lebih tepatnya "perjuangan" dimulai sejak menuju Pelabuhan Muara Angke. Kami harus berjalan kaki sebelum pintu gerbang pelabuhan menuju kapal, karena macetnya jalanan menuju tempat tersebut, sehingga bis carteran kami gak bisa nembus sampai parkiran. Maklum, long weekend, jadi ribuan orang secara bersamaan menyeberang ke berbagai pulau di Kepulauan Seribu pada hari dan jam yang sama. Kapal kayu yang kami tumpangi berangkat pukul 08.00. Oh ya, karena mengejar kapal yang pagi, jadi kami berangkat dari rumah pukul 05.00 (kumpul di kantor saya dulu) dan anak-anak sudah saya bangunkan, mandikan dan beri sarapan pada pukul 03.00. Dan everything is fine, thank you Allah.
Kembali ke kapal tadi, jangan harap dapat bisa dapat tempat duduk yang lega dan nyaman ya. Dengan biaya sekali menyeberang sekitar Rp40.000,- per orang, bisa dibayangkan fasilitas yang kita terima, jika dibandingkan menyeberang nyaman dengan speedboat dari Pantai Marina Ancol yang per kepala bisa di-charge Rp.150,000-an. Kapal sudah penuh dengan orang, bahkan sampai ke atas atap kapal, namun sepenuh-penuhnya kapal, untung masih ada celah untuk sekedar ngampar/duduk. Di dalam kapal, alhamdulilah anak-anak tidak cranky, tidak mual, tidak muntah. Bahkan mereka sangat menikmati perjalanan menyeberang itu, walaupun cuaca lumayan panas. Lintang malah tidur pulas di perjalanan. Menyeberang ditempuh selama 2 jam 30 menit.
Sampai di dermaga Pulau Pramuka, kami berjalan menuju penginapan dan istirahat sejenak. Karena pas hari Jumat, untuk para pria dipersilakan sholat Jumat dulu. Di Pulau Pramuka ini tidak perlu takut kekurangan apa pun, karena pulau ini berpenduduk padat, sehingga dengan mudah kita jumpai warung di mana-mana. Entah warung sembako (jual popok sekali pakai juga loh warungnya), warung/kedai makanan, dan plus pointnya lagi: ada ATM (hanya ATM Bank DKI), RSUD dan kantor pos. Lengkap kan?
Setelah itu, kami makan siang dan kemudian bersiap-siap untuk snorkeling. Untuk snorkeling sendiri, menggunakan kapal nelayan kecil dan kami berangkat menuju Pulau Semak Daun bersama guide dari travel organizer kami, hanya serombongan saja, tidak bercampur lagi dengan wisatawan lainya. Selama 30 menit-an kami naik kapal menyeberang ke pulau ini.
Pulau Semak Daun sangat berbeda dengan Pramuka. Di pulau ini, tidak tampak rumah-rumah penduduk. Banyak wisatawan datang ke pulau ini untuk sekedar camping dan bermain di pantai yang pasirnya putih dan bersih. Tour guide membawa kami kesini hanya untuk latihan snorkeling. Maklum sebagian besar dari kami belum punya pengalaman sama sekali tata cara snorkeling tersebut. Sementara aktivitas snorkeling-nya sendiri akan dilakukan di Pulau Air.
Selama di Pulau Semak daun, teman-teman kantor belajar snorkeling, sementara saya menemani Alun dan Lintang bermain dan berenang di pantai. Dari pihak panitia kantor saya, menyediakan kamera SLR plus quadcopter untuk mendokumentasikan outing kali ini. Nah ini salah satu foto Pulau Semak daun yang berhasil difoto menggunakan quadcopter tersebut.
