Saya adalah ibu yang sangat terobsesi dengan persalinan normal. Ya, sangat terobsesi sampai-sampai selama 9 bulan masa kehamilan yang saya pikirkan hanya bagaimana cara agar dapat melahirkan secara normal. Saya hanya mengisi masa kehamilan dengan fokus senam hamil, yoga, menonton afirmasi gentle birth, banyak membaca buku tentang persalinan. Semua waktu dan tenaga saya kerahkan demi menunjang kuatnya mental dan fisik sebelum proses persalinan.
Tidak ada hasil yang mengkhianati usaha, mungkin itu kesimpulan saya setelah berhasil melewati persalinan normal dengan kondisi berat badan yang cenderung rendah. Saya sendiri pun terkadang ragu apakah mampu melewati persalinan normal. Sampai pada waktunya saya harus melawan rasa sakit merasakan kontraksi demi kontraksi, melewati pembukaan demi pembukaan. Alhamdulillah semua berjalan lancar. Perasaannya campur-aduk, senang, terharu, ada sedikit bangga tidak bisa saya bohongi karena saya bisa membuktikan ke diri bahwa ternyata bisa kuat melewati persalinan normal.
Sepintas tidak ada yang salah dengan perjalanan kehamilan saya. Hanya saja saya lupa, melahirkan seorang anak bukan hanya sekadar membawanya hidup ke dunia tetapi juga tentang bagaimana merawat anak dengan benar. Hal yang sangat esensial untuk bayi baru lahir tidak lain dan tidak bukan adalah bagaimana memberikannya ASI. Setelah proses persalinan selesai dan saya diantar ke kamar rawat, barulah terpikir, waduh, bagaimana caranya menyusui? ASI saya ada atau tidak ya? Apakah cukup untuk anak saya, banyak atau tidak ya? ASI saya sudah keluar belum? Dan pertanyaan-pertanyaan lain seputar ASI yang sama sekali tidak saya ketahui jawabannya.
(Kredit gambar: www.pexels.com)
Proses IMD sudah dilalui, meyusui langsung ke bayi juga sudah dilakukan beberapa kali tetapi saya tidak tahu apakah ASI saya sudah ada atau belum. Saya juga tidak tahu cara mengecek ASI ada atau tidak. Tidak ingin berlama lama kebingungan tentang ASI dan menyusui, saya langsung menghubungi suster rumah sakit untuk meminta dokter laktasi melakukan visit. Setelah dokter laktasi datang, barulah saya kursus kilat belajar cara pelekatan yang benar, bagaimana memancing ASI supaya banyak, booster atau makanan penunjang ASI yang bagus, bahkan pengetahuan tentang kolostrum pun baru saya dapatkan di hari yang sama.
Untungnya dokter laktasi sangat sabar menghadapi saya yang kebingungan sebagai ibu baru. Saya diajarkan untuk rileks memijat payudara dengan lembut agar ASI dapat keluar. Kata dokter, tidak usah panik kalau bayi menangis, belum tentu bayinya menangis karena lapar, bisa jadi karena ingin dipeluk saja agar hangat. Waktu anak saya baru lahir, saya panik kebingungan karena si bayi sudah disusui, namun tetap saja menangis. Saya takut, jangan-jangan ASI masih sedikit sehingga anak saya menangis kelaparan.
Kepanikan saya memudar setelah mendengar penjelasan dari dokter laktasi bahwa bayi baru lahir masih meyimpan cairan di tubuhnya untuk cadangan makanan selama 3 hari apabila ASI ibunya belum keluar. Dokter laktasi juga menjelaskan bahwa cairan kolostrum itu sangat penting dan sangat bagus untuk bayi. Cairan kolostrum ini hanya keluar di awal-awal menyusui, jadi usahakan sebisa mungkin bayi mendapatkan kolostrum.
Begitu banyak informasi seputar menyusui yang baru saya ketahui justru saat anak saya sudah lahir. Seketika saya sadar bahwa saya sudah melewatkan waktu belajar sebagai seorang ibu. Seharusnya ilmu tentang menyusui didapatkan di masa kehamilan. Meskipun tidak ada yang terlambat, tetapi saya merasa edukasi tentang menyusui tak kalah pentingnya dengan persiapan kelahiran.
