Ingat tidak urban Mama di masa kecil dulu, ketika email dan smartphone belom menjadi hal yang lumrah seperti sekarang? Berkomunikasi dengan teman yang ada di kota berbeda, dilakukan dengan cara surat menyurat, menerima kartu lebaran, kartu ulang tahun, dan akhirnya mengumpulkan perangko.
Sayangnya, anak-anak sekarang tidak mengerti hal ini, karena sekarang semua serba instan. Papa harus pergi bekerja di kota atau negara lain? Ada facetime. Ada skype. Kangen sama Oma dan Opa? Telepon saja! Cepat dan efisien. Semua serba instan.
Kadang saya suka khawatir, takutnya anak-anak jadi terbiasa dengan semua yang instan. Apa-apa harus ada cepat, tidak mengerti prosesnya. Salah satu hal yang paling gampang diperkenalkan kepada Naia (5 tahun) adalah mengajarinya tentang proses snail mail. Kebetulan ini menjadi salah satu kegiatan ketika kami berlibur. Kami mengumpulkan kartu pos gratisan bisa diambil di airport atau hotel. Lalu ditulisi dengan kata-kata yang simpel (Naia sedang belajar membaca & menulis). Kami ajarkan kalau nanti kartu pos tersebut akan kita kirimkan ke Oma di Jakarta, Mama, Papa dan dirinya sendiri di Singapura.
Karena waktu yang agak terburu-buru, akhirnya kami tidak sempat mengirimkan kartu pos tersebut di negara yang kami kunjungi. Tapi kami akhirnya menebusnya dengan mengirimkan lewat kantor pos lokal saja.
Ketika kartu pos itu datang, Naia bertanya-tanya,
"Kok kartu ini bisa ada di mailbox rumah Naia? Siapa yang antar?"
"Kok bisa tau mailboxnya Naia yang mana?"
"Mana orang yang mengantar? Kok dia bisa ada di Eropa dan ke Singapura juga"
Otak kecilnya berputar dan bertanya dengan pertanyaan-pertanyaan yang lucu-lucu. Iya, lucu ketika kami mendengarnya, tapi Naia serius sekali ingin tahu bagaimana kartu-kartu pos itu bisa sampai ke rumahnya. Dia ingat dia menulis kartu itu, tapi bagaimana bisa sampai ke rumahnya, dia bingung sekali.
Lalu kami jelaskan tentang proses snail mail. Tentang pak pos yang mengantar surat ke rumah-rumah, tentang kantor pos, tentang perangko, dan lain-lain. Naia mengangguk-angguk tapi terlihat dia masih bingung dan tidak mengerti benar apa yang kami ceritakan.
Kebetulan saya memang harus mengirim barang ke Indonesia via kantor pos. Saya ajak Naia untuk ikut sekalian supaya dia mengerti apa itu kantor pos, apa itu perangko dan bagaimana barang yang sama kirim, akan sampai di alamat rumah teman saya di negara lain. Dan bagaimana kartu pos yang dia kirim, bisa dia terima di rumah.
Naia terlihat excited, sibuk bertanya-tanya. Ikut-ikutan menulis ketika saya mengantre untuk beli perangko dan menaruh alamat di amplop, sampai dia menaruh kartu pos lain ke dalam kotak pos untuk dikirimkan ke dirinya sendiri. Pengalaman yang seru dan baru untuknya!
Wuaah toss sama Naia :D
Kirim-kirim kartu pos itu salah 1 hobi yang sebenarnya menular. Saya ketularan dari teman, eh teman saya yang lain lagi ketularan dari saya hehe. Kalau saya tukarannya lewat Postcrossing.com, slh 1 media untuk saling berkirim kartu pos secara random dari dan ke seluruh dunia. Saya baru memulai hobi ini beberapa bulan lalu tapi jadi ketagihan karena terima kartu pos yang seru dari berbagai penjuru dunia hehe.
@Elizabeth beda2 sih, ga semua kantor pos buruk. Karena saya juga ngirim kartu pos lewat Kantor Pos Indo dan pakai perangko juga. Waktu habis lebaran malah kirim buanyak pakai kartu pos buatan sendiri ke Surabaya, Rusia, Jerman, Jawa Tengah, semua sampai kecuali ke rumah teman saya yang di Tangerang! Padahal saya di Jakarta, dan ternyata kartu posnya baru sampai beberapa minggu lalu (yang berarti 2 bulan), mungkin nyangkut di mana gitu. Ternyata kata teman saya, pos ke rumahnya memang selalu nyasar. Tapi kartu pos lain yang menjelajah sampai semua dgn selamat ^^ (*eh ini berdasarkan pengalaman ya, bukan ngebelain kantor pos hehe)
Kalau mau tahu serunya berkirim kartu pos dan beberapa kartu pos yang saya terima ada di blog saya di sini >> http://rumahijaubelokiri.wordpress.com/tag/kartu-pos/
Bagi saya, selain gambarnya yang berbeda-beda, kartu pos itu unik karena ada tulisan tangan unik yang tertuang di atasnya ^^
kadang sampai lupa kalau surat/kartu pos fisik itu kadang lebih berkesan. tfs mba
Aaah Mba Shinta keren idenya, mau aah ajak Oia ke kantor pos :)
naia pinter deh, tulisannya rapi :)
belum sempet ajak enzo & dante ke kantor pos lagi. dulu sempet ngajak, tapi kayaknya msh terlalu kecil. jadinya mereka cuma lari2an dan mainin lem dan tempel2 kertas. seneng kali liat lem di kantor pos yg ditempatin di wadah besar :D
@ninit: iya seru karena gue juga seneng. dulu waktu kecil suka koleksi perangko, makanya gak sabar ajak naia untuk surat2an. now that she can write and almost fluently able to read, kayaknya bakal bisa deh. tiap hari gue dibikinin kartu ama dia heheh..
@elisabeth: yaaahh... kasian banget jadi dapet bad experience ya? huhu iya nih pelayanan pos di indonesia makan buruk ya? apalagi sekarang orang lebih prefer pake jasa kurir daripada pos. sayang banget huhu..
@cindy: iya! makanya pengen nularin biar naia juga seneng. gak usah ngenalin email dulu, tar2 aja.
@wiwit: pasti seru tuh wiitt!! artikel lanjutan yaaa #eh hihi
@zata: heheh makasih tante Zata! *cium* hayuk dong diajak..