Selesai latihan di Pulau Semak Daun, kapal membawa rombongan kami ke Pulau Air. Awalnya Alun nampak takut dengan ombak yang lumayan besar. Bapaknya terus meng-encourage Alun supaya tidak takut dengan ombak dan laut (Alun itu sendiri adalah bahasa Jawa dan artinya adalah ‘ombak’), dan akhirnya ketakutan Alun hilang, dan ia tampak sangat excited. Sementara Lintang, tertidur karena lelah.
Sampai di Pulau Air, rombongan kami semua menceburkan diri ke air untuk snorkeling kecuali saya dan beberapa teman perempuan yang kebetulansedang datang bulan. Alun juga ikutan walau hanya berenang bukan snorkeling. Setelah puas snorkeling, kapal membawa kami singgah sebentar di tempat penangkaran ikan hiu. Puas melihat-lihat penangkaran, dan matahari pun sudah mulai tenggelam, kami pulang ke Pramuka. Setelah bersih-bersih, kami makan malam. Acara belum selesai, karena pukul 23.00 kami pun barbeque-an. Bakar jagung, ikan dan cumi-cumi. Sementara bapak ibunya barbeque-an, Alun dan Lintang sudah pulas tertidur karena kecapaian.
Hari kedua, sebelum sarapan pagi, masih sempat bermain di pantai yang jernih dan melihat serombongan anak muda sedang melakukan aktivitas penanaman dan perawatan mangrove.
Selesai sarapan pagi, kami boleh memilih mau main banana boat atau kano. Berhubung bawa dua anak, jelaslah kalau banana boat bukan pilihan. Akhirnya kami pun bermain kano. Sempat bingung karena guide tidak memberikan life jacket (pelampung). Ternyata airnya tidak dalam. Sempat was-was juga, tapi ternyata senangnya minta ampun! Mendayung kano sendiri dan ternyata benar bahwa mulai dari bibir pantai sampai sekitar 50 meter ke arah tengah area ber-kano itu, airnya tidak dalam, hanya sebetis orang dewasa. Bahkan kano kami beberapa kali kandas. Berputar-putar dengan kano yang sesekali berjalan karena tiupan angin (meringankan beban kami mendayung) sangat mengasyikkan untuk kami sekeluarga. Rasanya tidak mau berhenti. Tapi berhubung kami harus segera check out dan naik kapal ke Jakarta pukul 11.00, akhirnya kami pun mengakhiri serunya berkano.
Setelah itu kami bersih-bersih, makan siang dan siap kembali ke Jakarta. Kami kembali naik kapal kayu yang sama dengan saat datang. Dan terpaksa lesehan karena sudah tidak ada tempat lagi. Selama perjalanan pulang ke Jakarta, Alun tidur pulas, sementara adiknya asyik bermain dengan bapaknya. Dan sama seperti saat berangkat ke Pramuka, alhamdulilah kami semua tidak ada yang mabuk laut.
Rasanya ingin besok lusa kembali lagi liburan di pulau, tapi tentunya pulau yang lain. Agar pengalamannya juga beda. Moral of the story: kalau memang sudah niat liburan dengan balita, orangtuanya mesti happy dan positive thinking dulu, supaya menular secara psikologis ke anaknya, dan ending-nya semuanya berjalan sukses.
Alam selalu indah untuk di tadaburi, masyaallah :-)
Iihh jd ngiri, alun dan lintang gak ajak ajak eehh.. hahahahaa
seruuuuuuu
tapi biasa deh keparnoan kalo ngajak balita ke laut,takut masuk angin atau pulang2 sakit.Kayaknya emang org tuanya harus less parno dulu ya biar bisa lancar.
@Bunda Wiwit: ayooo Kira Kara pasti juga bisa, bun! Seru kok main di laut :)
@Mba Eka dan mba Zata: yuk yuk yuk...berlibur seru sama krucils. Nanti sharing juga ya pengalamannya :)
aaa udah lama banget pengen ke pramuka tapi belum pede bawa tiga krucil, baca artikel mama Imelda ini jadi makin yakin untuk ke sana..
seru banget, makasih yaaaa...