Edukasi menyusui sangat penting untuk mengawali proses menyusui, bukan semata agar kuantitas ASI langsung banyak tetapi ketenangan di awal proses menyusui adalah yang utama. Ibu akan lebih tenang dan percaya diri menyusui karena sudah membekali diri dengan pengetahuan tentang ASI dan menyusui bayi. Menyusui haruslah tenang dan rileks. Dengan rileks, badan akan melepas hormon oksitosin yang banyak disebut sebagai hormon cinta. Produksi hormon tersebut sangat dipengaruhi oleh suasana hati mama. Jika mama merasa tenang, hormon oksitosin akan merangsang Let Down Reflect (LDR) yaitu proses keluarnya ASI.
Mungkin banyak calon ibu yang berpikir menyusui itu perkara mudah, tinggal berikan payudara saja ke anak nanti juga ASI akan keluar sendiri. Dulu saya pun berpikir demikian. Alasan saya tidak mengedukasi seputar menyusui di masa kehamilan karena saya pikir menyusui memang semudah itu dan ASI pasti akan keluar dengan sendirinya seiring keluarnya plasenta dari tubuh. Ternyata setelah melahirkan, saya baru tahu fakta seputar ASI, salah satunya ibu hamil pun sudah dapat mengeluarkan ASI apabila sering diberikan rangsangan (pumping). Saya baru tahu setelah diceritakan oleh teman saya yang kebetulan seorang ibu bekerja. Teman saya memutuskan untuk menampung ASI di masa kehamilannya dengan harapan begitu anaknya lahir sudah mulai ada stok ASI. Cukup masuk akal, walaupun kenyataannya menyusui dapat memancing kontraksi sehingga beberapa dokter tidak menyarankan menyusui di masa kehamilan dan ada beberapa ibu yang harus stop menyusui anaknya kalau bayi yang di kandung sudah mau lahir.
Pelajaran lainnya yang saya dapat adalah apapun pilihan kita, yang pasti jangan bertindak sendiri tanpa arahan dari dokter. Segala hal sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan ahlinya. Lebih baik banyak bertanya pada ahlinya untuk berkonsultasi, daripada ilmu yang harusnya didapat malah terlambat untuk kita dapatkan.
ini setuju banget,dipikirnya setelah melahirkan semua akan mudah, asi lancar aja tanpa drama, ternyata tanpa edukAsi untuk anak pertama akhirnya bilirubinnya tinggi dan harus campur sufor. alhamdulillah anak ke 2 bisa ful asiX sampe setahun. mudah-mudahan anak yg ketiga sekarang bisa full sampai 2 tahun. aamiin
bener banget mom, aku juga suka baca2 di Internet contohnya disini https://meetdoctor.com/article/pentingnya-pemberian-asi-eksklusif
saya pun sama, ga membekali diri saat kelahiran anak pertama dengan edukasi ASI.
Semoga melalui artikel ini calon mama yang baru pertama kali hamil bisa mempersiapkan dirinya.
Tfs ya mama adinda :)
iya mba saya menulis ini supaya calon calon ibu mempersiapkan diri jangan spt saya hehehe
sama sama mba honey..
sama mba Adinda, saya juga mengalami pas hamil lupa belajar edukASI. Begitu anak lahir, baru dehh kelabakan. Saat itu pun sy juga punya kelainan anatomi yg bkin bayi saya sulit menyusui. Untung dokter & suster2 RS-nya ngebantu bgt ngajarin menyusui. Pengetahuan seputar ASI & menyusui mmg penting bgt deh buat Urban mama & papa! terima kasih sharingnya yaa mba Adinda.
bersyukurnya kita melahirkan di RS ya mba jadi langsung dibantu tenaga medis dan sangat terbantu dengan adanya dokter laktasi :) kalau boleh tau, kelainan anatomi spt apa ya mba?
adinda, bener bangettt... sebelum melahirkan terutama untuk mama yang pertama kali melahirkan, edukasi ASI sangat penting :) selalu ada hikmah dari setiap kejadian yaah. tetap semangat dinda! :)
iya mba ninit benar sekali, jadi merasa malu tidak ada pembekalan sama sekali diawal kelahiran anak saya. gk apa apa ya namanya juga baru belajar jadi ibu.. :)