Pentingnya Anak Belajar Menerima Kekalahan

Sebagai orangtua, kita akan selalu merasa senang saat si kecil bisa menjadi yang terbaik, misalnya dalam pelajaran di sekolah, lomba mewarnai, belajar mengaji, les berenang, dan sebagainya. Memang berusaha menjadi nomor satu itu penting, tetapi bagi saya, mengajari anak untuk kalah dan tetap lapang dada juga tak kalah pentingnya. Saya tidak ingin ke depannya anak saya menjadi anak yang selalu menang, tetapi menghalalkan berbagai cara. Salah satu momen 'belajar kalah' ini didapatkan ketika si kecil mengikuti beberapa kompetisi di acara Open Day di sekolahnya.

Anak saya, Caca (3 tahun 8 bulan), duduk di kelas Pre-Kindy (PK). Caca memiliki postur tubuh paling besar di antara teman-teman sekelasnya. Ketika ada lomba sesama murid PK seperti fast ball (memindahkan bola sesuai warna) dan memindahkan ikan, ia selalu juara. Caca bangga sekali kalau pulang sekolah membawa piala dan hadiah lomba, serta selalu bilang kalau mau ikut lomba lagi biar punya banyak piala. Akhirnya saat ada acara Open Day di sekolah pusat, saya mengikutkan Caca ke beberapa lomba yang ia inginkan yaitu fast ball, mewarnai, dan menyanyi. Caca sangat bersemangat ikut lomba tersebut, dari jauh-jauh hari sudah berlatih dan selalu bilang kalau Caca mau menang dan membawa pulang piala.

Saya berharap dari pengalaman ini mudah-mudahan Caca belajar bahwa dalam hidup ke depannya akan ada saat-saat menyenangkan dan akan ada pula saat-saat kecewa dan sedih. Di luar semua itu, kami sebagai orangtua sudah sangat bangga melihat Caca berani berkompetisi saat lomba fast ball, berani tampil di atas panggung mengalahkan rasa takut dan gugup saat lomba menyanyi, serta mewarnai gambar secara lengkap saat lomba mewarnai.

Tetap semangat ya 'Nak, doa mama dan ayah yang terbaik selalu menyertaimu.