Saat berbincang dengan Ibu tentang siapa saja pihak yang berperan dalam kesuksesan memberikan ASI dan MPASI kepada Ganesha selama 1 tahun ini, Ibu mengingatkan besarnya peran suami saya.
Kalau diingat-ingat kembali, sepertinya mustahil saya bisa menjalani hari-hari sebagai ibu bekerja, sekaligus bisa menyusui bayi kami secara eksklusif selama 1 tahun ini... tanpa dukungan dan bantuan suami. Begitu banyak ternyata yang bisa dilakukan seorang ayah dalam mendukung proses menyusui dan pemberian makan kepada Ganesha.
Apa saja yang telah dilakukan suami saya?
- Memastikan saya sebagai ibu menyusui mendapatkan gizi yang baik. Pada bulan-bulan awal, suami sampai belajar masak sayur bening (daun katuk/bayam/pepaya muda) dari Mamanya via BBM. Setiap hari sebelum pergi ke kantor ia masak dulu karena saya sendiri masih lemas setelah melahirkan dan begadang menyusui. Setelah saya kembali bekerja, suami mengambil alih urusan sarapan, membuatkan, bahkan menyuapi saya yang berdandan sambil menyiapkan kebutuhan anak kami selama dititipkan di neneknya.
- Tidak sedikit kerabat yang belum mengerti keinginan kami memberikan ASI eksklusif dan Mpasi rumahan pada Ganesha. Suami sayalah yang dengan sabar menepis keraguan dari kerabat dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka dengan Jujur saja, kuping saya sering panas mendengar omelan suami setiap hari yang gemas melihat saya melupakan banyak hal-hal kecil namun penting seperti memakai baju yang pantas ketika mengejar tukang sayur di pagi hari, mematikan lampu kamar mandi setelah keluar, atau kurang sigap menutupi payudara saat bayi kami minta susu dengan tidak sabar di ruang publik. Padatnya hari-hari saya dan waktu yang rasanya berlalu terlalu cepat saat harus mengurus bayi kami ditambah kurang tidur memang membuat saya jadi agak sering melupakan berbagai hal.
Namun, I won’t be able to do this alone without him.
Jadi… tidak perlu punya payudara untuk bisa memastikan anak mendapatkan ASI dan pengenalan makanan yang berkualitas. Saya percaya, dari (hampir) setiap kesuksesan menyusui dan pemberian MPASI rumahan ada perjuangan dan kesabaran seorang Bapak, seorang suami, yang pantas mendapat peluk cium hangat setiap malamnya.
sebagai seorang suami harus turun tangan langsung untuk membantu istri untuk mempermudah aktivitas sebagai seorang ibu
Wow, baca ini jadi inget waktu Kinari, anak keduaku yang prematur baru lahir. E-ping karena latch on issue membuat aku mesti siapin energy ekstra untuk pumping, cuci + steril breastpump beserta botolnya.
Suatu hari ketika aku capek luar biasa, sekitar jam 3 pagi sebelum tidur suamiku bisikin "breastpump sama botol2 udah bersih semua ya, Mamiow.." Wow.. that was the most romantic yet very deep moment selain ijab Kabul.. :) :) :)
klo bs utk para moderator tum, d artikel d tambahin mail to ke yahoo, jd bs ku emailkan ke suamiku, hiks, ngiri dot com.. :(
berasa dibawa kembali ke jaman habis melahirkan baca ini...mirip, cuma bedanya suamiku gak pernah comment penampilan (malah enak apa gak enak yakk)..
sampai sekarang anak umur 1 tahun, suami masih sering ngingetin untuk pumping dan makan yang bergizi..
sekarang suami kerja di luar kota...
waaaaa,gak bisa peluk ciuumm donk ntar malam...huaaaww...ayo cepat pulang pap..kangen dimasakin niyyy..
walau suamiku ga sesigap itu,tapiii.. akan aku peluk juga ntr malam ha..ha.. sharing yg bagus.TFS mom